JAKARTA - Peristiwa tragis terjadi di Kota Batam pada Kamis 01 MEI 2025 sore. Seorang bocah laki-laki berusia 12 tahun bernama Raka Arya Heryansyah ditemukan tewas setelah terseret arus dan tenggelam di aliran air belakang Perumahan Cipta Asri, Kelurahan Tembesi, Kecamatan Sagulung.
Insiden memilukan ini menyentak kesadaran masyarakat setempat dan memunculkan kembali kekhawatiran terhadap kondisi saluran air terbuka yang selama ini dianggap membahayakan, terutama bagi anak-anak.
Menurut informasi yang dihimpun dari warga sekitar, korban awalnya tengah bermain bersama teman-temannya di dekat lokasi kejadian. Tanpa disadari, ia terpeleset dan jatuh ke dalam cekungan aliran air yang berada di dekat gorong-gorong. Lokasi ini memang dikenal masyarakat sebagai titik rawan karena kedalamannya dan arus air yang deras, terlebih saat musim hujan.
“Korban bermain di sekitar aliran air itu. Diduga terpeleset dan langsung terseret arus ke dalam cekungan. Tempat itu memang sudah lama dianggap berbahaya oleh warga,” ungkap Rudi Hartono, warga yang tinggal tak jauh dari lokasi kejadian.
Proses Penemuan dan Evakuasi Korban
Setelah mengetahui Raka tenggelam, warga sekitar bersama keluarga korban segera melakukan pencarian. Namun, karena kondisi air yang keruh dan kedalaman di area gorong-gorong, upaya pencarian sempat mengalami kesulitan.
Tim gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Batam dan tim SAR dikerahkan untuk membantu proses evakuasi. Setelah lebih dari satu jam pencarian, tubuh korban berhasil ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa di bagian bawah cekungan saluran air.
“Kami menerima laporan sekitar pukul 16.00 WIB dan langsung mengirimkan personel ke lokasi. Setelah dilakukan pencarian intensif, korban ditemukan sekitar pukul 17.15 WIB,” ujar petugas dari BPBD Batam yang ikut dalam proses evakuasi.
Korban kemudian dievakuasi dan dibawa ke rumah duka untuk disemayamkan. Suasana duka menyelimuti keluarga dan warga sekitar, terlebih karena korban masih berusia sangat muda.
Lokasi Kejadian Sudah Lama Dikeluhkan Warga
Menurut warga Kelurahan Tembesi, lokasi saluran air tempat kejadian ini bukan kali pertama menelan korban. Beberapa insiden serupa pernah terjadi dalam beberapa tahun terakhir, dan warga telah berulang kali mengadukan kondisi tersebut kepada pihak kelurahan dan pemerintah kota.
“Sudah beberapa kali kami minta agar gorong-gorong ini diberi pagar pembatas atau ditutup. Tapi sampai sekarang belum ada tindak lanjut,” kata Endang, warga RT setempat yang juga tokoh lingkungan.
Endang menambahkan bahwa area tersebut memang sering digunakan anak-anak untuk bermain karena letaknya yang dekat dengan perumahan. Sayangnya, tidak ada rambu peringatan atau pagar pengaman yang membatasi akses ke lokasi tersebut.
“Kalau seperti ini terus, bisa saja korban berikutnya menyusul. Ini tanggung jawab pemerintah untuk menata dan mengamankan lingkungan,” tegasnya.
Desakan terhadap Pemerintah Daerah untuk Bertindak
Peristiwa ini kembali menguatkan tuntutan warga terhadap Pemerintah Kota Batam agar segera mengambil tindakan konkret dalam memperbaiki infrastruktur lingkungan yang membahayakan keselamatan warga.
Pemerhati lingkungan dan tata kota Batam, Hendra Syafrial, menilai bahwa kecelakaan seperti ini seharusnya bisa dicegah jika sistem drainase dan saluran air kota dirancang dengan mempertimbangkan faktor keamanan, terutama di lingkungan pemukiman.
“Saluran air terbuka tanpa pengaman di kawasan padat penduduk seharusnya tidak boleh dibiarkan. Ini bukan hanya soal teknis, tapi menyangkut nyawa manusia, apalagi anak-anak,” ujar Hendra saat dimintai tanggapan.
Ia juga menyarankan agar pemerintah mempercepat program pemetaan dan penataan ulang seluruh sistem drainase di Kota Batam, termasuk penambahan pagar pembatas, rambu peringatan, dan penyuluhan kepada masyarakat.
Tanggapan Pemerintah Kota Batam
Menanggapi kejadian tersebut, pihak Kecamatan Sagulung menyatakan turut berduka cita atas meninggalnya Raka Arya Heryansyah. Camat Sagulung, melalui juru bicaranya, menyebut bahwa pihaknya akan segera meninjau ulang titik-titik rawan di wilayahnya.
“Kami sudah mengagendakan survei lapangan untuk menindaklanjuti laporan warga. Koordinasi dengan Dinas PU dan BPBD juga tengah kami lakukan agar langkah penanganan bisa cepat diterapkan,” ucap juru bicara Kecamatan Sagulung.
Sementara itu, dari pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Batam, tengah disusun rencana untuk pemasangan pagar di area gorong-gorong yang dinilai berbahaya tersebut.
“Kami mendengar langsung aspirasi warga. Dalam waktu dekat akan kami pasang pengaman dan rambu peringatan di area itu,” kata seorang pejabat dari Dinas PUPR Batam.
Ajakan untuk Orang Tua dan Masyarakat
Kejadian ini juga menjadi peringatan bagi para orang tua agar lebih waspada terhadap aktivitas anak-anak, terutama di lingkungan sekitar yang belum sepenuhnya aman.
“Kami imbau masyarakat untuk tidak membiarkan anak-anak bermain di sekitar saluran air, terlebih saat musim hujan atau ketika debit air sedang tinggi. Orang tua harus aktif memantau aktivitas anaknya,” kata seorang petugas BPBD Batam.
Pihak sekolah dan perangkat RT/RW pun diharapkan bisa meningkatkan edukasi serta pengawasan terhadap area-area yang berpotensi membahayakan keselamatan anak.
Peristiwa tenggelamnya Raka Arya Heryansyah membuka mata banyak pihak mengenai pentingnya penataan lingkungan yang aman dan ramah anak. Kasus ini bukan hanya tragedi bagi keluarga korban, tapi juga alarm keras bagi pemerintah untuk segera bertindak memperbaiki sistem pengelolaan saluran air yang masih minim keselamatan di Kota Batam.
Dengan kejadian ini, warga berharap tak ada lagi korban jiwa yang jatuh akibat kelalaian tata lingkungan. Keselamatan warga, terutama anak-anak, harus menjadi prioritas utama dalam setiap perencanaan pembangunan kota.