JAKARTA - Di tengah upaya membangun generasi emas Indonesia 2045, program Cek Kesehatan Gratis (CKG) menjadi langkah awal penting dalam menumbuhkan kesadaran kesehatan sejak dini, terutama di kalangan pelajar. Salah satu titik pelaksanaan CKG adalah SLB Negeri Semarang, yang menjadi sorotan karena antusiasme tinggi para siswanya dalam mengikuti pemeriksaan menyeluruh yang meliputi aspek kesehatan fisik dan kebugaran.
Kehadiran para pejabat penting, seperti Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI Arifatul Choiri Fauzi, mempertegas betapa seriusnya pemerintah dalam memastikan generasi muda tumbuh sehat, kuat, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Di SLB Negeri Semarang, suasana yang biasanya dipenuhi aktivitas belajar berubah menjadi ruang pemeriksaan yang semarak, penuh interaksi positif antara siswa dan tenaga medis.
Salah satu siswa yang menyambut program ini dengan antusias adalah Paramesti Sasi Kirana, siswi kelas XI. Dengan jujur dan polos, ia mengaku tak merasa takut menjalani serangkaian pemeriksaan, bahkan merasa senang karena hasilnya menunjukkan dirinya dalam kondisi sehat, meski ada catatan kecil soal kebiasaan mengonsumsi makanan manis.
- Baca Juga Manuver Whale di Pasar Crypto
“Aku ditensi terus diambil darah, terus diperiksa spesialis anak. Terus dikurangi makan cokelat, permen, minum manis, karena gigi saya krowak (berlubang). Aku tidak takut, tapi senang. Karena aku merasa sehat tidak sakit,” tutur Paramesti dengan lugas.
Pengalaman berbeda tetapi tak kalah berkesan juga dirasakan oleh Cindy, siswi lainnya. Ia sempat deg-degan karena takut disuntik, namun rasa takut itu tergantikan dengan rasa lega setelah dipastikan sehat.
“Deg-degan tadi karena takut disuntik. Tapi senang karena sehat. Harapannya baik-baik saja, sehat, kuat,” katanya.
Candra, siswa kelas XI lainnya, mengaku senang bisa ikut CKG. Ia bahkan sempat berdiskusi ringan dengan dokter mengenai kulit tangannya yang mengelupas akibat sering mencuci mobil. Dari hasil pemeriksaan, ia mendapat saran untuk mengurangi konsumsi minuman seperti es teh gelas, serta menjaga pola makan dan tidur agar tetap sehat.
“Ini tangan karena cuci mobil. Tadi disuruh dokter (mengurangi) jajan, es teh gelas dikurangi, makan dan tidur sehat,” ucapnya singkat.
Cerita ketiga siswa tersebut hanyalah sebagian kecil dari total 479 siswa SLB Negeri Semarang yang dijadwalkan mengikuti program ini. Mereka menjalani berbagai pemeriksaan, mulai dari tes penyakit TBC, pemeriksaan mata, telinga, gigi, imunisasi, hingga penilaian kebugaran terkait kebiasaan hidup, seperti merokok.
Selain itu, imunisasi juga diberikan kepada siswa Sekolah Dasar (SD) sebagai bagian dari upaya pencegahan penyakit sejak dini. Pemeriksaan tersebut tidak hanya menitikberatkan pada aspek kesehatan umum, namun juga memuat skrining terhadap kondisi fisik dan kebiasaan hidup siswa yang kerap kali diabaikan.
Menteri PPPA, Arifatul Choiri Fauzi, menegaskan pentingnya program ini sebagai pondasi pembangunan sumber daya manusia (SDM) menuju Indonesia Emas 2045. Ia menyatakan bahwa CKG merupakan bagian dari visi Presiden Prabowo Subianto dalam mempersiapkan generasi yang sehat, cerdas, dan produktif.
“Ini menjadi pondasi bagaimana pembangunan SDM kita di tahun 2045 adalah SDM yang berkualitas, yang bermutu. Pertama melalui kesehatan, kemudian memberi kesempatan mendapat pendidikan layak dan yang ketiga adalah gizi,” ujar Arifatul saat berada di aula SLB N Semarang.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyoroti kondisi kesehatan gigi anak di Indonesia yang masih memprihatinkan. Berdasarkan data yang ia sebutkan, sekitar 93 persen anak-anak mengalami gigi berlubang, sementara hanya tujuh persen dalam kondisi sehat. Angka ini tentu menjadi peringatan bahwa pola konsumsi anak-anak perlu dibenahi sejak dini.
Capaian pelaksanaan CKG di Jawa Tengah juga menjadi sorotan positif. Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sumarno, mengungkapkan bahwa hingga saat ini, sekitar 5,7 juta anak telah menjadi sasaran program tersebut. Jumlah ini mencerminkan antusiasme dan kesadaran masyarakat Jawa Tengah terhadap pentingnya kesehatan anak.
“Capaian CKG kami di Jawa Tengah sudah 5,7 juta sasaran. Mungkin kalau di Indonesia baru 15 jutaan (orang), kita sudah support sepertiga sendiri. Ini sesuatu yang penting bagi kami, karena kita ingin anak kita cerdas, tentu saja mulai dari kondisi kesehatannya harus kita ketahui terlebih dahulu,” jelasnya.
Senada dengan itu, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar, menambahkan bahwa CKG dirancang untuk mendeteksi sejak dini risiko penyakit, termasuk penyakit degeneratif seperti diabetes, yang kini juga mulai menyerang kelompok usia muda.
“Karena sekarang banyak anak yang mengonsumsi makanan berkadar gula tinggi dan bahan pengawet. Maka anak-anak diajarkan untuk tidak mengonsumsi yang membahayakan bagi tubuhnya,” ungkapnya.
Langkah skrining kesehatan melalui CKG ini menunjukkan sinyal positif bahwa pemerintah tidak hanya fokus pada aspek pendidikan, tetapi juga pada kesehatan sebagai fondasi utama. Program ini diharapkan tidak hanya menjadi rutinitas tahunan, melainkan juga membentuk pola pikir dan kebiasaan sehat sejak dini di kalangan pelajar, termasuk di sekolah-sekolah luar biasa seperti SLB N Semarang.
Dengan semangat dan keterlibatan semua pihak, mulai dari kementerian hingga siswa, program ini dapat menjadi tonggak awal membentuk generasi masa depan yang tangguh secara fisik dan mental menuju Indonesia yang sehat dan berdaya saing tinggi.