Likuiditas Terjaga, Bank Indonesia Agresif di Pasar Obligasi

Jumat, 04 Juli 2025 | 12:07:30 WIB
Likuiditas Terjaga, Bank Indonesia Agresif di Pasar Obligasi

JAKARTA - Dukungan Bank Indonesia terhadap stabilitas pasar keuangan kembali mendapat sorotan. Melalui pembelian obligasi negara dalam jumlah signifikan, bank sentral dinilai memainkan peran penting dalam menjaga kepercayaan investor dan menopang struktur imbal hasil di tengah dinamika ekonomi global.

Laporan terbaru dari Bank of America (BofA) memprediksi bahwa pembelian obligasi oleh Bank Indonesia (BI) akan melampaui target tahunan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sampai dengan pertengahan tahun ini, BI tercatat telah menyerap surat utang pemerintah senilai IDR 106 triliun—jumlah yang hampir menyentuh 70% dari target IDR 150 triliun yang dicanangkan untuk keseluruhan tahun.

Laju pembelian ini terjadi dalam konteks tekanan global yang perlahan mereda, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, serta ekspektasi pelonggaran moneter yang mendorong penurunan imbal hasil obligasi jangka pendek. Dengan sinyal-sinyal ini, pasar obligasi domestik diperkirakan akan tetap menarik dan likuid hingga akhir tahun.

Peran Strategis Bank Sentral

Sejak awal 2025, BI telah secara aktif menyuntikkan dana ke pasar melalui pembelian obligasi pemerintah sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Hingga saat ini, BI sudah membeli surat utang negara sebesar IDR 106 triliun, atau hampir 40% dari total penerbitan obligasi bersih di tahun berjalan.

Pembelian ini disebut BofA sebagai langkah yang memberikan dukungan kuat terhadap pasar, terlebih dalam situasi penguatan nilai tukar rupiah serta penurunan tekanan inflasi. Bahkan, angka pembelian itu bisa melewati target IDR 150 triliun, sekalipun belum memperhitungkan komponen pembelian dalam skema burden sharing, yang sebelumnya diaktifkan pada masa pandemi COVID-19.

Obligasi Jangka Pendek Jadi Primadona

Analis dari Bank of America menyoroti bahwa segmen obligasi jangka pendek saat ini mengalami dukungan paling kuat. Sejumlah faktor menjadi pendorongnya, seperti turunnya volume penerbitan bersih ke pasar, adanya ekspektasi penurunan suku bunga acuan BI, serta kelanjutan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

“Obligasi tenor pendek sangat terbantu oleh situasi moneter saat ini,” tulis laporan BofA. Bank sentral disebut melakukan berbagai manuver untuk menyesuaikan struktur likuiditas nasional, seperti penurunan jumlah Sertifikat Bank Indonesia (SRBI) yang beredar.

SRBI kini tercatat hanya sekitar IDR 818 triliun, turun signifikan dari level tertinggi sebelumnya sebesar IDR 969 triliun. Penurunan ini memperlihatkan bahwa bank sentral sedang berupaya mendorong lebih banyak likuiditas ke sistem keuangan nasional guna menstimulasi aktivitas ekonomi.

Kurva Imbal Hasil Tetap Datar

Meskipun terjadi penyesuaian di berbagai segmen pasar, struktur kurva imbal hasil obligasi Indonesia masih terpantau cukup datar dibandingkan dengan pola historis. Hal ini mencerminkan ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter yang masih longgar dalam jangka pendek, sementara di sisi fiskal, investor tetap mengantisipasi premi jangka panjang dari penerbitan utang pemerintah.

Kurva yang datar ini juga menunjukkan bahwa investor tidak menuntut imbal hasil jauh lebih tinggi untuk obligasi tenor panjang, yang biasanya terjadi saat ada kekhawatiran inflasi atau ketidakpastian fiskal. Sebaliknya, tren saat ini mencerminkan persepsi positif terhadap stabilitas ekonomi domestik.

Risiko Global dan Prospek Investasi

Di tengah tekanan eksternal yang masih membayangi, seperti ketidakpastian suku bunga The Fed dan fluktuasi harga komoditas, aksi pembelian obligasi oleh BI memberikan sinyal bahwa Indonesia siap menjaga daya tarik instrumen surat utangnya.

Dukungan bank sentral ini diharapkan terus berlanjut demi menjaga pasar surat utang tetap kondusif dan mencegah lonjakan imbal hasil yang dapat membebani APBN maupun sektor riil. Sebab, saat imbal hasil obligasi naik terlalu tinggi, biaya utang pemerintah juga ikut meningkat.

Antisipasi Pasar: Akankah Target Dilampaui?

Mengingat kecepatan pembelian yang telah dilakukan hingga pertengahan tahun, pelaku pasar mulai memperkirakan bahwa BI kemungkinan besar akan melewati batas atas panduan pembelian tahunannya sebesar IDR 150 triliun.

Namun, sebagian analis juga menilai bahwa keberlanjutan laju pembelian akan sangat bergantung pada dinamika suku bunga global, arah inflasi dalam negeri, dan realisasi penerbitan utang baru oleh pemerintah.

Kendati demikian, sinyal yang dikirimkan BI saat ini sudah cukup untuk menenangkan pasar. Likuiditas tetap terjaga, volatilitas imbal hasil terkendali, dan rupiah menunjukkan penguatan bertahap. Semua ini memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pasar obligasi yang masih menawarkan yield menarik dengan risiko relatif rendah.

Langkah Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan pasar obligasi melalui pembelian aktif surat utang menjadi tumpuan penting bagi kesinambungan pembiayaan nasional. Ketika faktor eksternal masih penuh ketidakpastian, kehadiran BI sebagai pembeli utama menjadi sinyal positif yang diyakini akan terus menjaga daya saing dan kepercayaan investor, baik domestik maupun internasional.

Dengan pencapaian IDR 106 triliun dalam setengah tahun, besar kemungkinan angka akhir akan melampaui target IDR 150 triliun yang ditetapkan. Hal ini tak hanya mencerminkan strategi moneter yang adaptif, tetapi juga menggambarkan komitmen penuh BI dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional secara menyeluruh.

Terkini