JAKARTA - Meskipun mencatatkan penurunan laba bersih dibandingkan tahun sebelumnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BBRI tetap menunjukkan performa keuangan yang stabil dan berkelanjutan sepanjang semester pertama tahun 2025. Keberhasilan mempertahankan fundamental bisnis melalui efisiensi biaya dana dan peningkatan kualitas kredit menjadi penopang utama yang menunjukkan ketahanan bank dalam menghadapi berbagai dinamika ekonomi nasional.
Laba bersih BRI tercatat sebesar Rp 26,53 triliun pada paruh pertama tahun ini. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar 11,25 persen secara tahunan, jika dibandingkan dengan perolehan laba pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 29,89 triliun. Meski demikian, Direktur Utama BRI Hery Gunardi menegaskan bahwa perusahaan tetap berada di jalur pertumbuhan yang sehat.
“Kinerja keuangan BRI pada paruh pertama 2025 menunjukkan tren pertumbuhan positif dan berkelanjutan. Dengan penekanan pada strategi penghimpunan dana murah atau CASA yang berhasil mendorong efisiensi biaya dana dan menopang fundamental bisnis perseroan,” kata Hery Gunardi dalam konferensi pers.
- Baca Juga 3 Ide Bisnis Modal Kecil untuk Anak Muda
Pendekatan strategis BRI dalam mengandalkan dana murah menjadi fondasi penting bagi stabilitas keuangannya. Strategi ini tidak hanya berkontribusi terhadap penghematan biaya dana (cost of fund), tetapi juga memberikan ruang untuk memperkuat struktur keuangan jangka panjang. Dalam iklim perbankan yang penuh persaingan dan tekanan suku bunga, efisiensi dalam penghimpunan dana menjadi pembeda utama bagi keberhasilan bank.
Dari sisi pembiayaan, BRI juga menunjukkan kinerja solid. Penyaluran kredit hingga pertengahan tahun ini tercatat sebesar Rp 1.416,6 triliun. Capaian ini tumbuh 6 persen secara tahunan dari posisi Rp 1.336,8 triliun pada semester pertama tahun sebelumnya. Ini menandakan kepercayaan BRI terhadap potensi pemulihan ekonomi nasional serta komitmennya dalam mendukung pertumbuhan sektor riil.
Selain pertumbuhan volume kredit, kualitas kredit yang disalurkan BRI juga menunjukkan perbaikan. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) berhasil ditekan hingga ke level 3,04 persen. Untuk mengantisipasi potensi risiko, perseroan juga meningkatkan cakupan pencadangan dengan NPL coverage sebesar 188,84 persen. Capaian ini memperkuat posisi manajemen risiko perusahaan dan menjadi sinyal positif bagi para investor maupun regulator.
Kinerja penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga turut memberikan kontribusi signifikan terhadap ketahanan BRI. Total DPK yang berhasil dihimpun sepanjang semester pertama 2025 mencapai Rp 1.482,12 triliun. Jika dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya, angka ini tumbuh sebesar 6,65 persen secara tahunan. Dari total tersebut, porsi dana murah yang terdiri dari current account dan saving account (CASA) mendominasi dengan proporsi 65,51 persen.
Dominasi CASA dalam struktur dana BRI semakin menguatkan posisi bank dalam mengendalikan biaya operasional dan menjaga margin keuntungan. Dalam industri perbankan, tingginya rasio CASA menjadi indikator efisiensi serta kekuatan loyalitas nasabah dalam menggunakan produk simpanan bank, baik untuk keperluan transaksi maupun investasi jangka pendek.
Dengan rasio CASA yang tinggi dan kualitas kredit yang terjaga, loan to deposit ratio (LDR) BRI tercatat sebesar 84,97 persen. Angka ini mencerminkan bahwa sebagian besar dana pihak ketiga telah tersalurkan ke sektor produktif dalam bentuk kredit, menunjukkan efisiensi dalam fungsi intermediasi bank. Tingkat LDR yang sehat menjadi indikator bahwa bank mampu menyalurkan dana dengan efektif tanpa menimbulkan tekanan likuiditas.
Total aset BRI juga mengalami pertumbuhan yang signifikan dan menunjukkan fundamental perusahaan yang kuat. Hingga pertengahan tahun 2025, total aset konsolidasi BRI mencapai Rp 2.106,37 triliun. Kenaikan ini memperkuat posisi BRI sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, dengan jangkauan layanan yang luas hingga ke pelosok tanah air.
Meski laba bersih mengalami tekanan dari faktor eksternal dan kompetisi pasar yang ketat, kinerja BRI secara umum masih mencerminkan stabilitas dan prospek jangka panjang yang kuat. Penguatan strategi penghimpunan dana, kualitas kredit yang terus membaik, serta peningkatan aset dan efisiensi penyaluran kredit menjadi fondasi penting dalam menjaga daya saing BRI ke depan.
Dengan mempertahankan disiplin operasional dan fokus pada pemberdayaan sektor UMKM sebagai core business, BRI diyakini akan mampu menavigasi tantangan ekonomi global dan domestik. Penguatan digitalisasi layanan dan pengembangan inklusi keuangan menjadi agenda utama yang akan mendorong pertumbuhan bisnis berkelanjutan bagi bank milik negara tersebut.
Ke depannya, langkah konsisten dalam menjaga efisiensi, memperluas portofolio kredit berkualitas, serta menjaga struktur dana yang sehat akan menjadi kunci dalam mempertahankan peran strategis BRI dalam sistem keuangan nasional.