JAKARTA - Gelaran Community Shield kerap dipandang sekadar laga pembuka musim Liga Inggris. Namun, di balik predikat itu, trofi ini menyimpan sejarah panjang yang merekam cerita kejayaan, dominasi, hingga kejutan besar yang tak jarang mengubah peta persaingan. Musim ini, panggung di Wembley menjadi saksi lahirnya babak baru: Crystal Palace meraih gelar perdana mereka, sekaligus mencatatkan namanya di buku sejarah sepak bola Inggris.
Partai final tersebut mempertemukan Palace dengan Liverpool dalam duel yang berlangsung ketat. Kedua tim bermain imbang 2-2 di waktu normal, memaksa pertandingan ditentukan lewat drama adu penalti. Di sinilah Palace menunjukkan mental baja. Eksekusi yang tenang dan terukur membuat mereka menang 3-2, memastikan trofi pertama Community Shield dalam sejarah klub.
Kemenangan ini bukan sekadar angka satu di kolom gelar. Bagi Palace, ini adalah simbol bahwa mereka mampu menundukkan raksasa Premier League di panggung prestisius. Trofi ini menjadi motivasi tambahan untuk mengarungi musim yang panjang dan berat, sekaligus pengingat bahwa kejutan masih punya tempat di dunia sepak bola modern.
- Baca Juga Kuliner Coto Makassar
Jejak Panjang Community Shield Sejak 1908
Community Shield pertama kali digelar pada 1908, menggantikan Sheriff of London Charity Shield. Awalnya mempertemukan juara liga dengan juara Piala FA, formatnya kini menjadi ajang antara juara Premier League dan pemenang FA Cup musim sebelumnya. Meski statusnya laga pembuka, reputasinya cukup tinggi di mata klub dan suporter, karena menjadi indikator awal performa tim jelang musim baru.
Di sepanjang sejarahnya, Manchester United berdiri sebagai penguasa tunggal. Total 21 gelar mereka menjadi bukti konsistensi di berbagai era, mulai dari generasi awal abad ke-20, puncak kejayaan di bawah Sir Alex Ferguson, hingga terakhir kali mengangkat trofi ini pada 2016. Community Shield kerap dijadikan panggung oleh United untuk mengirim pesan kepada rival bahwa mereka siap merebut musim kompetisi.
Arsenal menyusul di posisi kedua dengan 17 trofi. Klub asal London Utara ini kerap memanfaatkan Community Shield sebagai ajang unjuk kekuatan taktik, baik di era panjang Arsène Wenger maupun di bawah arahan Mikel Arteta. Banyak penggemar Arsenal menganggap trofi ini sebagai penanda musim yang potensial jika dimenangkan.
Liverpool, dengan 16 gelar, berada di peringkat ketiga. Kejayaan mereka di ajang ini banyak diraih pada era Bob Paisley, Kenny Dalglish, dan Jurgen Klopp. The Reds memandang Community Shield bukan sekadar laga persahabatan, melainkan kesempatan untuk membangun momentum sebelum liga dimulai.
Klub-klub Lain yang Mencatatkan Namanya
Everton menempati peringkat berikutnya dengan sembilan gelar, mayoritas diraih pada periode keemasan mereka di 1980-an. Manchester City dan Tottenham Hotspur sama-sama mengoleksi tujuh trofi, namun dengan latar cerita berbeda. City mendominasi di era modern bersama Pep Guardiola, sementara Spurs meraihnya terutama di periode awal abad ke-20 hingga 1960-an.
Chelsea, Wolverhampton Wanderers, dan FA Professionals XI sama-sama mencatat empat gelar. Bagi Chelsea, pencapaian ini tersebar di beberapa era, termasuk masa kejayaan José Mourinho dan Carlo Ancelotti. Sementara Wolves dan FA Professionals XI meraihnya pada era kompetisi masih mencari format ideal.
Lalu, ada deretan klub yang mengoleksi dua gelar seperti Leicester City, Leeds United, Burnley, West Bromwich Albion, dan FA Amateurs XI. Mereka adalah bukti bahwa kejayaan di Community Shield bisa datang dari klub mana saja, meskipun tidak selalu diiringi dominasi di liga.
Daftar klub dengan satu gelar cukup panjang, mencerminkan luasnya penyebaran sejarah trofi ini. Nama-nama seperti Newcastle United, Aston Villa, Nottingham Forest, Derby County, West Ham United, Bolton Wanderers, Portsmouth, Sunderland, Sheffield Wednesday, Cardiff City, Huddersfield Town, Blackburn Rovers, Brighton & Hove Albion, dan kini Crystal Palace, menjadi bagian dari kisah keberagaman pemenang ajang ini.
Crystal Palace: Dari Underdog Menjadi Juara
Keberhasilan Palace menambah satu nama baru dalam daftar juara membuat Community Shield musim ini terasa spesial. Mereka mematahkan anggapan bahwa trofi ini hanya milik klub-klub elite. Perjalanan menuju kemenangan melawan Liverpool menunjukkan bahwa kualitas, taktik tepat, dan mentalitas kuat bisa mengalahkan segala prediksi.
Kemenangan lewat adu penalti menunjukkan kekuatan mental para pemain Palace. Mereka mampu menjaga ketenangan di bawah tekanan Wembley yang penuh suporter lawan. Bagi manajer dan pemain, trofi ini bukan hanya simbol keberhasilan satu pertandingan, tapi juga pembuktian bahwa mereka siap menatap musim dengan rasa percaya diri lebih tinggi.
Daftar Lengkap Juara Community Shield hingga 2025
Manchester United – 21 gelar
Arsenal – 17 gelar
Liverpool – 16 gelar
Everton – 9 gelar
Manchester City – 7 gelar
Tottenham Hotspur – 7 gelar
Chelsea – 4 gelar
Wolverhampton Wanderers – 4 gelar
FA Professionals XI – 4 gelar
Leicester City – 2 gelar
Leeds United – 2 gelar
Burnley – 2 gelar
West Bromwich Albion – 2 gelar
FA Amateurs XI – 2 gelar
Newcastle United – 1 gelar
Crystal Palace – 1 gelar
Aston Villa – 1 gelar
Nottingham Forest – 1 gelar
Derby County – 1 gelar
West Ham United – 1 gelar
Bolton Wanderers – 1 gelar
Portsmouth – 1 gelar
Sunderland – 1 gelar
Sheffield Wednesday – 1 gelar
Cardiff City – 1 gelar
Huddersfield Town – 1 gelar
Blackburn Rovers – 1 gelar
Brighton & Hove Albion – 1 gelar
Lebih dari Sekadar Laga Pembuka
Community Shield sering dianggap kurang prestisius dibanding Premier League atau FA Cup. Namun, bagi klub, gelar ini tetap memiliki makna tersendiri. Ia menjadi bukti kesiapan menyongsong musim baru, alat ukur kekuatan, dan tak jarang, trofi pertama yang mengawali era baru.
Bagi Manchester United, rekor 21 gelar adalah simbol supremasi. Bagi Arsenal dan Liverpool, Community Shield adalah etalase gaya bermain dan ambisi awal musim. Bagi Crystal Palace, trofi ini adalah sejarah pertama yang mungkin akan menjadi titik awal perjalanan lebih besar.
Dengan cerita yang terus bertambah setiap musim, Community Shield membuktikan dirinya sebagai panggung yang tak pernah kehilangan daya tarik — tempat di mana sejarah, kejayaan, dan kejutan bisa lahir dalam satu pertandingan.