JAKARTA - Upaya peningkatan konektivitas dan pemerataan pembangunan infrastruktur di Daerah Istimewa Yogyakarta terus dikebut. Salah satu proyek strategis yang tengah menjadi sorotan adalah pembangunan jalan penghubung Kretek-Girijati yang menghubungkan wilayah Bantul dan Gunungkidul. Proyek yang dikerjakan oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk ini kini telah menunjukkan capaian signifikan dengan progres fisik mencapai 85,33 persen.
Proyek yang menelan anggaran sebesar Rp 305,67 miliar ini menjadi bagian penting dalam mendukung aksesibilitas kawasan selatan DIY. Selain memperkuat jaringan Jalur Jalan Lintas Selatan (JLLS), kehadiran jalan ini diharapkan mampu memicu pertumbuhan sektor pariwisata dan memperlancar distribusi logistik, khususnya di wilayah pesisir.
Menurut Corporate Secretary Waskita Karya, Ermy Puspa Yunita, pembangunan jalan sepanjang 5,64 kilometer ini memiliki peran vital dalam menghubungkan antarwilayah sekaligus meningkatkan kemudahan akses ke destinasi wisata unggulan Yogyakarta. “Keberadaan Jalan Kretek-Girijati akan memperlancar akses antarobjek wisata, terutama karena dapat dilalui dari Yogyakarta International Airport, Bandara Adisutjipto, hingga pusat Kota Yogyakarta," kata Ermy dalam keterangan tertulis.
Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa sambungan trase Kretek-Girijati ke jaringan JLLS yang telah ada akan memberikan efek domino terhadap berbagai aspek sosial ekonomi masyarakat. Selain mempercepat waktu tempuh perjalanan, infrastruktur ini juga berpotensi menurunkan biaya logistik barang dan jasa yang melintasi kawasan tersebut.
“Dengan terhubungnya ruas ini ke jaringan JLLS yang lebih luas, kita dapat memangkas waktu dan biaya distribusi logistik. Hal ini tentu akan berdampak pada peningkatan efisiensi, baik untuk industri pariwisata maupun sektor perdagangan lokal,” ungkap Ermy.
Pembangunan jalan Kretek-Girijati juga tak lepas dari peran strategisnya dalam mendukung program nasional. Jalan ini diarahkan untuk mendukung pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang mencakup Bentang Alam Gunungkidul dan Pantai Selatan Yogyakarta. Kawasan-kawasan tersebut dikenal memiliki daya tarik wisata berbasis alam yang kuat, namun selama ini masih menghadapi tantangan aksesibilitas.
Dari sisi teknis pelaksanaan, Waskita Karya menekankan pentingnya menjaga keberlanjutan lingkungan dalam seluruh proses konstruksi. Ermy menyampaikan bahwa berbagai metode ramah lingkungan diterapkan demi meminimalisasi dampak negatif terhadap alam sekitar.
"Perusahaan memperhatikan kelestarian lingkungan sekitar. Kami melakukan penghijauan lereng menggunakan erotion blanket berbahan cocomesh serta memasang pondasi borepile untuk menjaga kestabilan lereng. Bahkan, sebelum pembangunan dimulai, dilakukan identifikasi tanah (soil identification) agar desain konstruksi sesuai dengan kondisi lapangan,” jelasnya.
Komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan ini, menurut Ermy, menjadi bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan dalam setiap proyek infrastruktur yang dijalankan. Proyek ini bukan hanya soal membangun fisik jalan, tapi juga memastikan harmoni antara pembangunan dan kelestarian lingkungan.
Selain aspek teknis dan lingkungan, partisipasi masyarakat lokal juga menjadi bagian integral dari proses pembangunan. Waskita Karya mengajak masyarakat sekitar untuk terlibat, baik dalam pekerjaan konstruksi maupun dalam penyediaan layanan pendukung. Langkah ini menjadi bukti kolaborasi yang positif antara BUMN dengan warga setempat.
“Waskita Karya melibatkan masyarakat lokal dalam proses pembangunan, mulai dari konstruksi hingga penyediaan layanan pendukung. Hal ini turut menjadi bukti dukungan penuh warga sekitar terhadap proyek tersebut,” ujar Ermy.
Menurutnya, antusiasme warga terhadap proyek ini sangat tinggi karena mereka menyadari bahwa keberadaan jalan ini akan membawa dampak positif jangka panjang. “Kami bangga bisa berkontribusi dalam pembangunan jalan yang nantinya akan menjadi kebanggaan warga Yogyakarta,” tuturnya.
Proyek ini juga dinilai mampu menggerakkan ekonomi lokal selama masa konstruksi berlangsung. Dengan adanya lapangan pekerjaan dan aktivitas pendukung lainnya, masyarakat setempat dapat merasakan manfaat langsung dari pembangunan infrastruktur yang ada.
Dari segi kebijakan, proyek ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam memperluas jaringan jalan nasional, mempercepat konektivitas antarwilayah, dan memperkuat daya saing sektor pariwisata di kawasan selatan Pulau Jawa. Jalur lintas Kretek-Girijati yang tersambung ke JLLS menjadi bagian dari peta besar pembangunan yang mencakup pulau-pulau utama di Indonesia.
Ke depan, jika seluruh ruas telah rampung dan dapat difungsikan secara penuh, maka bukan tidak mungkin jalur ini akan menjadi alternatif utama lalu lintas wisatawan dan pengangkutan barang dari dan ke wilayah DIY. Hal ini tentu diharapkan dapat memberikan nilai tambah tidak hanya bagi perekonomian daerah, tetapi juga nasional.
Dengan progres pembangunan yang kini mendekati penyelesaian, harapan besar pun tertumpu pada selesainya proyek ini sesuai target dan spesifikasi yang direncanakan. Masyarakat DIY, khususnya yang berada di Bantul dan Gunungkidul, dapat segera merasakan dampak positif dari keberadaan jalan Kretek-Girijati yang menjadi penopang konektivitas dan simbol kemajuan pembangunan infrastruktur berbasis keberlanjutan.