Teknologi CCU Petrokimia Gresik Dorong Industri Hijau Murah

Jumat, 19 September 2025 | 15:04:13 WIB
Teknologi CCU Petrokimia Gresik Dorong Industri Hijau Murah

JAKARTA - Transformasi menuju industri hijau sering kali dianggap membutuhkan biaya besar dan investasi teknologi yang rumit. Namun uji coba penerapan carbon capture utilization (CCU) di PT Petrokimia Gresik (PG) memberikan perspektif baru: teknologi ramah lingkungan ternyata bisa diterapkan dengan relatif terjangkau, sekaligus membawa manfaat ekonomi tambahan.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, hasil uji coba selama tiga hingga empat bulan terakhir menunjukkan progres signifikan. Teknologi CCU yang dipasang langsung di cerobong pabrik berhasil menurunkan emisi karbon hingga 65 persen, sekaligus mereduksi polusi udara di sekitar area produksi sebesar 70 hingga 80 persen.

“Alhamdulillah, ini masih proses piloting, terus trial and error, penyempurnaan terus-menerus,” ujar Agus dalam acara Kumparan Green Initiative Conference 2025 di Jakarta, Kamis.

Transformasi Hijau Tanpa Biaya Tinggi

Salah satu temuan penting dari uji coba ini adalah bahwa teknologi CCU tidak selalu identik dengan biaya mahal. Agus menjelaskan, perangkat yang dipasang di Petrokimia Gresik berasal dari perusahaan Taiwan dengan harga relatif murah.

Menurutnya, hal ini membuktikan bahwa peralihan ke industri hijau tidak lagi bisa digambarkan sebagai beban investasi yang memberatkan.

“Tidak perlu ada lagi narasi yang mengatakan bertransformasi menuju industri hijau itu biaya yang tinggi atau investasinya tinggi, karena teknologi ini sudah proven dan murah,” tegas Menperin.

Narasi ini menjadi penting untuk menghapus skeptisisme sebagian pelaku industri yang masih ragu berinvestasi dalam teknologi pengurangan emisi. Dengan contoh konkret dari Petrokimia Gresik, perusahaan lain diharapkan lebih percaya diri mengambil langkah serupa.

Manfaat Ekonomi dari Produk Turunan

Selain menekan emisi karbon, CCU juga membuka peluang ekonomi baru. Proses penangkapan dan pemanfaatan karbon menghasilkan produk turunan berupa soda ash, salah satu bahan kimia penting yang banyak digunakan dalam industri kaca, deterjen, dan kimia dasar.

Indonesia selama ini masih mengimpor soda ash dalam jumlah besar. Dengan keberhasilan uji coba CCU, ada potensi besar bagi industri dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan impor sekaligus menekan beban neraca perdagangan.

Agus menekankan, perluasan penggunaan CCU tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga berkontribusi pada efisiensi ekonomi nasional. Jika teknologi ini diterapkan secara luas, Indonesia bisa menjadi lebih mandiri dalam penyediaan bahan kimia strategis.

Uji Coba Berjalan Enam Bulan

Uji coba CCU di Petrokimia Gresik direncanakan berlangsung selama enam bulan penuh. Langkah ini penting untuk memastikan konsistensi kinerja teknologi, baik dalam aspek reduksi emisi maupun kualitas produk turunan yang dihasilkan.

Hasil akhir dari uji coba akan menjadi dasar pertimbangan Kementerian Perindustrian dalam menyusun strategi implementasi CCU yang lebih luas.

Agus menambahkan, pihaknya juga tengah menyiapkan kerangka regulasi (regulatory framework) untuk mendukung penerapan CCU di sektor industri nasional. Dengan adanya regulasi yang jelas, diharapkan penerapan teknologi ini bisa terstandarisasi dan mendapat dukungan lintas sektor.

Peluang Kerja Sama Lebih Luas

Meski uji coba saat ini baru dilakukan dengan satu perusahaan asal Taiwan, pemerintah membuka ruang bagi hadirnya penyedia teknologi CCU lainnya. Kehadiran lebih banyak penyedia akan memperluas pilihan bagi industri, baik dari segi biaya maupun kualitas reduksi emisi.

“Kami berharap hadirnya penyedia lain bisa menawarkan harga lebih murah atau reduksi emisi yang lebih baik,” ujar Agus.

Langkah ini juga diharapkan dapat menciptakan ekosistem persaingan sehat, sehingga industri memiliki akses pada teknologi yang efisien, terjangkau, dan sesuai kebutuhan masing-masing.

Jalan Menuju Industri Hijau Nasional

Penerapan CCU di Petrokimia Gresik merupakan salah satu contoh nyata bahwa transformasi hijau bisa dimulai dari langkah kecil yang berdampak besar. Dengan dukungan teknologi tepat guna, industri tidak hanya mampu menekan emisi gas rumah kaca, tetapi juga memperbaiki kualitas udara di lingkungan sekitar.

Lebih dari itu, manfaat ekonomi dari produk turunan seperti soda ash membuka dimensi baru dalam pengembangan industri hijau: tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menguntungkan secara finansial.

Jika uji coba ini konsisten menghasilkan kinerja positif, Indonesia berpeluang memperluas penerapan CCU di berbagai sektor industri lain, dari petrokimia hingga manufaktur berat.

Dengan demikian, langkah Petrokimia Gresik bisa menjadi pionir model industri hijau nasional yang bukan hanya mengurangi emisi, tetapi juga meningkatkan daya saing ekonomi dan mengurangi ketergantungan impor.

Transformasi industri hijau di Indonesia kini tidak lagi sebatas wacana atau slogan, melainkan sudah memiliki contoh konkret yang dapat direplikasi di masa depan.

Terkini