JAKARTA - Upaya pemerintah dalam mendorong kepemilikan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah menunjukkan progres signifikan sepanjang tahun 2025. Hingga 1 Agustus 2025, tercatat sebanyak 190.335 unit Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi telah direalisasikan di seluruh Indonesia.
Data ini disampaikan oleh Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait, dalam paparan resmi di Kementerian PKP pada Selasa, 5 Agustus 2025. Menurutnya, angka tersebut merupakan akumulasi dari KPR yang telah disalurkan dan yang masih dalam tahap proses pembangunan hingga akad.
"Realisasi KPR dari 1 Januari sampai 5 Agustus 2025 ini terdiri dari 40.967 unit dalam proses pembangunan hingga akad, serta 149.368 unit yang sudah tersalurkan. Jadi totalnya mencapai 190.335 unit," ujar Maruarar.
Penyesuaian Kuota FLPP Jadi 350 Ribu Unit
Guna mempercepat pencapaian target pemenuhan rumah subsidi tahun ini, pemerintah telah melakukan penyesuaian terhadap kuota penyaluran program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Jika sebelumnya kuota FLPP hanya berada di kisaran 220 ribu unit, kini angka tersebut dinaikkan secara signifikan menjadi 350 ribu unit hingga akhir 2025.
Maruarar menyebutkan bahwa peningkatan kuota ini merupakan langkah strategis yang belum pernah dilakukan sebelumnya dalam skala sebesar ini.
"Rumah subsidi ini meningkat dari rata-rata, biasanya setiap tahun 200 ribu. Tahun ini pertama kali sepanjang sejarah menjadi 350 ribu. Saya rasa target untuk bisa mencapai 350 ribu mudah-mudahan bisa kita capai, Ibu," katanya, mengacu pada keyakinannya terhadap kinerja kementerian dan seluruh pemangku kepentingan di sektor perumahan.
Dorongan Inovasi Lewat Skema KUR Perumahan
Selain memperluas cakupan kuota FLPP, pemerintah juga tengah menyiapkan instrumen pembiayaan baru dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) Perumahan. Program ini dirancang untuk mempercepat serapan pembiayaan rumah, tidak hanya untuk kebutuhan hunian pribadi, tetapi juga dapat digunakan untuk tujuan usaha seperti homestay atau akomodasi pariwisata berbasis rumah tinggal.
Menteri Maruarar mengungkapkan bahwa proses koordinasi lintas lembaga sudah dilakukan, melibatkan bank penyalur serta para pengembang.
"Kami sudah rapat dengan BTN, dengan para developer, juga dengan BRI terkait KUR Perumahan. Jadi kami siap secara sistem dan lapangan," ujar Maruarar.
Langkah ini diambil untuk merespons kebutuhan masyarakat yang semakin beragam, khususnya mereka yang ingin memanfaatkan rumah subsidi tidak hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai sumber penghasilan tambahan.
Proyeksi dan Tantangan
Dengan target 350 ribu unit rumah subsidi pada akhir 2025, tantangan besar tentu masih terbentang. Namun optimisme tetap ditunjukkan oleh Kementerian PKP. Tren penyaluran hingga awal Agustus yang sudah melampaui 190 ribu unit dianggap sebagai indikator kuat bahwa program ini berada pada jalur yang benar.
Apalagi, peningkatan kuota bukan hanya angka semata, melainkan bentuk komitmen pemerintah dalam memperluas akses perumahan yang terjangkau. Diharapkan, program ini mampu menjangkau lebih banyak keluarga di pelosok Indonesia yang selama ini kesulitan memiliki rumah layak huni.
Dukungan Lembaga Keuangan
Keberhasilan program ini juga tidak lepas dari kolaborasi antara kementerian dan lembaga keuangan, termasuk Bank BTN dan BRI, yang menjadi tulang punggung penyaluran kredit. Kolaborasi dengan para pengembang juga krusial, terutama dalam memastikan kualitas hunian tetap terjaga meski ditawarkan dalam skema subsidi.
Maruarar menyatakan kesiapan dari sisi sistem dan lapangan menunjukkan bahwa seluruh pihak telah menyamakan langkah dalam mendukung program ini.
Dengan semangat dan langkah progresif yang diambil oleh Kementerian PKP di bawah kepemimpinan Maruarar Sirait, program perumahan subsidi tahun 2025 menjadi salah satu yang paling ambisius dalam sejarah kebijakan perumahan nasional. Dari realisasi yang sudah menembus 190.335 unit, hingga target historis 350 ribu unit FLPP, serta inovasi KUR Perumahan, semuanya menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah tidak hanya fokus pada jumlah, tetapi juga keberlanjutan dan relevansi kebutuhan masyarakat saat ini.
Jika pencapaian ini berhasil direalisasikan hingga akhir tahun, maka tidak hanya target statistik yang tercapai, tetapi juga mimpi puluhan ribu keluarga Indonesia untuk memiliki rumah sendiri bisa benar-benar diwujudkan.