JAKARTA - Xiaomi, raksasa teknologi asal China yang mulai merambah industri otomotif dengan produk mobil listriknya, masih memprioritaskan pasar dalam negeri sebelum menargetkan penjualan internasional. CEO perusahaan, Lei Jun, menegaskan bahwa ekspansi ke pasar global kemungkinan baru akan dipertimbangkan pada tahun 2027.
Dalam siaran langsung, Lei Jun menyatakan bahwa “ekspor mobil listrik akan kami pertimbangkan mulai 2027.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa meskipun ada antusiasme besar terhadap mobil listrik Xiaomi, langkah masuk ke pasar luar negeri tidak akan terburu-buru. Fokus utama saat ini tetap pada China, di mana permintaan kendaraan listrik meningkat secara signifikan.
Meningkatnya minat konsumen domestik menjadi alasan kuat bagi Xiaomi untuk memperkuat pondasi produksi dan distribusi di dalam negeri. Dua model andalan perusahaan, sedan SU7 dan SUV terbaru YU7, telah menerima sambutan positif yang luar biasa dari pasar lokal.
Penjualan model SU7 bahkan dikabarkan melampaui Tesla Model 3 sejak Desember tahun lalu, sebuah pencapaian penting mengingat Tesla adalah pemain utama di segmen mobil listrik. Sementara itu, YU7 yang baru diluncurkan juga langsung meraih ribuan pesanan dalam waktu singkat, hanya dalam 18 jam setelah peluncuran resmi.
Namun, lonjakan permintaan tersebut memunculkan tantangan tersendiri bagi Xiaomi dalam hal kapasitas produksi. Para pembeli YU7 diinformasikan bahwa waktu tunggu pengiriman mobil dapat mencapai lebih dari satu tahun. Hal ini menimbulkan keluhan di media sosial, terutama terkait lambatnya proses produksi dan distribusi kendaraan.
Ketika mendapat banyak pertanyaan seputar antrean panjang dan keterbatasan produksi dalam sesi tanya jawab pada siaran langsung, Lei Jun memilih untuk tidak memberikan penjelasan mendalam. Ia hanya menyampaikan, “Kami akan terus berusaha meningkatkan kapasitas produksi,” tanpa memberikan detail lebih lanjut mengenai strategi yang sedang dijalankan.
Strategi Xiaomi untuk memperkuat produksi domestik sebelum melakukan ekspansi internasional merupakan pendekatan yang cukup masuk akal. Pasar kendaraan listrik di China tumbuh dengan pesat, sehingga memastikan ketersediaan produk dan layanan di pasar lokal menjadi prioritas utama sebelum menghadapi tantangan pasar global yang lebih kompleks.
Dalam hal ini, Xiaomi mengambil langkah berhati-hati untuk memperbaiki rantai pasokan, memperkuat jaringan distribusi, dan memastikan kualitas produk sebelum berkompetisi di pasar luar negeri yang sudah diisi oleh berbagai merek besar.
Kendati demikian, rencana untuk menembus pasar internasional tetap menjadi target jangka panjang bagi Xiaomi. Hal ini sesuai dengan visi perusahaan yang ingin menjadi pemain global dalam industri otomotif listrik. Menurut Lei, kesempatan untuk memasuki pasar luar negeri akan mulai dibuka paling cepat pada 2027, memberi perusahaan waktu lebih dari satu setengah tahun untuk mengatasi tantangan produksi dan memperkokoh posisi di China.
Penting juga dicatat bahwa dalam industri mobil listrik, pengembangan produk dan infrastruktur produksi memerlukan investasi besar dan waktu panjang. Oleh karena itu, keputusan Xiaomi untuk fokus terlebih dahulu pada penguatan pasar dalam negeri menunjukkan kedewasaan strategi bisnis mereka dalam menghadapi dinamika pasar yang kompetitif.
Meski demikian, penggemar dan calon pembeli di luar China harus bersabar menunggu kehadiran mobil listrik Xiaomi di negara mereka. Pasalnya, ekspansi global memerlukan penyesuaian regulasi, sertifikasi keselamatan, serta pembangunan jaringan layanan purna jual yang memadai.
Secara keseluruhan, Xiaomi menunjukkan ambisi kuat untuk menjadi pemain utama di dunia otomotif listrik, namun dengan pendekatan yang terukur dan pragmatis. Dengan terus meningkatkan kapasitas produksi dan memenuhi kebutuhan pasar domestik yang besar, perusahaan ini berharap dapat meluncurkan ekspansi global yang sukses dan berkelanjutan di masa depan.