Harapan Hamil Meski Kanker Serviks, Simak Penjelasan Dokter

Kamis, 24 Juli 2025 | 13:06:32 WIB
Harapan Hamil Meski Kanker Serviks, Simak Penjelasan Dokter

JAKARTA - Bagi banyak perempuan, memiliki anak adalah bagian penting dari perjalanan hidup. Namun, ketika diagnosis kanker serviks datang, pertanyaan besar muncul: apakah masih ada kemungkinan untuk hamil? Di tengah ketakutan dan ketidakpastian, ternyata harapan itu tetap ada. Dunia medis telah membuka banyak peluang bagi perempuan dengan kanker serviks untuk tetap memiliki keturunan, meskipun jalan yang harus ditempuh tidak selalu mudah.

Kanker serviks, salah satu jenis kanker yang paling sering menyerang perempuan usia produktif, dapat memengaruhi fungsi reproduksi secara langsung. Menurut American Cancer Society, sekitar 13.360 kasus baru kanker serviks didiagnosis setiap tahunnya di Amerika Serikat. Berbeda dengan beberapa jenis kanker lain yang sering muncul di usia tua, kanker serviks justru lebih umum terjadi pada perempuan berusia 35 hingga 44 tahun. Bahkan, untuk jenis tertentu seperti GCCC (glass cell carcinoma of the cervix), usia diagnosis bisa lebih muda lagi, selisih hingga satu dekade.

Di tengah realitas ini, banyak perempuan bertanya-tanya: apakah mungkin memiliki anak setelah didiagnosis kanker serviks?

Jawabannya bergantung pada banyak faktor stadium kanker, jenis perawatan yang dibutuhkan, dan kondisi tubuh pasien. Sebagian besar perempuan yang terdiagnosis pada stadium awal masih memiliki peluang untuk mempertahankan kesuburannya. Namun, untuk stadium lanjut, kemungkinan tersebut menjadi lebih kecil, dan pasangan mungkin harus mempertimbangkan alternatif lain untuk memiliki anak.

Pilihan Perawatan yang Mendukung Kesuburan

Ketika kanker serviks ditemukan pada tahap awal atau saat sel-sel masih dalam kondisi prakanker, dokter dapat merekomendasikan prosedur yang tidak mengorbankan kesuburan. Catherine Gordon, MD, direktur medis di Fertility Center of Southern California, menjelaskan bahwa jika ahli onkologi menilai perawatan untuk mempertahankan kesuburan adalah langkah yang tepat, ada dua metode yang dapat dilakukan:

Biopsi kerucut pisau dingin: prosedur ini dilakukan dengan mengangkat hanya bagian serviks yang terinfeksi sel kanker. Karena sebagian besar serviks tetap utuh, pasien tetap memiliki peluang besar untuk hamil dan melahirkan.

Trakelektomi radikal: dalam metode ini, seluruh serviks diangkat, kecuali bagian yang menghubungkannya dengan rahim. Untuk menggantikan fungsi serviks, dokter menambahkan serklase jahitan penguat yang membantu menutup rahim dari vagina. Menurut Gordon, “Serklase menciptakan semacam serviks semu untuk menutup rahim dari vagina.”

Perempuan yang menjalani trakelektomi radikal umumnya memerlukan pengawasan intensif selama kehamilan dari dokter kandungan subspesialis kedokteran ibu dan janin, serta tim onkologi. Risiko komplikasi selama kehamilan memang lebih tinggi, tetapi bukan berarti tidak mungkin untuk membawa kehamilan hingga cukup bulan.

Ketika Perawatan Lebih Ekstensif Dibutuhkan

Namun, tidak semua kasus kanker serviks bisa ditangani dengan prosedur yang ramah terhadap kesuburan. Untuk pasien yang berada pada stadium lanjut, dokter biasanya merekomendasikan tindakan yang lebih agresif, seperti histerektomi—operasi untuk mengangkat serviks dan rahim. Bahkan dalam prosedur histerektomi radikal, dokter juga dapat mengangkat jaringan sekitar serviks, sebagian vagina, ovarium, tuba falopi, dan kelenjar getah bening.

Langkah ini biasanya diikuti dengan terapi radiasi, kemoterapi, atau kombinasi keduanya untuk mencegah penyebaran kanker. Pada kasus tertentu, radiasi harus segera dimulai tanpa menunggu masa pemulihan dari operasi, demi menekan risiko penyebaran ke kelenjar getah bening.

Pengobatan kombinasi ini meliputi radiasi eksternal, brakiterapi (radiasi internal menggunakan benih radioaktif), dan kemoterapi sistemik. Tentu saja, semua metode ini berpotensi besar merusak kesuburan secara permanen.

Masih Ada Jalan: Pembekuan Sel Telur

Meski begitu, perkembangan teknologi reproduksi memberikan alternatif yang menjanjikan. Salah satunya adalah kriopreservasi oosit, atau yang lebih dikenal dengan pembekuan sel telur. Proses ini memungkinkan pasien untuk menyimpan sel telur sebelum memulai pengobatan kanker yang agresif.

Tim medis akan memulai proses ini sesegera mungkin setelah diagnosis. Prosedurnya mirip dengan siklus fertilisasi in vitro (IVF), di mana pasien menyuntikkan hormon selama kurang lebih tiga minggu untuk merangsang ovarium menghasilkan banyak sel telur. Setelah itu, sel telur diambil dan dibekukan untuk digunakan di masa depan.

Dalam proses selanjutnya, sel telur ini bisa dibuahi dengan sperma, lalu ditanamkan kembali ke dalam rahim melalui metode IVF, atau dititipkan dalam rahim ibu pengganti jika rahim pasien sudah tidak memungkinkan.

Alternatif Memulai Keluarga

Ketika seluruh opsi medis untuk mempertahankan kesuburan tidak memungkinkan, masih ada cara lain bagi pasangan untuk memulai keluarga. Beberapa di antaranya memilih menggunakan ibu pengganti (surrogacy) atau melalui adopsi. Ini adalah pilihan yang sangat pribadi, namun bisa memberikan harapan dan kebahagiaan baru setelah perjalanan panjang melawan kanker.

Diagnosis Bukan Akhir Harapan

Kanker serviks memang diagnosis yang berat, apalagi bagi perempuan yang masih ingin memiliki anak. Namun, dengan kemajuan dunia medis saat ini, harapan untuk tetap menjadi ibu tidaklah sirna. Yang terpenting adalah berdiskusi terbuka dengan tim medis sejak awal diagnosis dan memahami semua opsi yang tersedia.

Dengan pendekatan yang tepat, rencana yang jelas, serta dukungan dari orang-orang terdekat, perempuan tetap bisa menjalani hidup yang utuh termasuk menjadi seorang ibu meski pernah berhadapan dengan kanker serviks.

Terkini