JAKARTA - Industri otomotif Tiongkok memasuki babak baru persaingan sengit setelah BYD, produsen kendaraan listrik (EV) terbesar di negara itu, secara agresif memangkas harga hingga puluhan ribu yuan untuk 22 model mobil listriknya. Langkah ini langsung memicu reaksi berantai dari produsen lain seperti Geely, Chery, hingga SAIC-GM, yang ikut meluncurkan promosi besar-besaran demi mempertahankan daya saing di tengah pasar yang makin kompetitif.
Seperti dilaporkan Car News China, BYD memberikan diskon hingga 53.000 yuan untuk sejumlah model andalannya dari seri Dynasty dan Ocean. Contohnya, model Seagull yang dilengkapi sistem bantuan pengemudi canggih kini dijual mulai dari 55.800 yuan, sementara Seal 07 DM-i dipasarkan dengan harga 102.800 yuan setelah subsidi gabungan dari pemerintah dan BYD sendiri.
Ini merupakan kampanye diskon ketiga yang diluncurkan BYD sejak Maret lalu, menunjukkan strategi agresif perusahaan dalam menjaga momentum penjualan di tengah target ambisius sebesar 5,5 juta unit pada tahun 2025. Namun hingga April, perusahaan baru menjual 1,38 juta unit, atau sekitar 25% dari target tersebut.
- Baca Juga HP OPPO Rp2 Jutaan Spek Mumpuni
Produsen Lain Tertular Efek Diskon
Tidak butuh waktu lama bagi kompetitor untuk merespons. Geely menawarkan model Geome Xingyuan seharga 59.800 yuan, sementara Chery memangkas harga SUV andalannya, Tiggo 3X, menjadi hanya 34.900 yuan. SAIC-GM melalui merek Buick, juga turut meramaikan perang harga dengan memasarkan Buick Envision dan LaCrosse masing-masing di harga 169.900 yuan dan 159.900 yuan.
Fenomena ini membuat Asosiasi Produsen Mobil Tiongkok (CAAM) serta Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi (MIIT) menyuarakan keprihatinan serius.
“Perang harga yang tidak terkendali dapat menggerus margin keuntungan industri,” tulis pernyataan CAAM. Margin industri turun dari 4,3 persen pada 2024 menjadi hanya 3,9 persen di kuartal pertama 2025.
Ancaman Kualitas dan Kekhawatiran Industri
Sejumlah pelaku industri menyampaikan kekhawatiran bahwa tren pemangkasan harga bisa menimbulkan efek domino negatif terhadap kualitas kendaraan dan keberlanjutan industri otomotif Tiongkok dalam jangka panjang.
Ketua Great Wall Motors, Wei Jianjun, bahkan menyamakan kondisi ini dengan krisis di sektor properti:
“Ini seperti Evergrande-nya industri otomotif. BYD menekan pemasok dan mengandalkan utang,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Chery, Yin Tongyue, mengakui bahwa pihaknya “dipaksa” untuk mengikuti arus persaingan harga. Geely pun menegaskan bahwa mereka lebih memilih bersaing lewat nilai dan teknologi, bukan sekadar harga.
Kekhawatiran tersebut bukan tanpa dasar. Beberapa analis menyebut bahwa pemotongan biaya berlebihan bisa mendorong produsen menurunkan standar kualitas, seperti mengganti komponen utama atau menggunakan baja dengan kualitas lebih rendah. Ada pula laporan bahwa sistem keselamatan penting seperti ABS dan ESP digantikan dengan versi lebih murah.
Dampak pada Rantai Pasokan dan Konsumen
Langkah BYD menuntut diskon 20 hingga 30 persen dari pemasoknya dilaporkan menekan banyak perusahaan komponen. Sejumlah dealer juga ikut terdampak. Sebuah dealer di Provinsi Shandong terpaksa menutup operasional karena masalah arus kas dan kelebihan stok, membuat konsumen tidak bisa mendaftarkan kendaraan mereka.
Namun dari sisi konsumen, persaingan harga ini memberikan keuntungan besar. Mereka kini bisa mendapatkan kendaraan dengan teknologi bantuan pengemudi Level L2, kursi berventilasi, serta sistem infotainment canggih, dengan harga di bawah 100.000 yuan.
Secara finansial, BYD masih menunjukkan performa kuat. Laba bersih tahun 2024 diperkirakan mencapai 40,2 miliar yuan, dan investasi riset dan pengembangan menembus 54,2 miliar yuan. Berkat struktur integrasi vertikal, di mana lebih dari 90% komponen baterai diproduksi sendiri, serta anjloknya harga litium karbonat dari 600.000 yuan menjadi 60.000 yuan per ton, BYD mampu mempertahankan margin kotor sekitar 20 persen, bahkan setelah diskon besar-besaran.
Masa Depan Pasar Otomotif Tiongkok
Namun, saham BYD tetap anjlok lebih dari 10 persen di Bursa Hong Kong pada 23 dan 24 Mei, menyebabkan nilai pasar perusahaan menyusut lebih dari 100 miliar yuan. Reaksi pasar ini mencerminkan kekhawatiran investor akan keberlanjutan strategi agresif tersebut.
CAAM memprediksi bahwa jika tren ini berlanjut, hanya akan tersisa 5 hingga 7 merek besar di pasar domestik, menandai konsolidasi besar-besaran di sektor otomotif Tiongkok. Model kendaraan Jepang seperti Toyota Corolla dan Levin juga mulai mengikuti tren pemotongan harga hingga 40.000 yuan di kota-kota besar seperti Shanghai untuk tetap bersaing.
“Industri otomotif kini menghadapi tantangan antara inovasi teknologi dan tekanan harga. Pemerintah perlu melakukan intervensi,” ujar analis dari MIIT.