JAKARTA - Pasar modal Indonesia kembali menghadapi tekanan berat setelah dua pekan berturut-turut mencatatkan kinerja positif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi signifikan, mencatat penurunan sebesar 0,87% ke level 7.484,34. Di tengah derasnya arus transaksi, tekanan jual dari investor asing menjadi pemicu utama kejatuhan indeks.
Perdagangan kali ini terpantau cukup sibuk. Nilai transaksi menembus Rp18,29 triliun, dengan volume perdagangan mencapai 41,63 miliar lembar saham. Sementara itu, frekuensi transaksi yang terjadi sebanyak dua juta kali menunjukkan dinamika pasar yang tinggi. Namun demikian, komposisi pergerakan saham lebih banyak didominasi penurunan: sebanyak 412 saham melemah, 228 saham menguat, dan 164 saham stagnan.
Asing Kembali Jual Bersih Jumbo
Kepanikan atau pergeseran strategi portofolio global tampaknya tengah berlangsung, mengingat investor asing kembali melakukan aksi jual bersih secara besar-besaran. Total net sell asing tercatat sebesar Rp1,26 triliun di seluruh pasar dan bahkan lebih tinggi lagi di pasar reguler, yakni mencapai Rp1,51 triliun.
Menariknya, pada pasar negosiasi dan tunai, tercatat adanya pembelian bersih oleh investor asing sebesar Rp244,89 miliar. Ini mengindikasikan bahwa aksi distribusi asing lebih terkonsentrasi pada saham-saham yang likuid dan masuk dalam kategori kapitalisasi besar (big caps), yang sebagian besar diperdagangkan di pasar reguler.
Saham-Saham Andalan Jadi Target Distribusi
Saham-saham unggulan yang selama ini menjadi penopang utama pergerakan IHSG justru menjadi sasaran utama tekanan jual asing. Mengutip data dari Stockbit, berikut adalah daftar saham yang mencatat net sell tertinggi oleh asing:
PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) – Rp975,47 miliar
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) – Rp356,51 miliar
PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) – Rp193,03 miliar
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) – Rp119,34 miliar
PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) – Rp51,49 miliar
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) – Rp50,19 miliar
PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) – Rp36,91 miliar
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) – Rp31,42 miliar
PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) – Rp25,80 miliar
PT Darma Henwa Tbk. (DEWA) – Rp25,15 miliar
Nilai penjualan asing terbesar terjadi pada saham BBCA dengan angka hampir menembus Rp1 triliun. Angka ini jauh di atas saham lainnya, bahkan Bank Mandiri yang berada di posisi kedua pun hanya mencatat net sell sekitar sepertiga dari nilai tersebut. Hal ini menunjukkan betapa dominannya posisi BBCA dalam portofolio asing dan bagaimana perubahan sentimen dapat berdampak langsung terhadap indeks.
Sektor Keuangan dan Komoditas Terdampak
Jika diperhatikan lebih jauh, sektor yang paling banyak mengalami tekanan berasal dari industri keuangan, khususnya perbankan BUMN dan swasta besar. Selain itu, emiten berbasis komoditas seperti ANTM, BRMS, ADRO, dan DEWA juga turut dijual oleh investor asing, menunjukkan bahwa ketidakpastian global turut menyeret saham-saham sektor energi dan sumber daya.
Kondisi ini menunjukkan bahwa aksi jual tidak bersifat selektif berdasarkan performa individual emiten, melainkan lebih mencerminkan aksi pengalihan modal atau realisasi keuntungan yang bersifat sistemik. Situasi ini biasa terjadi ketika pasar menghadapi sentimen global seperti potensi kenaikan suku bunga, gejolak geopolitik, atau rotasi portofolio ke aset lain yang dinilai lebih aman.
Dampak Terhadap Pasar dan Strategi Investor Lokal
Tekanan jual oleh investor asing seperti ini bisa berdampak ganda terhadap pasar modal domestik. Pertama, penurunan harga saham-saham unggulan bisa menggerus kepercayaan investor ritel lokal yang selama ini mengandalkan kestabilan emiten besar sebagai acuan investasi. Kedua, koreksi indeks yang tajam dapat memicu aksi panic selling lanjutan jika tidak diimbangi dengan dukungan dari investor domestik institusional.
Namun di sisi lain, bagi investor jangka panjang, momen ini dapat menjadi peluang untuk melakukan akumulasi pada saham-saham fundamental kuat yang mengalami koreksi harga akibat sentimen sementara. Saham perbankan besar seperti BBCA, BMRI, dan BBRI tetap memiliki kinerja yang solid secara fundamental dan memainkan peran penting dalam perekonomian nasional.
Menyikapi Volatilitas Pasar
Dalam kondisi seperti ini, penting bagi pelaku pasar untuk tetap tenang dan memantau perkembangan makroekonomi yang menjadi latar belakang arus modal asing. IHSG memang mengalami koreksi tajam, namun perlu diingat bahwa tekanan asing lebih sering bersifat jangka pendek dan fluktuatif.
Pelaku pasar disarankan untuk lebih fokus pada kualitas emiten, tren laporan keuangan, serta prospek jangka panjang, alih-alih terlalu terpaku pada pergerakan harian yang bisa berubah drastis akibat faktor eksternal.