Anies Baswedan

Narasi Keberagaman Anies Baswedan Tuai Pujian Fotografer Dunia

Narasi Keberagaman Anies Baswedan Tuai Pujian Fotografer Dunia
Narasi Keberagaman Anies Baswedan Tuai Pujian Fotografer Dunia

JAKARTA — Narasi kebangsaan dan keberagaman yang disampaikan Anies Rasyid Baswedan menuai banyak apresiasi, termasuk dari kalangan profesional internasional. Salah satunya datang dari Mukhamad Nurrofiq, fotografer profesional yang saat ini bekerja di media visual International National Graphics. Menurutnya, pesan keadilan dalam keberagaman yang disampaikan Anies mencerminkan realitas sosial yang selama ini ia dokumentasikan di berbagai pelosok Indonesia.

Tayangan yang diunggah pertengahan Juni 2025 itu menampilkan diskusi reflektif Anies mengenai nilai-nilai kebhinekaan, demokrasi, hingga inklusi sosial. Wawancara ini menjadi perhatian karena membahas isu keberagaman dengan pendekatan keadilan, bukan sekadar toleransi.

“Keberagaman itu bukan soal toleransi semata, tapi soal keadilan,” tegas Anies dalam wawancara tersebut. “Ketika ruang publik hanya bisa dinikmati oleh yang mayoritas, itu bukan ruang publik yang inklusif. Kita harus jaga ruang-ruang ini agar semua merasa memiliki, agar tidak ada satu pun yang merasa di pinggirkan.”

Narasi Berbasis Realitas Sosial

Mukhamad Nurrofiq menyambut positif pernyataan tersebut. Sebagai fotografer yang telah mengelilingi banyak wilayah di Indonesia dan mendokumentasikan berbagai kelompok masyarakat adat, ia merasa bahwa narasi Anies sangat relevan dengan kenyataan di lapangan.

“Saya sudah keliling banyak pelosok negeri dan memotret beragam wajah Indonesia. Yang saya temukan adalah keberagaman itu nyata, tetapi belum semuanya mendapatkan ruang yang setara. Apa yang Pak Anies sampaikan itu mengena sekali,” ungkap Nurrofiq.

Dalam pengalamannya, komunitas-komunitas adat, kelompok minoritas agama, serta masyarakat yang hidup di wilayah terpencil sering kali tidak memiliki akses yang adil terhadap pembangunan. Mereka kerap kali hanya dijadikan objek dokumentasi dan bahan kampanye, namun tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut hidup mereka.

“Ketika saya mendokumentasikan kehidupan komunitas adat di Nusa Tenggara Timur, misalnya, saya merasa bahwa mereka sangat menghargai keberagaman. Tapi sistem kita kadang masih belum memberi ruang yang adil bagi mereka untuk bicara. Narasi Pak Anies soal keadilan dalam keberagaman itu adalah pesan yang sangat kuat,” tambah Nurrofiq.

Keadilan Sosial dalam Ruang Publik

Narasi Anies tidak hanya menjadi bahan perbincangan di media sosial, tetapi juga membangkitkan refleksi baru tentang pentingnya menghadirkan keadilan sosial dalam ruang publik. Bagi Nurrofiq, keadilan dalam keberagaman bukanlah isu yang abstrak. Ia melihatnya sebagai sesuatu yang konkret dan harus hadir dalam kebijakan pemerintahan, pendidikan, pembangunan, dan perlindungan hak-hak komunitas.

“Kita tidak cukup hanya memotret keberagaman untuk pajangan. Kita harus membingkainya dalam keadilan sosial. Dan itu hanya mungkin kalau para pemimpin seperti Pak Anies mau menyuarakan itu terus-menerus,” ujar Nurrofiq.

Relevansi di Tengah Dinamika Politik

Pernyataan Anies ini muncul di tengah situasi sosial-politik Indonesia yang semakin kompleks, di mana isu polarisasi, ketimpangan sosial, dan eksklusi kelompok minoritas masih menjadi tantangan besar. Narasi keberagaman berbasis keadilan dianggap menjadi wacana penting untuk meredam potensi konflik identitas yang bisa merusak persatuan nasional.

Tidak sedikit tokoh masyarakat dan akademisi yang menilai bahwa keberagaman di Indonesia selama ini masih bersifat simbolis. Banyak ruang publik baik fisik maupun digital yang belum sepenuhnya menjamin rasa aman dan rasa memiliki bagi kelompok minoritas. Dalam konteks itu, pandangan Anies menjadi penting untuk terus diangkat ke permukaan.

Ruang Inklusif dan Tanggung Jawab Pemimpin

Anies menekankan bahwa pemimpin memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan setiap warga negara merasa dilibatkan dan memiliki ruang untuk berkembang. Ruang inklusif tidak cukup hanya disediakan secara fisik, tetapi juga harus terwujud dalam praktik sosial dan politik.

“Jika ruang publik hanya dirancang oleh dan untuk mayoritas, maka yang lain akan merasa terpinggirkan. Ini tugas pemimpin untuk merawat ruang itu,” ujar Anies dalam wawancara yang kini telah ditonton ratusan ribu kali di YouTube.

Harapan untuk Narasi yang Lebih Progresif

Respon positif dari Nurrofiq dan banyak masyarakat menunjukkan bahwa ada kerinduan akan narasi kebangsaan yang mengedepankan rasa adil dan kesetaraan. Keberagaman bukan hanya soal keberadaan yang berbeda-beda, tapi tentang bagaimana setiap perbedaan itu diperlakukan secara setara dan bermartabat.

Sebagai fotografer yang sering menyaksikan ketimpangan secara langsung, Nurrofiq berharap agar suara seperti Anies terus digaungkan dalam ruang publik. “Apa yang kita butuhkan sekarang adalah keberanian untuk menyuarakan keadilan, bukan hanya merayakan perbedaan. Dan saya melihat itu dalam narasi Pak Anies,” pungkasnya.

Dengan narasi yang mengusung semangat inklusif dan keadilan sosial, Anies Baswedan kembali menegaskan posisinya sebagai figur yang konsisten membawa gagasan kebangsaan yang menyatukan. Respons dari kalangan profesional seperti Nurrofiq memperkuat bahwa isu keberagaman yang adil bukan hanya penting, tetapi juga sangat mendesak untuk diwujudkan dalam kebijakan nyata.

Retorika tanpa realisasi hanya akan memperkuat jurang ketimpangan. Namun ketika narasi bertemu dengan kesadaran kolektif, maka perubahan menuju ruang publik yang adil dan setara akan lebih mungkin terwujud.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index