Saham BREN dan BRMS Berpotensi Masuk Indeks MSCI

Kamis, 09 Oktober 2025 | 12:10:29 WIB
Saham BREN dan BRMS Berpotensi Masuk Indeks MSCI

JAKARTA - Peninjauan berkala indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) kembali menjadi sorotan pelaku pasar saham Indonesia.

Pada periode November 2025, sejumlah saham emiten domestik memiliki peluang besar untuk masuk daftar konstituen, sementara beberapa nama lain justru berisiko tersingkir. Momentum ini diprediksi dapat menarik perhatian investor asing dan memengaruhi likuiditas di pasar lokal.

Dua saham yang digadang-gadang kuat masuk indeks MSCI adalah PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) milik konglomerat Prajogo Pangestu, dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) di bawah grup Bakrie. 

Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia, Prasetya Gunadi, menilai BREN memiliki peluang besar karena manajemen perusahaan meningkatkan porsi saham yang beredar di publik (free float). “Saat ini, free float adjusted market cap (FFMC) BREN telah mencapai US$ 3,5 miliar, sedikit di atas ambang minimum US$ 3,1 miliar. Selain itu, nilai transaksi harian rata-rata 12 bulan terakhir sebesar US$ 12,9 juta juga jauh melampaui batas minimum US$ 2,5 juta,” ujar Prasetya.

Sementara itu, BRMS berpeluang naik kelas dari MSCI Small Cap Index ke MSCI Global Standard Index. Dengan harga saham yang menembus Rp 955 per 8 Oktober 2025, emiten tambang mineral ini telah memenuhi syarat minimum harga saham Rp 800. Prasetya menambahkan, “Nilai transaksi harian BRMS selama 12 bulan terakhir sangat kuat, mencapai US$ 22,1 juta.”

Namun, tidak semua saham berada dalam posisi menguntungkan. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) justru menghadapi risiko terdepak dari MSCI Global Standard Index karena nilai FFMC per 7 Oktober 2025 turun di bawah US$ 1,2 miliar. Kondisi ini membuat saham farmasi ini harus waspada terhadap potensi pengaruh negatif terhadap likuiditas dan aliran modal asing.

Selain BREN, BRMS, dan KLBF, Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas, Fath Aliansyah Budiman, menyoroti PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) sebagai kandidat lain. Menurutnya, meski BREN dan BRMS telah memenuhi persyaratan free float market cap dan likuiditas, EMTK masih membutuhkan kenaikan harga saham hingga minimal Rp 1.700–Rp 1.800 per lembar agar berpeluang masuk daftar kandidat pada periode November 2025. 

“Masih perlu waktu. EMTK berpotensi menguat jika salah satu portofolionya, yakni Superbank, melakukan IPO,” jelas Fath. Ia menekankan bahwa investor tetap perlu mewaspadai koreksi jangka pendek apabila saham ini gagal masuk indeks MSCI.

Dari sisi strategi investasi, Retail Research Analyst Sinarmas Sekuritas, Cindy Alicia Ramadhania, menyarankan agar pelaku pasar memantau pergerakan transaksi asing selama periode peninjauan MSCI. Ia merekomendasikan strategi buy on weakness untuk saham BREN, dengan target harga di kisaran Rp 10.100 hingga Rp 10.650.

Keuntungan masuk indeks MSCI bagi emiten Indonesia cukup signifikan. Selain meningkatkan eksposur saham kepada investor institusional global, konstitusi indeks ini dapat memicu aliran modal asing lebih besar, memperkuat likuiditas, dan mendorong harga saham naik. Dengan demikian, perusahaan yang berhasil masuk daftar MSCI dapat memanfaatkan momentum ini untuk mendukung pertumbuhan dan stabilitas pasar modal domestik.

Peninjauan MSCI periode November 2025 dijadwalkan mulai 5 November 2025 dengan implementasi efektif pada 25 November 2025. Sejumlah analis menilai periode ini menjadi momentum penting bagi saham-saham unggulan Indonesia. Keberhasilan emiten masuk indeks global bergengsi ini diproyeksikan memberikan sentimen positif, terutama pada saham-saham dengan free float yang tinggi dan likuiditas kuat.

Dalam konteks ini, BREN dan BRMS berada dalam posisi yang menguntungkan, sementara KLBF harus berjuang mempertahankan eksistensinya di MSCI Global Standard Index. Sementara EMTK masih berpotensi mengejar peluang masuk daftar kandidat dengan kenaikan harga saham dan perkembangan portofolio.

Secara keseluruhan, periode peninjauan MSCI merupakan momen penting bagi investor dan emiten. Pergerakan harga saham, likuiditas, dan free float menjadi faktor utama yang menentukan peluang masuk atau keluar dari daftar konstituen. Dengan pemahaman yang tepat, investor dapat memanfaatkan momentum ini untuk strategi investasi jangka menengah hingga panjang.

Bagi pasar modal Indonesia, peninjauan MSCI tidak hanya sekadar indikator global, tetapi juga alat untuk meningkatkan daya tarik saham domestik di mata investor internasional. Saham yang berhasil masuk indeks berpeluang mendapatkan aliran dana asing yang signifikan, sementara yang gagal harus menyesuaikan strategi agar tetap menarik bagi investor.

Terkini