PETANI

Petani Karawang Tekan Biaya Produksi Padi di Bawah Rp5 Juta dengan Pupuk Organik Hewani

Petani Karawang Tekan Biaya Produksi Padi di Bawah Rp5 Juta dengan Pupuk Organik Hewani
Petani Karawang Tekan Biaya Produksi Padi di Bawah Rp5 Juta dengan Pupuk Organik Hewani

JAKARTA — Seorang petani di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, berhasil menekan biaya produksi padi secara signifikan dengan memanfaatkan pupuk organik hewani yang ia hasilkan dari peternakan sendiri. Inovasi ini menjadi sorotan karena mampu mengurangi biaya produksi hingga lebih dari 50% dan sekaligus meningkatkan hasil panen secara drastis.

Petani tersebut adalah Sri Darmono Susilo, warga Kecamatan Tirtamulya, yang telah mempraktikkan penggunaan pupuk organik sejak tahun 1993. Menurutnya, strategi ini tidak hanya mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia, tetapi juga memberikan efek positif bagi kesuburan tanah dan produktivitas pertanian.

"Biaya produksi padi per hektare itu biasanya sekitar Rp10-12 juta, tapi sekarang jadi berkurang, di bawah Rp5 juta," ujar Sri Darmono saat ditemui di Karawang, Rabu.

Produktivitas Padi Naik hingga Tembus 21 Ton per Hektare

Selain menekan biaya, penggunaan pupuk organik hewani juga berdampak langsung terhadap hasil panen. Menurut Sri Darmono, sebelum beralih ke pupuk organik, hasil panen padinya berkisar 2–3 ton gabah kering panen (GKP) per hektare. Setelah beberapa tahun, hasil itu meningkat menjadi 5 ton, dan kini konsisten di atas 6 ton per hektare.

“Sekarang kita panen rata-rata di atas 6 ton gabah kering panen per hektare. Bahkan pernah sampai menembus 21 ton gabah per hektare, itu terjadi saat ada pendampingan dari PT Pupuk Kujang,” jelasnya.

Sri Darmono kini mengelola sekitar 120 hektare sawah, ditunjang oleh peternakan pribadi yang terdiri dari 100 ekor sapi dan 400 ekor kambing. Kotoran dari ternak tersebut difermentasi menjadi pupuk organik cair, yang kemudian digunakan untuk menyuburkan lahan sawah.

Sistem Fermentasi dan Irigasi Pupuk Cair

Proses produksi pupuk organik cair dilakukan melalui fermentasi kotoran hewan dengan bantuan bakteri khusus. Hasil fermentasi tersebut kemudian ditampung di kolam khusus di dekat kandang ternak. Dari kolam itu, pupuk cair disalurkan langsung ke areal sawah melalui sistem pipa irigasi.

Menurut Sri Darmono, sistem ini mempermudah distribusi pupuk sekaligus memastikan setiap bagian lahan mendapatkan suplai nutrisi sesuai kebutuhan.

“Kolam itu berfungsi untuk menampung pupuk cair dari kandang sapi. Jadi saat waktunya pemupukan, pupuk bisa langsung dialirkan ke sawah,” ungkapnya.

Manfaat Ganda: Hemat Biaya dan Tangkal Hama

Sri Darmono menambahkan, pupuk organik hewani memiliki manfaat tambahan di luar peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya. Di antaranya adalah penurunan serangan hama tanaman, yang selama ini menjadi momok bagi petani padi.

Dengan kualitas tanah yang lebih sehat dan alami, tanaman menjadi lebih tahan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Hal ini mengurangi kebutuhan penggunaan pestisida, sehingga biaya produksi kembali bisa ditekan.

“Selain meningkatkan hasil panen, pupuk ini juga terbukti mengurangi serangan hama. Kami bisa lebih hemat dan sawah juga jadi lebih ramah lingkungan,” imbuhnya.

Diterapkan Petani Lain di Lahan 70 Hektare

Inovasi Sri Darmono kini mulai diadopsi oleh petani lain di sekitarnya. Dukungan dari masyarakat membuat metode ini semakin dikenal dan diterapkan luas. Saat ini, sekitar 70 hektare lahan sawah milik petani lain telah menerapkan sistem pertanian berbasis pupuk organik hewani hasil fermentasi dari ternak.

Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong pertanian berkelanjutan, mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis, dan memperkuat ketahanan pangan nasional.

Potensi Ekspansi dan Dukungan Kelembagaan

Model usaha yang dijalankan oleh Sri Darmono juga membuka peluang pengembangan ekonomi berbasis pertanian dan peternakan terpadu di daerah pedesaan. Jika difasilitasi oleh pemerintah daerah maupun lembaga pertanian, sistem ini berpotensi menjadi contoh nasional dalam penerapan pertanian ekologis dan efisien.

Dengan hasil panen tinggi, biaya rendah, dan dampak lingkungan yang positif, inovasi pupuk organik hewani dari Karawang ini patut menjadi inspirasi bagi para petani di seluruh Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index