Utamakan Keselamatan di Sekitar Rel Kereta Api

Jumat, 04 Juli 2025 | 12:27:35 WIB
Utamakan Keselamatan di Sekitar Rel Kereta Api

JAKARTA - Di balik deru kereta yang melaju di atas rel, ada realitas pahit yang sering luput dari perhatian: jalur rel bukanlah tempat bermain atau lokasi membuat konten media sosial. Namun, beberapa insiden tragis menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat tentang bahaya di sekitar rel masih sangat rendah. Baru-baru ini, sebuah insiden menggemparkan publik, di mana empat orang dilaporkan menjadi korban tertabrak kereta api. Fakta bahwa para korban sedang berada di rel untuk bermain, bahkan disebut-sebut membuat konten, memunculkan pertanyaan besar tentang kepedulian terhadap keselamatan.

Rel kereta api memiliki peran vital dalam sistem transportasi Indonesia. Jalur ini dirancang eksklusif untuk melintasnya kereta dengan kecepatan tinggi. Maka sangat tidak masuk akal bila jalur yang begitu berbahaya justru dijadikan lokasi bermain atau tempat berkumpul. Namun kenyataannya, praktik-praktik seperti ini kerap terjadi.

Di media sosial, muncul dugaan bahwa kejadian tragis tersebut terjadi karena para korban tengah mencoba membuat konten video melambai ke arah kereta yang lewat. Tragisnya lagi, salah satu korban merupakan seorang ibu yang tertabrak kereta di hadapan anaknya sendiri. Peristiwa ini jelas bukan hanya menyedihkan, tapi juga sangat traumatis.

Rel kereta bukan arena bermain. Jika seseorang ingin menyaksikan kereta lewat, cukup berdiri dari kejauhan—setidaknya 15 meter dari rel, demi alasan keselamatan. Kejadian seperti ini bukan pertama kalinya terjadi, dan sayangnya bukan pula yang terakhir.

Saya teringat kembali pada pengalaman masa kecil di lingkungan saya sendiri. Saat itu, saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Seorang anak tetangga menjadi korban kecelakaan fatal karena tertabrak kereta api. Menurut saksi mata, anak tersebut sedang bermain layang-layang di rel bersama dua temannya. Mereka asyik bermain dan tidak menyadari kereta yang mendekat, meski telah diteriaki oleh warga sekitar. Sayangnya, jeritan peringatan itu tak terdengar dan kecelakaan pun tak terhindarkan.

Pasca tragedi itu, RT setempat langsung memasang papan peringatan besar bertuliskan "Dilarang Bermain di Rel". Tapi, apakah peringatan itu cukup? Ternyata, masih banyak orang yang nekat menerobos atau melanggar aturan di jalur kereta.

Lebih jauh, kejadian kecelakaan di perlintasan rel juga terus meningkat. Salah satu faktor utama adalah ketidaksabaran pengguna jalan saat melintasi perlintasan sebidang. Padahal, perlintasan tersebut sudah dipasangi palang pintu dan rambu peringatan.

Satu pertanyaan terus muncul di benak: Mengapa masyarakat masih mengabaikan keselamatan di jalur kereta api? Apakah karena kurangnya kesadaran, atau karena tidak adanya rasa takut terhadap potensi bahaya?

Mungkin terdengar klise, tapi kesabaran benar-benar dapat menyelamatkan nyawa. Banyak dari kita terlalu terburu-buru, enggan menunggu hanya karena lampu peringatan menyala atau palang pintu turun. Padahal, menunggu satu atau dua menit bisa mencegah tragedi fatal yang dapat mengubah hidup seseorang selamanya.

Melalui artikel ini, saya ingin mengajak semua pihak, baik orang tua, pengajar, hingga tokoh masyarakat untuk lebih aktif dalam mengedukasi tentang pentingnya keselamatan di sekitar rel kereta api. Rel bukanlah taman bermain, bukan tempat untuk mencari "likes" atau "views", dan bukan pula lokasi yang bisa dianggap remeh.

Anak-anak harus diberikan pemahaman sejak dini tentang bahaya bermain di rel. Orang dewasa juga perlu memberi contoh dalam bersikap disiplin di perlintasan kereta. Pemerintah dan instansi terkait, seperti PT KAI dan Dinas Perhubungan, perlu lebih gencar dalam menyosialisasikan aturan keselamatan dan memasang lebih banyak rambu peringatan serta pagar pengaman.

Selain itu, perlu ada pendekatan yang menyasar komunitas digital dan influencer untuk turut menyuarakan kampanye anti-konten berbahaya. Konten yang mengorbankan nyawa bukanlah kreativitas, melainkan kelalaian.

Keselamatan adalah tanggung jawab bersama. Tak ada konten seviral apapun yang sebanding nilainya dengan satu nyawa manusia. Jangan gadaikan keselamatan hanya demi konten. Jadilah pribadi yang sadar akan risiko dan bijak dalam bertindak.

Terkini

Pasar Otomotif, Dominasi Jepang Digoyang EV China

Kamis, 14 Agustus 2025 | 09:47:19 WIB

Peluang Tenaga Kerja RI ke Jepang

Kamis, 14 Agustus 2025 | 09:54:10 WIB

Pergerakan Harga Sembako Jogja

Kamis, 14 Agustus 2025 | 09:58:25 WIB

Kementerian Perdagangan Dorong Ekspor ke Peru

Kamis, 14 Agustus 2025 | 10:07:15 WIB

TNI Perkuat Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Kamis, 14 Agustus 2025 | 10:11:56 WIB