JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), yang juga dikenal dengan kode saham BRIS, mencatatkan kinerja yang menggembirakan pada kuartal pertama tahun 2025, dengan aset yang tercatat mencapai Rp 401 triliun. Angka ini mengalami kenaikan signifikan sebesar 12,01% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year atau yoy). Kinerja ini didorong oleh pembiayaan yang juga mengalami lonjakan 16,21% yoy menjadi Rp 287 triliun. Pencapaian ini menggambarkan daya saing dan keberhasilan BSI dalam memperkuat posisinya di pasar perbankan syariah di Indonesia.
Pencapaian positif BSI di awal tahun 2025 ini melampaui pertumbuhan industri perbankan secara keseluruhan. Dalam paparan kinerja tersebut, Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Utama BSI, Bob Tyasika Ananta, mengungkapkan bahwa pertumbuhan yang tercatat oleh bank syariah ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri perbankan lainnya.
"Pertumbuhan kami di kuartal pertama 2025 ini memang berada di atas pertumbuhan industri, dan yang lebih penting adalah kualitas pembiayaan kami tetap sehat," ujar Bob Tyasika Ananta, menegaskan bahwa meskipun BSI tumbuh pesat, kualitasnya tetap terjaga dengan baik.
Pertumbuhan Aset dan Pembiayaan yang Signifikan
Pencapaian aset BSI yang meningkat menjadi Rp 401 triliun pada kuartal pertama tahun 2025 tidak terlepas dari kinerja pembiayaan yang cukup signifikan. Pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah Indonesia tercatat naik 16,21% yoy menjadi Rp 287 triliun, sebuah angka yang menunjukkan peran aktif BSI dalam mendukung pertumbuhan sektor perekonomian Indonesia.
Namun, meski mencatatkan pertumbuhan yang sangat baik, pangsa pasar BSI dalam industri perbankan syariah sedikit mengalami penurunan. Pangsa pasar aset perbankan syariah secara keseluruhan mengalami penurunan 23 basis poin (bps) menjadi 7,44%. Di sisi lain, pangsa pasar pembiayaan bank syariah sedikit meningkat dari 3,5% menjadi 3,56%.
Namun demikian, BSI menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan rata-rata industri perbankan secara keseluruhan, yang hanya mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,34% yoy. Aset industri perbankan syariah tumbuh 9,2% yoy pada periode yang sama.
Kualitas Pembiayaan yang Terjaga Baik
Direktur Manajemen Risiko BSI, Grandhis Helmi Harumansyah, menjelaskan bahwa hampir seluruh segmen pembiayaan yang ada di Bank Syariah Indonesia mengalami pertumbuhan positif. Sektor-sektor seperti wholesales (pembiayaan untuk skala besar) mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 17,27%, diikuti dengan sektor ritel yang tumbuh 14,92% yoy, dan sektor konsumer yang mencatatkan pertumbuhan 16,08% yoy.
"Kinerja pembiayaan kami sangat positif dan yang lebih penting adalah kualitasnya tetap sehat. Rasio NPF (Non-Performing Financing) atau pembiayaan bermasalah secara bruto tercatat hanya sebesar 1,88%, menunjukkan bahwa hampir seluruh pembiayaan baru kami berada dalam kategori kolektibilitas 1, atau lancar," jelas Grandhis.
Angka tersebut menggambarkan komitmen BSI dalam mengelola risiko kredit dengan hati-hati dan menjaga kualitas pembiayaan. Berbagai sektor pembiayaan yang tumbuh pesat tersebut menunjukkan bahwa BSI berhasil mengidentifikasi dan menargetkan pasar yang tepat, sehingga bisa meraih pertumbuhan yang berkelanjutan tanpa mengorbankan kualitas.
Kinerja Keuangan BSI pada Kuartal I 2025
Bank Syariah Indonesia juga mencatatkan laba bersih yang menggembirakan, yakni sebesar Rp 1,87 triliun pada kuartal pertama 2025, yang meningkat sebesar 10,05% dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 1,70 triliun. Laba yang solid ini tak lepas dari pencapaian positif yang tercatat dalam pendapatan dari penyaluran dana yang mencapai Rp 7,09 triliun, naik 12,45% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 6,30 triliun.
Selain itu, BSI juga mencatatkan peningkatan dalam bagi hasil untuk pemilik dana investasi yang mencapai Rp 2,31 triliun, sebuah kenaikan yang signifikan sebesar 20,28% yoy. Hal ini menunjukkan bahwa BSI tidak hanya tumbuh dalam hal aset dan pembiayaan, tetapi juga dalam hal pembagian keuntungan yang adil kepada para investor dan pemangku kepentingan.
"Kami sangat puas dengan hasil kinerja kami pada kuartal pertama ini. Pencapaian ini tidak hanya mencerminkan pertumbuhan yang positif, tetapi juga peningkatan dalam pembagian bagi hasil yang menunjukkan keberlanjutan dalam kemitraan dengan investor kami," kata Bob Tyasika Ananta.
Setelah distribusi bagi hasil, pendapatan yang diterima BSI tercatat sebesar Rp 4,77 triliun, meningkat 9% yoy, menunjukkan hasil yang stabil meskipun tantangan ekonomi masih berlangsung.
Fokus pada Strategi Pertumbuhan yang Berkelanjutan
BSI, sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, terus berkomitmen untuk menjalankan strategi pertumbuhannya dengan fokus pada pembiayaan berkualitas dan peningkatan inklusi keuangan. Selain itu, BSI juga terus berinovasi dalam hal produk dan layanan syariah untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang semakin beragam.
Bob Tyasika Ananta menegaskan pentingnya menjaga kualitas pembiayaan dan memfokuskan diri pada segmen pasar yang memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi, namun tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam setiap keputusan pembiayaan yang diambil. Hal ini tercermin pada pengelolaan risiko yang sangat cermat, dengan fokus pada pembiayaan yang memiliki prospek lancar dalam jangka panjang.
Selain itu, BSI terus melakukan upaya untuk memperkuat ekosistem ekonomi syariah di Indonesia melalui berbagai kolaborasi dan pengembangan produk yang semakin relevan dengan kebutuhan pasar.