JAKARTA - Langkah nyata untuk memperkuat hilirisasi mineral di Indonesia kembali ditunjukkan oleh MIND ID. Holding industri pertambangan ini memainkan peran kunci dalam memastikan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) berjalan sesuai rencana, mulai dari tahap pembangunan hingga ke fase komersialisasi. Kehadiran proyek SGAR ini menjadi simbol transformasi industri bauksit nasional menuju rantai nilai tambah yang terintegrasi sepenuhnya di dalam negeri.
Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso, menyampaikan bahwa hilirisasi bauksit tidak hanya menjadi proyek strategis nasional, tetapi juga menjadi langkah konkret dalam membangun kemandirian industri. SGAR diproyeksikan menjadi salah satu titik balik penting dalam rantai pasok bauksit dan alumina, yang selama ini sangat tergantung pada pasar luar negeri.
Dengan adanya SGAR di Mempawah, Kalimantan Barat, proses pengolahan bauksit dalam negeri mulai terwujud. Setelah menjadi alumina, bahan tersebut akan dikirim ke smelter aluminium milik INALUM di Kuala Tanjung, Sumatera Utara. Rantai pasok yang sebelumnya terbuka lebar ke pasar ekspor kini mulai tertutup rapat di dalam negeri, memberi dampak signifikan terhadap ketahanan industri nasional.
Direktur Utama MIND ID, Maroef Sjamsoeddin, menegaskan bahwa MIND ID akan terus menjaga keberlangsungan program hilirisasi agar berjalan dari hulu ke hilir secara terintegrasi. Proyek SGAR Fase 1 bukan hanya menjadi bukti awal, tapi juga bagian dari rencana besar yang mencakup pengembangan SGAR Fase 2 serta pembangunan smelter aluminium baru dengan kapasitas 600 ribu ton per tahun.
Nilai proyek pembangunan SGAR Fase 1 tercatat mencapai hampir US$900 juta atau sekitar Rp13 hingga Rp13,5 triliun. Proyek ini dirancang untuk memproduksi 1 juta ton alumina per tahun dengan kebutuhan bauksit sekitar 3,3 juta ton per tahun. Produksi komersial dijadwalkan dimulai pada kuartal ketiga tahun 2024, dan diharapkan beroperasi penuh pada awal 2025.
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, hadir langsung dalam acara injeksi bauksit perdana di SGAR. Dalam sambutannya, ia mengapresiasi kerja keras seluruh pihak yang terlibat dan menyebut proyek ini sebagai bagian dari perjuangan besar bangsa untuk mewujudkan hilirisasi. Menurutnya, pembangunan pabrik pengolahan mineral tidak mudah, namun dengan semangat, mimpi besar, dan perhitungan yang cermat, SGAR bisa diselesaikan.
Presiden juga menyoroti pentingnya hilirisasi dalam mengurangi ketergantungan pada impor alumina. Saat ini, Indonesia masih mengimpor sekitar 56 persen kebutuhan alumina. Dengan hadirnya SGAR, diharapkan akan terjadi penghematan devisa hingga US$3,5 miliar per tahun. Hal ini menjadi langkah besar dalam memperkuat ekonomi nasional serta memperbaiki neraca perdagangan.
Dari sisi nilai tambah, Corporate Secretary MIND ID, Heri Yusuf, menjelaskan bahwa hilirisasi memberikan lonjakan nilai yang sangat besar. Bauksit mentah yang hanya bernilai US$40 per ton bisa meningkat menjadi US$575 per ton setelah diproses menjadi alumina. Selanjutnya, ketika alumina diolah menjadi aluminium, nilainya bisa melonjak hingga US$2.700 per ton. Inilah bukti nyata bagaimana hilirisasi dapat meningkatkan pendapatan negara dan masyarakat.
Tak hanya dari sisi nilai ekonomi, proyek SGAR juga berdampak positif terhadap penciptaan lapangan kerja. Setidaknya 1.000 tenaga kerja akan terserap langsung dalam operasional proyek ini. Efek pengganda juga diharapkan menggerakkan perekonomian masyarakat sekitar dan memperkuat struktur industri lokal.
Keberhasilan proyek ini tidak lepas dari sinergi antara perusahaan-perusahaan dalam lingkup MIND ID. SGAR merupakan hasil kolaborasi PT ANTAM Tbk dan PT INALUM (Persero) dalam konsorsium PT Borneo Alumina Indonesia (BAI). Kolaborasi ini memperlihatkan efektivitas BUMN dalam mengimplementasikan proyek nasional secara efisien dan berkelanjutan.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Maman Abdurahman, menyampaikan apresiasinya atas kemajuan proyek SGAR Fase 1. Ia menyebut proyek ini sebagai bukti nyata bahwa sinergi BUMN mampu menciptakan nilai tambah industri secara nyata dan menyeluruh. Ia juga berharap proyek ini dapat menjadi model pengembangan industri mineral lainnya di masa depan.
Dari sisi pendanaan, MIND ID telah menyiapkan strategi investasi jangka panjang. Hingga akhir 2025, dana sebesar US$14,3 miliar telah disiapkan untuk mendukung berbagai proyek hilirisasi, termasuk SGAR Fase 2, smelter tembaga, proyek ekosistem baterai kendaraan listrik, hingga ekspansi industri nikel melalui pembangunan fasilitas RKEF dan HPAL.
Langkah ini juga didukung pembentukan sovereign wealth fund Indonesia (Danantara), yang diharapkan dapat mempercepat aliansi investasi strategis dan memperkuat struktur permodalan Holding BUMN Pertambangan ke depannya.
Dengan seluruh infrastruktur dan strategi yang terbangun, hilirisasi bauksit tidak lagi sekadar wacana, tetapi sudah memasuki tahap pelaksanaan konkret. MIND ID berkomitmen menjadikan proyek ini sebagai tonggak penting menuju industrialisasi nasional yang mandiri, efisien, dan berdaya saing global.