Perbaikan Keselamatan Kapal Wisata Labuan Bajo

Selasa, 01 Juli 2025 | 17:00:24 WIB
Perbaikan Keselamatan Kapal Wisata Labuan Bajo

JAKARTA - Labuan Bajo, sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia, kini menghadapi tantangan serius terkait keselamatan kapal wisata yang beroperasi di perairannya. Sejumlah insiden kecelakaan kapal wisata kembali terjadi di kawasan ini, memunculkan kekhawatiran baik dari sisi keselamatan pengunjung maupun citra pariwisata daerah.

Menjadi catatan penting dengan terjadinya insiden kapal wisata tenggelam di perairan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Beruntung, dalam kejadian yang menimpa kapal wisata Bahari Angin Mamiri ini, tidak ada korban jiwa. Namun, peristiwa tersebut mempertegas betapa rentannya kondisi operasional kapal wisata yang semakin marak di kawasan tersebut.

Data yang dihimpun Kompas.com menunjukkan bahwa kecelakaan kapal wisata di perairan Labuan Bajo bukanlah kejadian yang sporadis. Bahkan sepanjang tahun 2025, sudah tercatat tiga insiden tenggelam kapal wisata di perairan ini. Insiden pertama terjadi pada Maret, kemudian Mei, dan yang terakhir pada Juni 2025. Pola kejadian yang berulang ini menunjukkan bahwa masih ada celah dalam pengelolaan keselamatan dan keamanan wisata bahari yang harus segera ditangani.

Menyikapi situasi ini, Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) melalui Direktur Destinasi Pariwisata, Konstant Mardinandus Nandus, menegaskan bahwa keselamatan wisatawan merupakan prioritas utama. "Sejak awal, BPOLBF mendorong perbaikan sistem keselamatan dan keamanan wisata untuk meningkatkan kepatuhan standar operasional prosedur (SOP) wisata di kawasan perairan," ujar Konstant dalam keterangan.

BPOLBF secara aktif mengupayakan perbaikan sistem keselamatan dan keamanan tersebut melalui berbagai langkah strategis. Di antaranya adalah sosialisasi dan edukasi kepada seluruh pelaku wisata, penguatan koordinasi lintas sektoral, serta penerapan digitalisasi sistem pemantauan kapal. Implementasi manifest digital dan sistem booking resmi juga menjadi fokus, guna memastikan bahwa seluruh kapal wisata yang beroperasi telah memenuhi standar kelayakan dan memiliki izin yang sah.

Konstant juga menekankan pentingnya informasi perkiraan cuaca yang akurat bagi para operator kapal dan wisatawan. Faktor cuaca yang berubah-ubah di perairan Labuan Bajo kerap menjadi penyebab utama kecelakaan laut. "Mengecek kondisi kelaikan kapal, melakukan pemantauan berkala terhadap faktor iklim dan cuaca, serta menyiapkan fasilitas kedaruratan pada kapal agar dapat meminimalisir risiko kecelakaan dan kejadian-kejadian yang tidak diharapkan," tambahnya.

Kewaspadaan tersebut sangat penting mengingat aktivitas wisata bahari di Labuan Bajo termasuk dalam kategori risiko tinggi. Tour operator dan wisatawan diimbau untuk selalu mematuhi SOP, terutama saat beraktivitas di perairan. BPOLBF terus berupaya memberikan edukasi agar faktor keselamatan menjadi prioritas utama dalam setiap perjalanan wisata.

Dampak dari kecelakaan kapal wisata ini bukan hanya menyangkut keselamatan fisik para pengunjung, tetapi juga menimbulkan konsekuensi negatif terhadap citra pariwisata Labuan Bajo. "Insiden ini sudah pasti berdampak kepada kepercayaan wisatawan dan citra pariwisata Labuan Bajo sebagai DPSP (Destinasi Pariwisata Super Prioritas)," ungkap Konstant.

Kapal Bahari Angin Mamiri yang terbalik  menjadi contoh nyata bagaimana insiden tersebut dapat mengganggu persepsi wisatawan. Kepala KSOP Kelas III Labuan Bajo, Stephanus Risdiyanto, menjelaskan bahwa kapal tradisional tersebut mengangkut 12 penumpang dan 5 anak buah kapal (ABK). "Dari 12 penumpang itu, wisatawan mancanegara dari Spanyol ada empat dan China ada empat orang. Sementara 4 lainnya adalah tour guide dan anak praktik," katanya.

Kejadian ini mengingatkan kembali bahwa kapal wisata yang mengangkut penumpang, khususnya turis mancanegara, haruslah memenuhi standar keselamatan yang ketat agar terhindar dari risiko kecelakaan yang merugikan semua pihak.

Berbagai upaya BPOLBF dalam memperbaiki sistem keselamatan kapal wisata perlu didukung oleh seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah daerah, operator kapal, tour guide, hingga wisatawan itu sendiri. Kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan ekosistem wisata yang aman dan nyaman, sehingga Labuan Bajo tetap menjadi destinasi andalan yang mampu menarik pengunjung baik domestik maupun internasional.

Selain itu, BPOLBF juga mendorong penerapan teknologi digital dalam pemantauan aktivitas kapal wisata secara real-time. Dengan digitalisasi manifest dan sistem booking resmi, data perjalanan kapal dapat diawasi lebih ketat sehingga bila terjadi sesuatu, langkah penanganan dapat dilakukan lebih cepat dan tepat sasaran.

Tentu saja, tantangan terbesar adalah memastikan seluruh pelaku wisata patuh terhadap regulasi dan SOP yang berlaku. Kadang, demi mengejar keuntungan, standar keselamatan terabaikan sehingga risiko kecelakaan menjadi lebih tinggi. Oleh sebab itu, edukasi dan penegakan hukum harus berjalan beriringan.

Masyarakat dan wisatawan pun harus lebih kritis dan selektif dalam memilih operator wisata yang profesional dan memiliki reputasi baik. Selalu memeriksa kelaikan kapal dan fasilitas keselamatan seperti pelampung dan alat komunikasi sangat dianjurkan sebelum melakukan perjalanan wisata laut di Labuan Bajo.

Dengan langkah-langkah terpadu tersebut, diharapkan kejadian kecelakaan kapal wisata dapat diminimalisir sehingga Labuan Bajo dapat terus berkembang sebagai destinasi wisata yang aman, nyaman, dan terpercaya.

Terkini

Penyeberangan Selat Bali Diatur Berdasarkan Bobot Kendaraan

Selasa, 05 Agustus 2025 | 13:27:08 WIB

Kisah Sukses UMKM Digital Lewat Program Shopee

Selasa, 05 Agustus 2025 | 13:41:51 WIB

BPJS Online Permudah Urus Administrasi JKN

Selasa, 05 Agustus 2025 | 13:45:24 WIB

Bansos PKH dan BPNT Cair Agustus, Cek Penerima via HP

Selasa, 05 Agustus 2025 | 14:00:40 WIB