JAKARTA - Di tengah geliat sektor pertanian yang kerap menghadapi tantangan, muncul sosok sederhana namun penuh semangat dari Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Yustam, akrab disapa Pakde Yustam, menunjukkan bahwa kerja keras, ketekunan, dan kemauan berbagi ilmu bisa membawa perubahan nyata.
Pada usia 58 tahun, ia tidak hanya sukses mengelola lahan sendiri, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi ratusan petani di sekitarnya.
Awal Perjalanan: Belajar Mandiri dengan Tekun
Pakde Yustam mulai menapaki dunia pertanian sejak tahun 1999. Setelah lulus SMA, ia tidak serta-merta memiliki pengetahuan mendalam soal budidaya tanaman. Semua ia pelajari secara otodidak, baik dari keluarga yang lebih berpengalaman maupun dari buku-buku pertanian yang ia baca dengan tekun.
Kebiasaan belajar mandiri itu menumbuhkan sikap pantang menyerah sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri dalam mengembangkan usaha taninya. Dari pengalaman kecil yang ia kumpulkan, Pakde Yustam perlahan membangun pondasi pengetahuan yang membuatnya mampu mengelola lahan secara lebih profesional.
Berkenalan dengan Benih Unggul
Titik balik penting dalam perjalanan bertani Pakde Yustam terjadi pada 2008. Saat itu, ia mulai mengenal benih-benih unggul sayuran dan memberanikan diri memanfaatkannya di lahan pribadi. Kini, ia mengelola sekitar 1,3 hektare lahan dengan beragam komoditas, mulai dari jagung manis, kacang panjang, timun, gambas, terong ungu, hingga cabai keriting.
Salah satu momen paling berkesan adalah ketika ia menanam 500 batang oyong Anggun TAVI F1 dan berhasil memanen sekitar 2,5 ton. Bagi Pakde Yustam, pencapaian tersebut tidak hanya memberikan keuntungan finansial, tetapi juga meneguhkan keyakinannya: ketekunan merawat tanaman dengan benih unggul pasti membuahkan hasil yang sepadan.
Membagi Ilmu, Membagi Harapan
Meski telah mencatat keberhasilan pribadi, Pakde Yustam merasa pencapaiannya belum lengkap jika tidak memberi manfaat bagi orang lain. Ia aktif mengajak petani sekitar untuk mencoba praktik budidaya yang lebih baik. Hingga kini, sedikitnya 27 petani telah mengikuti ajakan dan saran darinya.
Tidak hanya berhenti mengajak, ia juga membuka lahannya sebagai tempat belajar terbuka. Baru-baru ini, lebih dari 165 petani belajar langsung di lahan miliknya mengenai budidaya jagung dan terong. Dari pengalaman mengelola dua tanaman tersebut, ia berbagi teknik mulai dari pemilihan benih, metode tanam, hingga menjaga kualitas hasil panen.
Dari Lahan Hingga Forum Diskusi
Selain membuka lahan sebagai tempat praktik, Pakde Yustam juga sering hadir di berbagai acara pertanian sebagai pembicara. Dengan rendah hati, ia membagikan pengalaman serta tips praktis yang bisa langsung diterapkan petani lain. Kehadirannya di forum-forum ini semakin memperkuat citra dirinya sebagai petani yang peduli pada kemajuan sesama.
“Ilmu kalau dibagi itu manfaatnya jadi lebih besar. Kalau hanya saya sendiri yang berhasil, nilainya tidak seberapa. Tapi kalau banyak petani ikut maju, hasilnya akan lebih terasa,” begitu prinsip yang dipegang teguh Pakde Yustam.
Penghargaan Sebagai Master Panen
Ketekunan dan konsistensinya membuat Pakde Yustam mendapat apresiasi. Ia dinobatkan sebagai salah satu Master Panen Jawa Tengah oleh Cap Panah Merah. Gelar ini diberikan bukan semata-mata karena hasil panennya, melainkan karena kontribusinya yang nyata dalam membagikan ilmu dan mendorong petani lain mencontoh praktik baik.
Cap Panah Merah sendiri mendukung penyebaran kisah inspiratif petani seperti Pakde Yustam melalui media sosial, agar semakin banyak petani lain di Indonesia yang tergerak.
Belajar dan Berbagi di Learning Farm
Pakde Yustam juga pernah hadir di Learning Farm Cap Panah Merah, sebuah sarana edukasi pertanian inovatif. Tidak sekadar menjadi peserta, ia juga aktif menyampaikan pengalaman pribadi kepada sesama petani yang hadir. Hal ini semakin menegaskan bahwa dirinya tidak pernah berhenti belajar sekaligus terus berusaha menularkan semangat positif.
Menjadi Penggerak Perubahan
Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Pakde Yustam membuktikan bahwa keberhasilan bertani tidak hanya diukur dari banyaknya panen, tetapi juga dari seberapa besar manfaat yang bisa dibagikan kepada orang lain.
Di mata komunitasnya, ia bukan sekadar petani, tetapi juga penggerak perubahan. Sosok yang menunjukkan bahwa pertanian adalah jalan hidup yang bisa membawa kesejahteraan jika dijalani dengan ketekunan, keterbukaan, dan semangat gotong royong.