Mengenal 10 Pakaian Tradisional Jepang, Tak Hanya Kimono

Senin, 25 Agustus 2025 | 08:36:13 WIB
Mengenal 10 Pakaian Tradisional Jepang, Tak Hanya Kimono

JAKARTA - Saat membicarakan pakaian tradisional Jepang, banyak orang langsung teringat pada kimono. Padahal, budaya Jepang memiliki berbagai jenis pakaian tradisional lain yang juga kaya akan sejarah dan makna budaya. Dari busana formal hingga pakaian kasual, masing-masing jenis memiliki keunikan dan fungsi yang berbeda.

Kimono: Warisan Bangsawan Jepang

Kimono merupakan salah satu pakaian tradisional Jepang tertua. Kata kimono berasal dari kanji “ki” (着) yang berarti pakai, dan “mono” (物) yang berarti benda atau barang. Pakaian ini pertama kali dipakai oleh kalangan bangsawan pada periode Heian (794-1185) dan kemudian menyebar ke masyarakat luas. Aktor kabuki dan geisha pun kerap mengenakan kimono dalam pertunjukan mereka.

Bentuk kimono menyerupai huruf T dan panjangnya mencapai pergelangan kaki. Kimono wanita berbentuk terusan, sedangkan kimono pria berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah kiri saat dikenakan. Kimono terdiri dari beberapa lapisan, termasuk nagajuban (lapisan dalam), date eri (kerah tambahan), kimono utama, dan obi (sabuk). Ada pula obiage untuk mencegah obi melorot, serta obijime sebagai tali pengikat tambahan.

Yukata: Pakaian Santai Musim Panas

Berbeda dengan kimono, yukata dibuat dari katun tipis dan lebih kasual. Pakaian ini populer digunakan pada musim panas atau sebagai jubah mandi di pemandian air panas. Awalnya, yukata berwarna putih atau biru tua, namun kini hadir dalam beragam warna cerah dan motif, mulai dari bunga, polkadot, hingga buah-buahan. Aksesoris yang dipakai meliputi obi, alas kaki geta atau zori, serta kipas dan tas kecil bermotif senada.

Furisode: Kimono Formal untuk Wanita Belum Menikah

Furisode menonjolkan lengan panjang yang mencapai pergelangan tangan atau lantai, menandakan pemakainya adalah wanita muda yang belum menikah. Pakaian ini digunakan dalam upacara kedewasaan, upacara minum teh, dan acara pernikahan. Terbuat dari sutra, furisode hadir dalam warna cerah dengan motif bunga, bangau (tsuru), atau bunga sakura.

Jinbei: Santai dan Nyaman

Jinbei dikenakan oleh pria maupun wanita di musim panas. Terbuat dari kain ringan, atasan jinbei memiliki kancing atau tali pengikat di depan, sedangkan celana pendek menggunakan karet di pinggang. Jinbei menawarkan kenyamanan tanpa meninggalkan sentuhan tradisional, menjadikannya populer sebagai pakaian rumah atau festival musim panas.

Haori dan Hakama: Formal dan Bersejarah

Haori adalah mantel yang dipakai di atas kimono, sedangkan hakama adalah celana seperti rok yang dahulu dikenakan pria samurai. Kini, haori dan hakama dipakai oleh pria dan wanita dalam upacara pernikahan, wisuda, serta kegiatan seni bela diri seperti kendo dan kyudo. Haori modern juga dipakai sebagai seragam kerja atau mantel santai di atas yukata.

Samue: Pakaian Santai Para Biksu

Samue awalnya digunakan oleh biksu dalam kegiatan keagamaan atau tugas sehari-hari di kuil. Terbuat dari katun, atasan dan celana samue longgar sehingga nyaman dipakai bergerak bebas. Kini, samue juga digunakan sebagai pakaian rumah yang nyaman.

Komon: Kimono dengan Pola Kecil

Komon adalah kimono sutra dengan motif yang menutupi seluruh bagian kain. Cocok untuk acara kasual, komon memiliki pola sederhana seperti bunga, daun, burung, atau desain geometris. Proses pewarnaan tradisional yuzen membuat tampilan komon anggun dan rapi.

Fundoshi: Pakaian Dalam Pria Tradisional

Fundoshi adalah kain yang dililitkan di pinggang dan bagian belakang terbuka. Dahulu digunakan sehari-hari sebelum Perang Dunia II, kini lebih sering dipakai dalam festival atau sebagai pakaian para pegulat sumo (mawashi).

Happi: Mantel Pendek Tradisional

Happi adalah jubah pendek dengan lengan lebar, sering digunakan dalam festival untuk menandai kelompok atau acara tertentu. Desainnya cerah dan mencolok, sering dipadukan dengan hakama atau rok pendek serta sandal geta.

Uchikake: Pakaian Pernikahan Tradisional

Uchikake merupakan pakaian pengantin wanita Jepang yang dikenakan di atas kimono pernikahan (shiro-muku atau iro-uchikake). Dihiasi bordir atau motif bunga dan burung, uchikake melambangkan keanggunan dan keindahan dalam budaya pernikahan Jepang.

Selain kimono dan yukata, Jepang memiliki beragam pakaian tradisional dengan fungsi dan makna masing-masing. Mulai dari furisode, jinbei, haori-hakama, hingga uchikake, semua jenis pakaian ini mencerminkan budaya, sejarah, dan seni Jepang. Bagi wisatawan yang berkunjung ke Jepang, mencoba mengenakan salah satu pakaian tradisional ini menjadi pengalaman menarik yang menghubungkan masa lalu dan budaya modern Jepang.

Terkini

Baca WhatsApp Tanpa Ketahuan

Senin, 25 Agustus 2025 | 15:23:57 WIB

Samsung Galaxy A07: HP Murah Performa Tinggi

Senin, 25 Agustus 2025 | 15:27:24 WIB

iPhone 2025: Harga Bocoran Seri Terbaru

Senin, 25 Agustus 2025 | 15:31:07 WIB

Wisata Hits Yang Ada di Pati

Senin, 25 Agustus 2025 | 15:36:27 WIB