JAKARTA - Transportasi massal di Indonesia tengah memasuki babak baru dengan hadirnya inovasi dari PT Kereta Api Indonesia (Persero). Perseroan kini mengembangkan konsep Kereta Penumpang Kelas Ekonomi (K3) Khusus Petani-Pedagang yang dirancang untuk memberikan akses lebih mudah bagi masyarakat, terutama kalangan petani dan pedagang kecil. Terobosan ini bukan sekadar menambah moda transportasi baru, melainkan juga menawarkan solusi terhadap tantangan mobilitas barang hasil bumi dan dagangan rakyat yang selama ini kerap terkendala biaya, waktu, dan efisiensi.
Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, mengungkapkan bahwa saat ini kereta khusus tersebut tengah menjalani tahap uji coba. “KA petani dan pedagang, dinamic trial,” ujarnya dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI. Menurutnya, uji coba ini penting untuk melihat sejauh mana inovasi tersebut dapat diterima pasar dan memberikan nilai tambah bagi ekonomi masyarakat.
Lebih lanjut, Bobby menjelaskan bahwa uji coba ini akan memberikan masukan berharga bagi perseroan. Feedback yang diperoleh nantinya akan menjadi dasar penentuan nilai ekonomi dari operasional kereta khusus ini. “Kita akan lihat feedback sehingga kami bisa menentukan nilai ekonominya untuk menumbuhkan petani dan pedagang terutama untuk mengangkut komoditasnya dengan kereta api,” tambahnya.
Modifikasi Khusus untuk Akomodasi Hasil Bumi dan Dagangan
Kereta Petani-Pedagang bukanlah rangkaian kereta baru sepenuhnya, melainkan hasil modifikasi dari kereta kelas bisnis dan ekonomi yang sudah ada. Modifikasi dilakukan di UPT Balai Yasa Surabaya Gubeng dengan menyesuaikan kebutuhan petani dan pedagang, baik dari segi kapasitas angkut maupun kenyamanan.
Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, mengungkapkan bahwa ide kereta ini sudah dibahas sejak 2024 dan kini mulai diwujudkan. “Konsep desainnya mengedepankan kemudahan akses dan ruang angkut yang lebih luas. Tempat duduk dipasang sejajar di sisi kiri dan kanan kereta, sehingga ruang tengah lapang untuk menempatkan hasil pertanian atau barang dagangan, sekaligus memudahkan pergerakan di dalam kereta,” jelas Anne.
Selain tata letak tempat duduk yang diubah, sejumlah detail teknis juga mengalami penyesuaian. Pintu bordes diperlebar dari 800 mm menjadi 900 mm agar memudahkan barang keluar masuk. Sekat partisi dan bordes dihilangkan, sehingga akses barang menjadi lebih lancar. Jumlah kursi juga dikurangi menjadi 73 dari sebelumnya 106, sehingga memberikan ruang lebih lega. Fasilitas lain seperti toilet tetap tersedia satu unit per kereta dan rak bagasi tetap dipertahankan untuk kenyamanan penumpang.
Uji Statis dan Dinamis Menuju Sertifikasi
Tahapan pengembangan kereta ini tidak hanya berhenti pada modifikasi desain. Uji teknis dilakukan secara bertahap untuk memastikan keamanan dan kenyamanan. Uji statis telah dilakukan di Surabaya Gubeng, yang kemudian dilanjutkan dengan uji dinamis dengan rute Surabaya Gubeng–Lamongan pulang-pergi.
Pada tahap awal, uji coba dilakukan oleh internal KAI. Ke depannya, pengujian akan melibatkan Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan untuk memastikan seluruh aspek keselamatan terpenuhi. Sertifikasi dari pihak regulator menjadi syarat mutlak sebelum kereta ini benar-benar dapat beroperasi melayani masyarakat luas.
Misi Besar Menuju Transportasi Inklusif
Lebih dari sekadar inovasi teknis, Kereta Petani-Pedagang juga merefleksikan misi besar KAI dalam mendukung pembangunan nasional. Program ini sejalan dengan semangat Astacita Menuju Indonesia Emas 2045, yang menekankan pentingnya pembangunan ekonomi inklusif, ramah lingkungan, dan berdaya saing global.
KAI melalui Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) menetapkan delapan misi utama, termasuk menjadikan kereta api sebagai motor penggerak pembangunan nasional, menghadirkan layanan prima yang berorientasi pelanggan, hingga mendukung pertumbuhan ekonomi melalui konektivitas logistik. Kehadiran kereta khusus untuk petani dan pedagang ini merupakan salah satu implementasi nyata dari misi tersebut.
“Kereta Petani-Pedagang merupakan wujud nyata dalam menghadirkan transportasi yang inklusif dan merata. Inovasi ini tidak hanya sekadar moda transportasi baru, tetapi juga instrumen untuk mendukung perekonomian masyarakat bawah melalui pengangkutan hasil bumi dan barang dagangan dengan lebih efisien,” demikian disampaikan KAI dalam keterangannya.
Harapan untuk Petani dan Pedagang Kecil
Dengan adanya kereta khusus ini, para petani diharapkan dapat mengangkut hasil panen mereka dalam jumlah lebih besar dengan biaya yang lebih terjangkau. Begitu pula pedagang kecil yang sering menghadapi kendala distribusi barang dagangan ke pasar atau kota tujuan. Akses yang lebih luas dan fasilitas angkut yang memadai akan sangat membantu memperlancar rantai distribusi, sekaligus meningkatkan daya saing produk lokal.
Kereta ini tidak hanya memberikan keuntungan dari sisi logistik, tetapi juga membuka peluang interaksi ekonomi baru di sepanjang rute perjalanan. Dengan kapasitas angkut lebih besar, petani dan pedagang bisa lebih leluasa memasarkan produk mereka ke wilayah yang lebih luas, bahkan hingga menjangkau pasar di luar daerah.
Kehadiran Kereta Petani-Pedagang menunjukkan bagaimana inovasi transportasi dapat langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Bukan sekadar membangun infrastruktur, tetapi juga menghadirkan solusi nyata bagi problem mobilitas hasil pertanian dan perdagangan rakyat.
Bila uji coba ini berjalan lancar dan mendapatkan respons positif, bukan tidak mungkin model serupa akan diperluas ke berbagai daerah di Indonesia. Dengan demikian, kereta api benar-benar menjadi alat pemersatu sekaligus penggerak roda ekonomi nasional yang inklusif, efisien, dan ramah masyarakat.