JAKARTA - Pemerintah Indonesia kembali menegaskan komitmennya dalam memperkuat industri mineral nasional melalui pembentukan Badan Industri Mineral. Kehadiran badan ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan peran Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), melainkan menjadi wadah riset strategis yang fokus pada pengembangan teknologi dan pengolahan mineral, termasuk logam tanah jarang yang menjadi komoditas vital di era modern.
Kolaborasi, Bukan Kompetisi
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Tri Winarno, menekankan bahwa Badan Industri Mineral akan berperan sebagai lembaga penelitian dan tidak akan tumpang-tindih dengan tugas kementerian. “Badan itu untuk riset. Nanti kami tetap koordinasi supaya tetap bagus. Nanti tetap ada pembagian tugasnya, enggak akan bertabrakan,” ujarnya saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
- Baca Juga Lava Blaze 2: Elegan dan Ringkas
Tri menambahkan, meski regulasi yang mengatur badan baru ini belum dibaca secara detail, pemerintah berkomitmen agar kedua lembaga dapat bersinergi, bukan bersaing. Badan ini diharapkan menjadi penguat kapasitas penelitian dan pengembangan sektor mineral yang selama ini masih terbatas dari sisi teknologi.
Dukungan dari Dunia Usaha
Kehadiran Badan Industri Mineral mendapat sambutan positif dari kalangan pengusaha tambang di Indonesia. Hendra Sinadia, Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA), menyebut lembaga ini bisa menjadi penggerak penghiliran mineral, terutama untuk logam tanah jarang atau rare earth element.
Menurut Hendra, pengembangan logam tanah jarang di dalam negeri selama ini terkendala keterbatasan teknologi. “Kami melihat ini langkah positif. Apalagi pengembangan logam tanah jarang di dalam negeri masih jalan di tempat,” ujarnya. Logam tanah jarang menjadi penting karena digunakan dalam teknologi modern, mulai dari perangkat elektronik, kendaraan listrik, hingga pertahanan dan dirgantara.
Hendra menekankan bahwa Indonesia memiliki potensi rare earth yang besar, sehingga pembentukan badan riset ini menandakan keseriusan pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya strategis tersebut. Dengan dukungan lembaga riset, diharapkan Indonesia mampu meningkatkan nilai tambah mineral, mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah, dan memperkuat posisi strategis di pasar global.
Fokus pada Riset dan Teknologi
Badan Industri Mineral akan berfungsi sebagai pusat penelitian dan pengembangan teknologi mineral, termasuk pengolahan dan pemanfaatan logam tanah jarang. Tujuan utamanya adalah memperkuat ekosistem industri hilir mineral, sehingga Indonesia bisa menghasilkan produk mineral yang lebih kompetitif secara global.
Pengembangan rare earth dianggap penting karena banyak negara berlomba-lomba menguasai sumber daya ini untuk kepentingan industri pertahanan, kendaraan listrik, dan elektronik. Dengan kapasitas penelitian yang lebih baik, Indonesia berpeluang meningkatkan nilai ekonomi mineral strategis serta mendorong inovasi teknologi dalam negeri.
Penunjukan Kepala Badan
Untuk memimpin Badan Industri Mineral, Presiden menunjuk Brian Yuliarto sebagai kepala lembaga. Saat ini, Brian juga menjabat sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Penunjukan ini berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 77 Tahun 2025, dan dilakukan bersamaan dengan pengambilan sumpah sejumlah pejabat tinggi negara lainnya, termasuk Hakim Agung, Kepala BNN, Kepala BNPT, serta beberapa duta besar RI.
Brian Yuliarto diharapkan dapat membawa pengalaman dan visi strategisnya dalam pendidikan tinggi dan sains untuk memperkuat riset mineral di Indonesia. Penunjukan sosok yang memahami riset dan teknologi diharapkan mempercepat pengembangan industri hilir mineral, sehingga Indonesia tidak hanya menjadi pengekspor bahan mentah, tetapi juga produsen teknologi berbasis mineral.
Implikasi bagi Industri Mineral Nasional
Dengan pembentukan badan riset ini, pemerintah menegaskan bahwa masa depan sektor pertambangan Indonesia tidak hanya mengandalkan eksploitasi sumber daya alam, tetapi juga pada inovasi dan teknologi. Badan ini akan menjadi jembatan antara riset akademik, pengembangan teknologi, dan implementasi industri.
Kehadiran lembaga riset khusus mineral diharapkan mampu:
Memperkuat kapasitas teknologi pengolahan mineral, termasuk logam tanah jarang.
Mendorong nilai tambah produk mineral, sehingga industri nasional lebih kompetitif.
Menjadi pusat kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan dunia usaha.
Menyediakan data dan rekomendasi kebijakan berbasis riset untuk sektor pertambangan.
Bagi pengusaha, badan ini menjadi peluang strategis untuk mengembangkan sektor hilir mineral, meningkatkan efisiensi produksi, dan memperluas jaringan teknologi. Selain itu, kolaborasi yang baik antara badan riset dan Kementerian ESDM diharapkan menciptakan ekosistem industri mineral yang lebih sehat dan produktif.
Pembentukan Badan Industri Mineral menegaskan komitmen pemerintah untuk memperkuat industri pertambangan berbasis riset dan teknologi. Lembaga ini tidak akan menggantikan peran Kementerian ESDM, melainkan menjadi mitra strategis dalam penelitian dan pengembangan teknologi mineral. Dengan dukungan kalangan usaha dan penunjukan kepala badan yang berpengalaman di bidang sains, Indonesia berpeluang menjadi pemain penting di sektor mineral, khususnya logam tanah jarang.
Kolaborasi antara badan riset, kementerian, dan industri diharapkan menghasilkan inovasi, meningkatkan nilai tambah mineral, dan memperkuat posisi Indonesia di pasar global. Kehadiran Badan Industri Mineral bukan sekadar formalitas, tetapi langkah strategis untuk mendorong sektor pertambangan Indonesia ke level yang lebih maju dan berkelanjutan.