JAKARTA - PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), anak usaha properti dari PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI), mengumumkan langkah strategis berupa pembelian kembali saham atau buyback dengan nilai maksimal mencapai Rp1 triliun. Aksi korporasi ini dijadwalkan berlangsung selama tiga bulan, dimulai pada 27 Maret hingga 26 Juni 2025, melalui mekanisme transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perusahaan yang dikenal melalui pengembangan kawasan premium Pantai Indah Kapuk 2 (PIK2) ini menilai bahwa langkah buyback merupakan bentuk kepercayaan manajemen terhadap prospek dan nilai fundamental perusahaan.
Direktur CBDK, Markus Kusumaputra, menyampaikan bahwa buyback ini merupakan bagian dari strategi menjaga stabilitas harga saham, memperkuat struktur permodalan, dan menunjukkan komitmen jangka panjang kepada para pemegang saham. “Langkah ini mencerminkan keyakinan kami terhadap fundamental perusahaan, sekaligus sebagai bentuk perlindungan terhadap investor di tengah fluktuasi pasar,” ujarnya.
Perusahaan menunjuk PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk sebagai pelaksana pembelian saham di pasar. Dana buyback berasal dari kas internal perusahaan, bukan dari hasil penawaran umum saham perdana (IPO) ataupun pinjaman. Seluruh proses buyback mengacu pada ketentuan yang diatur dalam Peraturan OJK No. 29/2023 dan Surat OJK No. S-17/D.04/2025.
Kinerja Keuangan Menguatkan Langkah Buyback
Langkah ini tidak diambil secara sembarangan. Data kinerja keuangan tahun 2024 menunjukkan CBDK berada dalam kondisi keuangan yang solid. Perusahaan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp924,75 miliar, meningkat signifikan 59,84 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp578,54 miliar.
Pendapatan bersih juga mengalami pertumbuhan sebesar 15,13 persen secara tahunan (year-on-year), dari Rp1,95 triliun menjadi Rp2,24 triliun. Sumber utama pendapatan berasal dari penjualan tanah dan bangunan yang menjadi fokus utama perusahaan dalam beberapa tahun terakhir.
Tidak hanya dari sisi pendapatan dan laba, CBDK juga berhasil meningkatkan likuiditas perusahaan. Tercatat, kas dan setara kas perusahaan melonjak drastis sebesar 1.101 persen menjadi Rp3,45 triliun. Peningkatan ini menunjukkan kekuatan modal kerja perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional maupun aksi strategis seperti buyback.
Total aset yang dimiliki perusahaan hingga akhir 2024 mencapai Rp19,08 triliun, sementara ekuitas tercatat sebesar Rp8,32 triliun. Angka ini menegaskan bahwa CBDK memiliki kekuatan finansial yang memadai untuk menjalankan kebijakan pembelian kembali saham tanpa mengganggu kelangsungan bisnis.
Namun demikian, pada kuartal I tahun 2025, perusahaan mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 40 persen menjadi Rp129,94 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Meski demikian, posisi kas perusahaan tetap menguat hingga hampir menyentuh Rp4,89 triliun, yang memperkuat keyakinan bahwa buyback ini tetap berada dalam batas kemampuan likuiditas perusahaan.
Tanggapan Manajemen dan Analis Pasar
Presiden Direktur CBDK, Steven Kusumo, menegaskan bahwa program buyback bukan hanya sebagai langkah teknis untuk menjaga harga saham, tetapi juga merupakan sinyal kuat kepada pasar bahwa perusahaan memiliki strategi jangka panjang yang jelas. "Kami ingin menunjukkan kepada investor bahwa kami tidak hanya fokus pada pertumbuhan eksternal, tetapi juga pada konsolidasi dan peningkatan nilai pemegang saham," ujar Steven.
Pelaku pasar menilai bahwa keputusan ini merupakan langkah taktis yang mencerminkan keyakinan manajemen terhadap undervaluation saham CBDK di pasar saat ini. Selain itu, aksi ini diharapkan dapat menjaga kepercayaan investor institusional maupun ritel.
Ekspansi Strategis: Proyek MICE dan Diversifikasi Bisnis
Di luar aksi buyback, CBDK juga sedang gencar melakukan ekspansi bisnis, khususnya dalam pengembangan kawasan Central Business District (CBD) PIK2. Salah satu proyek andalannya adalah pembangunan Nusantara International Convention and Exhibition (NICE), pusat konvensi berskala internasional yang diharapkan menjadi pusat kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) terbesar di kawasan utara Jakarta.
Proyek ini mencakup pembangunan gedung pameran, hotel bintang lima dengan kapasitas 250 kamar, serta properti residensial dan komersial yang ditargetkan menghasilkan pendapatan berulang (recurring income). Ekspansi ke sektor MICE dinilai sebagai langkah strategis untuk mendiversifikasi sumber pendapatan perusahaan di tengah ketatnya persaingan pasar properti residensial.
CBDK juga memperkuat jaringan penjualan melalui kolaborasi dengan pengembang lain, serta memperluas cakupan target konsumen, termasuk menyasar investor asing yang tertarik dengan potensi pertumbuhan kawasan PIK2.
Risiko dan Tantangan yang Dihadapi
Meskipun rencana buyback menunjukkan sinyal positif, perusahaan tetap harus memperhatikan sejumlah risiko yang dapat berdampak pada efektivitas strategi tersebut.
Pertama, volatilitas pasar properti yang masih tinggi akibat ketidakpastian global dan tren suku bunga dapat mempengaruhi permintaan terhadap produk properti. Kedua, penurunan laba pada kuartal I tahun 2025 menimbulkan pertanyaan mengenai keberlanjutan pertumbuhan perusahaan, meski kondisi likuiditas saat ini terjaga dengan baik.
Selain itu, efisiensi penggunaan kas internal harus dijaga agar tidak mengganggu proyek ekspansi yang tengah berjalan. Regulasi dan transparansi menjadi faktor penting lainnya yang harus diperhatikan. Implementasi buyback harus dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku dan disampaikan secara terbuka kepada publik, terutama karena aksi ini dilaksanakan tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Dampak terhadap Pemegang Saham
Dari perspektif investor, buyback dipandang positif karena dapat meningkatkan laba per saham (EPS) dan rasio pengembalian ekuitas (ROE) melalui pengurangan jumlah saham yang beredar. Langkah ini juga menandakan bahwa manajemen perusahaan memiliki keyakinan tinggi terhadap valuasi saham saat ini yang dianggap di bawah nilai wajarnya.
Namun, pelaku pasar juga perlu mengamati apakah buyback ini akan memberikan dampak jangka panjang atau hanya bersifat sementara dalam menjaga harga saham.
Rencana pembelian kembali saham senilai Rp1 triliun oleh PT Bangun Kosambi Sukses Tbk menunjukkan sinyal kuat dari manajemen bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang sehat dan siap menghadapi dinamika pasar. Dukungan kinerja keuangan yang positif, posisi kas yang kuat, serta strategi ekspansi yang terukur menjadi pondasi utama dalam menjalankan aksi korporasi ini.
Keberhasilan buyback ini akan sangat bergantung pada transparansi pelaksanaannya, kinerja keuangan kuartal berikutnya, serta kemampuan perusahaan menjaga keseimbangan antara strategi penguatan nilai pemegang saham dan kelanjutan proyek-proyek ekspansi. Jika dijalankan secara optimal, langkah ini tidak hanya memperkuat kepercayaan investor, tetapi juga memperkokoh posisi CBDK di industri properti nasional.