JAKARTA - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Ir. Dody Hanggodo, M.P.E, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap PT Hutama Karya (Persero) atas pencapaian luar biasa dalam pelaksanaan pembangunan Jalan Tol Palembang–Betung, yang merupakan bagian dari proyek strategis nasional Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) Tahap II. Proyek ini dinilai sebagai elemen krusial dalam meningkatkan konektivitas dan mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah Sumatera bagian selatan.
Dalam kunjungan kerja resmi yang dilakukannya ke lokasi proyek di Sumatera Selatan, Menteri Dody menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur jalan tol sebagai sarana pemersatu wilayah sekaligus pengungkit ekonomi nasional. Ia menyebut progres pembangunan Tol Palembang–Betung sebagai pencapaian yang patut diapresiasi, terlebih dalam kondisi geografis dan teknis yang menantang.
“Kami memberikan apresiasi yang tinggi kepada PT Hutama Karya atas komitmen dan dedikasinya dalam menyelesaikan proyek ini. Jalan Tol Palembang–Betung merupakan bagian penting dari struktur tulang punggung konektivitas di Pulau Sumatera. Pembangunan ini bukan hanya tentang membangun jalan, tapi juga membangun masa depan kawasan,” ujar Dody Hanggodo dalam keterangannya, Jumat (2/5/2025).
Proyek Strategis Nasional untuk Konektivitas Sumatera
Jalan Tol Palembang–Betung sepanjang 69,19 kilometer merupakan bagian dari ruas tol Betung–Jambi–Rengat–Pekanbaru, yang termasuk dalam koridor utama Trans Sumatera. Pembangunan tol ini diharapkan akan memangkas waktu tempuh dari Palembang ke Betung secara signifikan, dari sebelumnya lebih dari 2 jam menjadi hanya sekitar 45 menit saja saat tol beroperasi penuh.
Selain mempercepat konektivitas antarwilayah, proyek ini juga akan mengurangi beban lalu lintas di jalan nasional yang selama ini padat dan rawan kemacetan akibat volume kendaraan logistik yang tinggi.
Tol Palembang–Betung juga didesain untuk mendukung pertumbuhan kawasan industri, pelabuhan, dan sektor agribisnis, mengingat wilayah tersebut merupakan pusat distribusi komoditas seperti karet, sawit, dan batubara.
Progres Fisik Capai Lebih dari 70 Persen
Menurut laporan resmi dari PT Hutama Karya, progres fisik pembangunan Tol Palembang–Betung hingga akhir April 2025 telah mencapai lebih dari 70 persen. Beberapa seksi bahkan sudah memasuki tahap penyelesaian akhir dan uji laik fungsi.
Seksi Palembang–Musi Landas (sekitar 29 km) menjadi prioritas karena merupakan penghubung langsung ke Jalan Tol Kayu Agung–Palembang–Betung (Kapal Betung) yang sudah beroperasi sebagian.
“Kami bekerja siang malam dengan tetap memperhatikan aspek keselamatan, kualitas, dan standar teknis. Tol ini dibangun bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk keberlanjutan pembangunan wilayah Sumatera dalam jangka panjang,” ungkap Direktur Utama PT Hutama Karya, Budi Harto.
Ia juga menambahkan bahwa pihaknya terus melakukan koordinasi dengan Kementerian PUPR dan pemerintah daerah guna menyelesaikan kendala teknis dan sosial, termasuk pembebasan lahan yang sempat menjadi tantangan di beberapa titik.
Dampak Ekonomi: Mendorong Investasi dan UMKM
Tol Palembang–Betung diyakini akan membawa dampak ekonomi berantai bagi masyarakat sekitar. Selain mempercepat arus distribusi barang dan jasa, pembangunan jalan tol ini membuka akses ke daerah-daerah yang sebelumnya relatif terisolasi.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan pun optimis bahwa dengan tersambungnya ruas tol ini, akan terjadi peningkatan investasi di sektor logistik, manufaktur, dan perdagangan.
“Tol ini bukan hanya memperlancar logistik, tapi juga menjadi pemicu tumbuhnya kawasan ekonomi baru, memperkuat UMKM lokal, dan mempercepat pemerataan pembangunan di Sumatera Selatan,” ujar Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru, yang turut hadir mendampingi Menteri PUPR dalam peninjauan proyek.
Pemerintah daerah menyatakan siap mendukung optimalisasi manfaat tol dengan memperbaiki jalan-jalan penghubung dan membangun fasilitas pendukung seperti rest area serta akses ke sentra ekonomi lokal.
Tantangan Lapangan: Cuaca Ekstrem dan Geoteknik
Meski progres tergolong cepat, PT Hutama Karya menghadapi sejumlah tantangan dalam proses pembangunan, mulai dari kondisi lahan gambut, cuaca ekstrem, hingga kendala sosial di beberapa titik pembebasan lahan.
Direktur Proyek Tol Palembang–Betung, Agus Santoso, menjelaskan bahwa tim di lapangan harus bekerja ekstra untuk menstabilisasi tanah dan memastikan struktur jalan aman untuk penggunaan jangka panjang.
“Karakteristik tanah di wilayah ini unik. Kita harus menggunakan teknologi khusus dan desain fondasi yang lebih kuat. Selain itu, hujan lebat berkepanjangan juga sering menghambat mobilisasi alat berat,” ungkap Agus.
Namun dengan koordinasi intensif bersama pemerintah pusat dan daerah, tantangan-tantangan tersebut secara bertahap dapat diatasi.
Target Operasi 2026, Diharapkan Terintegrasi dengan Ruas JTTS Lain
Dengan progres yang terus meningkat, pemerintah menargetkan Tol Palembang–Betung bisa dioperasikan secara penuh pada awal 2026. Setelah beroperasi, tol ini akan terhubung secara langsung dengan jaringan Trans Sumatera lainnya yang mencakup ruas Kayu Agung–Palembang, Betung–Jambi, dan Jambi–Rengat.
Konektivitas ini diharapkan akan memperkuat jaringan logistik nasional yang menghubungkan wilayah barat dan tengah Indonesia melalui darat, pelabuhan, serta jalur kereta api.
Kementerian PUPR juga menyatakan bahwa setelah Tol Palembang–Betung selesai, akan dilanjutkan pengembangan koridor Jambi–Rengat dan Pekanbaru–Dumai sebagai bagian lanjutan dari program JTTS tahap II.
Pilar Infrastruktur Sumatera
Tol Palembang–Betung adalah lebih dari sekadar proyek konstruksi. Ini adalah pilar infrastruktur masa depan Sumatera yang akan mempercepat konektivitas, membuka peluang ekonomi, dan memperkuat daya saing nasional.
Dengan kolaborasi antara pemerintah, BUMN, dan masyarakat, proyek ini menjadi contoh konkret bagaimana pembangunan infrastruktur dapat menjadi motor transformasi wilayah. Seperti disampaikan Menteri PUPR:
“Kami ingin membuktikan bahwa pembangunan infrastruktur adalah warisan nyata bagi generasi mendatang. Jalan tol ini adalah bukti bahwa Sumatera tidak lagi berada di pinggiran, tapi menjadi bagian penting dari arus utama pembangunan nasional.”