JAKARTA - Transformasi strategis PT PP Properti Tbk (PPRO) mulai membuahkan hasil signifikan. Setelah sempat merugi besar pada periode yang sama tahun lalu, emiten properti milik negara ini berhasil membalikkan keadaan dengan membukukan laba bersih sebesar Rp47,18 miliar pada semester pertama 2025. Angka ini menjadi penanda penting bagi perjalanan pemulihan kinerja keuangan PPRO, yang sebelumnya mencatat kerugian sebesar Rp459,57 miliar pada semester I 2024.
Pencapaian ini tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil dari sejumlah langkah strategis yang telah dilakukan perusahaan dalam setahun terakhir. Di antaranya adalah efisiensi beban operasional, penurunan beban keuangan, serta optimalisasi penghasilan di luar pendapatan utama.
PPRO mengungkapkan bahwa lonjakan penghasilan lain-lain menjadi salah satu pendorong utama keberhasilan ini. Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan di Jakarta, manajemen menjelaskan bahwa penghasilan lain-lain melonjak hingga 884,47%—dari Rp17,92 miliar pada semester I 2024 menjadi Rp176,37 miliar pada semester I 2025. Peningkatan tajam ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang di luar lini bisnis utama.
Selain itu, efisiensi juga tercermin dari penurunan signifikan beban keuangan. PPRO berhasil menurunkan beban tersebut sebesar 77,38%, dari Rp463,58 miliar menjadi hanya Rp104,82 miliar. Di tengah tekanan industri properti nasional yang masih menghadapi ketidakpastian pasar dan fluktuasi ekonomi, langkah efisiensi seperti ini menjadi kunci utama dalam menjaga keberlanjutan operasional perusahaan.
Beban pajak penghasilan final turut menurun menjadi Rp3,6 miliar, sementara beban cadangan penurunan nilai aset turun ke level Rp5,6 miliar pada periode yang sama. Kombinasi berbagai efisiensi tersebut mendorong laba sebelum pajak yang diperoleh PPRO mencapai Rp40,29 miliar, berbanding terbalik dengan rugi sebelum pajak sebesar Rp461,33 miliar pada semester pertama tahun lalu.
Meski demikian, tantangan masih ada. Pendapatan bersih perusahaan tercatat mengalami penurunan 25% dibandingkan semester I 2024, dari sebelumnya Rp189,82 miliar menjadi Rp142,24 miliar. Kondisi ini terjadi karena turunnya pendapatan dari dua lini utama usaha PPRO, yaitu penjualan realti dan pendapatan properti lainnya seperti hotel dan layanan sewa.
Penjualan realti yang terdiri dari apartemen dan perumahan menyusut 20,16% menjadi Rp87,23 miliar dari Rp109,27 miliar. Sementara itu, pendapatan dari sektor properti lainnya seperti hotel, biaya layanan penyewa, dan sewa mengalami penurunan lebih tajam, yakni sebesar 31,7%, dari Rp80,54 miliar menjadi Rp50 miliar.
Kendati sektor pendapatan utama menurun, manajemen PPRO menyatakan tetap optimistis terhadap masa depan perusahaan. Salah satu fondasi utama optimisme tersebut datang dari keberhasilan perusahaan dalam memperoleh dukungan mayoritas kreditur atas skema restrukturisasi utang melalui proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Dalam rapat pemungutan suara proses PKPU, sebanyak 99,15% dari jumlah kreditur konkuren dan 100% dari kreditur separatis (perbankan) menyatakan setuju atas skema restrukturisasi yang diajukan. Kesepakatan ini telah diperkuat melalui putusan homologasi oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, memberikan kepastian hukum terhadap langkah-langkah pemulihan perusahaan.
Direktur Utama PPRO, Andek Prabowo, menggarisbawahi pentingnya momentum ini sebagai titik balik strategis bagi perusahaan. Ia menyatakan bahwa keberhasilan restrukturisasi bukan hanya menyelamatkan perusahaan dari tekanan likuiditas, tetapi juga menjadi dasar dalam menyusun strategi jangka panjang yang berkelanjutan.
“PPRO meyakini bahwa proses PKPU ini memberikan kepastian hukum bagi seluruh kreditur untuk mendapatkan pembayaran dan juga memberikan kepastian hukum bagi PPRO dalam menjalankan bisnisnya dan dapat kembali fokus pada optimalisasi aset, efisiensi operasional, dan strategi pertumbuhan jangka panjang,” ujar Andek Prabowo.
Dengan segala tantangan yang telah berhasil dilalui, PPRO kini menatap masa depan dengan semangat baru. Kendati sektor properti nasional belum sepenuhnya pulih, langkah-langkah yang telah ditempuh menjadi sinyal kuat bahwa perusahaan ini tengah berada di jalur yang tepat. Keberhasilan membalikkan kerugian menjadi laba dalam waktu satu tahun menunjukkan efektivitas manajemen dalam menavigasi krisis dan mengembalikan kepercayaan pasar.
Ke depan, keberhasilan strategi restrukturisasi dan efisiensi operasional akan menjadi modal penting untuk memperkuat kinerja keuangan dan menciptakan nilai lebih bagi para pemegang saham serta mitra bisnis PPRO. Meskipun pendapatan bersih masih menunjukkan tren menurun, sinyal positif dari sisi laba bersih menjadi indikasi kuat bahwa PPRO tengah memasuki fase pemulihan yang menjanjikan.