BMKG

BMKG Peringatkan Gelombang 4 Meter Ancam Selat Bali hingga 29 Juni

BMKG Peringatkan Gelombang 4 Meter Ancam Selat Bali hingga 29 Juni
BMKG Peringatkan Gelombang 4 Meter Ancam Selat Bali hingga 29 Juni

JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi gelombang tinggi yang diperkirakan mencapai hingga 4 meter di perairan Selat Bali. Fenomena ini diprediksi berlangsung hingga 29 Juni 2025, dengan area terdampak mencakup wilayah perairan Selat Bali, Selat Lombok, dan sejumlah perairan pesisir di Bali Timur. Masyarakat di sekitar pesisir diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko gelombang ekstrem ini.

Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo menjelaskan, gelombang tinggi ini dipicu oleh pola tekanan rendah di sekitar Samudra Hindia barat daya Indonesia yang memicu peningkatan kecepatan angin di perairan Bali. Kecepatan angin di wilayah tersebut tercatat mencapai 25 knot atau setara 46 km/jam yang berdampak signifikan terhadap tinggi gelombang.

“Kami mengimbau masyarakat pesisir dan nelayan tradisional untuk selalu memantau perkembangan cuaca dari kanal resmi BMKG. Gelombang tinggi ini berpotensi membahayakan aktivitas pelayaran, termasuk kapal-kapal feri di Selat Bali,” ujar Eko Prasetyo.

Tinggi Gelombang Berpotensi Capai 4 Meter

Berdasarkan data pemodelan cuaca laut BMKG, tinggi gelombang di perairan Selat Bali, Selat Lombok, dan Selat Alas diperkirakan berkisar antara 2,5 hingga 4 meter, terutama pada waktu sore hingga malam hari. Sementara itu, di perairan Laut Bali, tinggi gelombang juga berpotensi mencapai 3 meter, meski intensitasnya cenderung fluktuatif tergantung kecepatan angin.

BMKG memetakan wilayah dengan risiko gelombang tinggi berdasarkan peta sebaran angin. Wilayah yang paling berpotensi terdampak antara lain pesisir utara Bali, pesisir timur Banyuwangi, serta jalur penyeberangan Ketapang-Gilimanuk. Kondisi ini berisiko memicu keterlambatan hingga penghentian sementara layanan transportasi laut di jalur penyeberangan tersebut.

Imbauan untuk Nelayan dan Pelayaran

BMKG meminta nelayan dengan kapal berukuran kecil untuk tidak memaksakan diri melaut selama periode peringatan ini berlangsung. Kapal dengan ukuran di bawah 10 GT (Gross Tonnage) sangat berisiko terbalik saat menghadapi gelombang di atas 2,5 meter.

“Kami menekankan agar nelayan, pelaku wisata bahari, serta operator kapal feri mematuhi imbauan ini demi keselamatan bersama,” tambah Eko.

Selain itu, BMKG mengimbau pelaku wisata pantai dan aktivitas olahraga laut seperti selancar, diving, maupun snorkeling di wilayah Bali Timur dan Nusa Penida untuk menunda aktivitas hingga kondisi cuaca kembali normal.

Aktivitas Wisata Berpotensi Terdampak

Asosiasi Pengusaha Wisata Bahari Bali mengonfirmasi adanya pembatalan sejumlah paket tur laut ke Nusa Penida dan Nusa Lembongan dalam beberapa hari terakhir menyusul peringatan BMKG tersebut. Operator wisata juga melaporkan tingginya pembatalan pemesanan layanan fast boat oleh wisatawan lokal dan asing.

“Kami memilih menunda keberangkatan demi keselamatan tamu. Banyak wisatawan memahami risiko ini meski berdampak pada jadwal liburan mereka,” ujar Kadek Mahendra, salah satu operator fast boat di Pelabuhan Sanur, Denpasar.

Potensi Risiko Banjir Rob

Selain risiko gelombang tinggi, BMKG juga mengingatkan kemungkinan terjadinya banjir pesisir atau rob di pesisir Bali utara dan timur akibat kombinasi pasang laut dan gelombang. Fenomena ini diperkirakan paling intens terjadi pada 27-29 Juni 2025.

BMKG memproyeksikan potensi genangan air di daerah rendah di sekitar Pelabuhan Gilimanuk, Pelabuhan Padangbai, serta kawasan pesisir Karangasem. Masyarakat di sekitar lokasi ini diimbau untuk mengamankan barang-barang berharga dan tidak memarkir kendaraan di area yang rawan terendam.

Dukungan BPBD dan Pemda

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali telah menyiagakan personel dan peralatan evakuasi di sejumlah titik rawan bencana di sepanjang pesisir Bali, terutama di Karangasem dan Klungkung. Koordinasi juga dilakukan dengan Syahbandar Pelabuhan Gilimanuk dan Padangbai untuk memantau kondisi laut secara real-time.

“Kami sudah menyiapkan langkah-langkah mitigasi, termasuk jalur evakuasi cepat jika terjadi banjir rob,” kata I Made Wirawan, Kepala BPBD Bali.

Pemerintah daerah juga telah menyebarkan surat edaran ke desa-desa pesisir untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, serta mengingatkan pentingnya menghindari aktivitas di bibir pantai saat gelombang tinggi.

Update Cuaca BMKG Secara Real-Time

BMKG menegaskan masyarakat dapat memantau kondisi cuaca maritim terkini melalui aplikasi Info BMKG atau situs resmi maritim.bmkg.go.id. Data ini diperbarui setiap 6 jam sekali dan dapat dijadikan rujukan untuk menentukan waktu aman melakukan aktivitas di laut.

“Kami akan terus memperbarui informasi cuaca maritim. Jangan ragu untuk menghubungi BMKG jika membutuhkan klarifikasi,” tegas Eko Prasetyo.

Keselamatan Harus Diutamakan

Fenomena gelombang tinggi seperti ini bukan kali pertama terjadi di perairan Selat Bali. Namun, BMKG menilai masih banyak masyarakat yang mengabaikan peringatan dini. Padahal, dalam catatan BMKG, insiden kecelakaan laut akibat cuaca buruk masih kerap terjadi, terutama pada kapal tradisional dan perahu kecil.

Oleh sebab itu, BMKG menekankan pentingnya kesadaran kolektif semua pihak, baik pelaku wisata, nelayan, hingga masyarakat pesisir, untuk selalu memeriksa prakiraan cuaca sebelum beraktivitas di laut.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index