JAKARTA - Provinsi Jawa Timur memasuki babak baru dalam pertumbuhan ekonominya, di mana peta kredit perbankan bukan hanya dipenuhi oleh sektor industri atau perdagangan, tapi lebih berpindah ke layanan bernilai tinggi: digitalisasi, sistem keuangan modern, properti, dan jasa profesional. Data memperlihatkan tren positif di keempat sektor tersebut—menjadi sinyal bahwa daerah ini siap memasuki ekonomi masa depan.
1. Informasi & Komunikasi: Daya Dorong Ekonomi Digital
Ekosistem digital di Jatim semakin menguat jika dilihat dari penyaluran kredit ke sektor informasi dan komunikasi. Awalnya sekitar Rp 3,9 triliun di awal tahun, nilai ini terus meningkat hingga puncaknya mencapai Rp 4,7 triliun di bulan Oktober 2024. Meski ada koreksi mendekati akhir tahun, tren keseluruhan menunjukkan bahwa industri TI—startup, aplikasi, media digital, hingga infrastruktur telekomunikasi—semakin didukung oleh pembiayaan bank. Suntikan modal ini memungkinkan akselerasi proyek digital dan transformasi bisnis lokal.
2. Keuangan & Asuransi: Pondasi Ekonomi Modern
Di sektor keuangan dan asuransi, penyaluran kredit juga mencatat kenaikan pesat sepanjang tahun. Dari tingkat Rp 1,9 triliun pada Januari, nilai tersebut naik menjadi Rp 2,4 triliun di Desember—menandai kepercayaan bank tinggi terhadap sektor yang menjadi penggerak ekonomi. Lonjakan ini mencerminkan kebutuhan masyarakat akan produk keuangan formal—kredit mikro, asuransi, layanan digital banking meningkatkan akses dan literasi keuangan.
3. Real Estat: Investasi Masa Depan
Meskipun industri properti acap kali dianggap siklis, tahun 2024 mencatat real estat sebagai pilar keuangan Jatim. Kredit sektor ini bertahan di kisaran Rp 12–13 triliun sepanjang tahun. Peningkatan konsumsi properti, terutama perumahan dan kawasan industri di kota-kota besar seperti Surabaya dan Malang, terlihat dalam lonjakan kredit hingga Rp 12,9 triliun di bulan Juli. Meski menurun sedikit di akhir tahun, kepercayaan pemodal tetap tinggi—menjadikannya instrumen investasi utama masyarakat.
4. Jasa Perusahaan: Profesionalisme sebagai Lokomotif
Tak kalah pentingnya, sektor jasa perusahaan—termasuk konsultasi, teknik, pelatihan, dan outsourcing—juga merekam dinamika positif. Dengan rebound dari Rp 5,3 triliun menjadi Rp 5,4 triliun sepanjang tahun, sektor ini mencerminkan aktivitas proyek, investasi, dan kebutuhan layanan profesional yang terus meningkat. Keberingasan bisnis konstruksi dan teknologi didukung optimal oleh ketersediaan sumber daya keuangan.
Mengapa Tren Ini Penting?
Pertumbuhan kredit ke sektor jasa seperti ini bukan sekadar soal angka. Ini sinyal bahwa struktur ekonomi Jawa Timur tengah bertransformasi, dari ketergantungan pada manufaktur dan perdagangan menjadi multi-sektor berteknologi tinggi. Empat implikasi strategisnya:
Digitalisasi menyeluruh: Penyaluran kredit ke sektor TI menumbuhkan ekosistem digital—startup, aplikasi, infrastruktur.
Akses keuangan inklusif: Dorongan ke sektor keuangan meningkatkan literasi dan pengembangan produk yang menjangkau pelosok provinsi.
Perkuatan properti lokal: Real estat menjadi pilihan utama masyarakat untuk hunian dan investasi jangka panjang.
Profesionalisme yang terus berkembang: Ketersediaan layanan jasa mendorong industri berkembang lebih efisien dan kompetitif.
Tantangan & Peluang ke Depan
Ruang tumbuh dari kredit ini tentu memberi harapan tinggi—namun juga perlu didukung regulasi, reformasi kelembagaan, dan infrastruktur. Diperlukan pula:
Pemantauan risiko kredit agar aliran dana tidak tersendat, terutama di sektor properti dan digital.
Penguatan SDM profesional untuk mendukung permintaan jasa berkualitas tinggi.
Koordinasi pemerintah dan bank untuk menciptakan iklim investasi kondusif.
Kredit perbankan ke sektor jasa modern—informasi & komunikasi, keuangan, real estat, dan jasa perusahaan—telah menjadi pondasi baru ekonomi Jawa Timur di 2024. Tren ini menandai lompatan struktural menuju perekonomian digital, inklusif, dan profesional. Jika sinergi antara bank, pemerintah, dan sektor swasta berlanjut, Jatim berpotensi menjadi lokomotif ekonomi layanan dan teknologi di Indonesia.