JAKARTA - Upaya memajukan sektor UMKM kembali mendapat panggung besar melalui Safari Bazaar, sebuah festival kuliner yang menyajikan beragam makanan tradisional hingga modern, sekaligus menghadirkan berbagai aktivitas hiburan dan promosi dari brand ternama. Acara ini membuktikan bahwa kolaborasi antara pelaku usaha kecil dan brand besar dapat membentuk ekosistem ekonomi kreatif yang meriah dan berdampak luas.
Safari Bazaar bukan sekadar ajang makan-makan. Di balik sajian lezat dari para pelaku UMKM kuliner, terselip misi membangun jejaring bisnis, meningkatkan omzet, dan memperkuat branding. Lokasi acara pun tersebar di berbagai titik strategis Jakarta dan sekitarnya, seperti Sahid Sudirman Residence (Jakarta Pusat), Signature Park Grande (Jakarta Timur), Maple Park (Jakarta Utara), Thamrin District (Bekasi), Permata Hijau Suites (Jakarta Selatan), dan Victoria Square (Tangerang).
Festival ini tak hanya menjadi ajang promosi kuliner lokal, tetapi juga wadah bagi UMKM untuk tampil di hadapan khalayak luas, memikat perhatian dengan inovasi dan rasa yang khas. Pelaku usaha seperti Mochi Moe-Moe dan Kedai Roejak 33 turut meramaikan suasana, membawa semangat wirausaha yang kuat melalui produk-produk unggulan mereka.
Namun, daya tarik Safari Bazaar tidak berhenti pada kuliner semata. Acara ini dirancang menjadi sebuah festival keluarga yang penuh hiburan. Beragam kompetisi seperti lomba mewarnai, lomba vokal anak, lomba fashion family show, hingga pertunjukan tari kreasi anak turut digelar. Momen ini menjadi sarana edukasi sekaligus hiburan bagi keluarga yang hadir.
Kehadiran bintang tamu juga menjadi magnet tersendiri. Tesa, penyanyi jebolan Indonesian Idol, menyuguhkan penampilan yang memikat pengunjung. Tak hanya itu, sederet nama dari dunia kontes kecantikan pun hadir menyemarakkan panggung festival. Di antaranya Harashta Haifa Zahra (Puteri Indonesia 2024 dan Miss Supranational 2024), Farhana Nariswari (Puteri Indonesia 2023), Lulu Zaharani (Puteri Indonesia Pariwisata 2023), serta finalis lainnya seperti Ratih Widiartha, Arrasyafira Febrian, Laurentia Michele, Yesika Katarina, dan para Mr. Grand Tourism Indonesia.
Kehadiran tokoh-tokoh publik tersebut turut memberi nuansa glamor dan inspiratif bagi para pelaku UMKM yang ingin mengembangkan merek mereka. Mereka menjadi simbol pentingnya eksistensi, branding, dan jejaring sosial dalam membangun usaha di era digital.
Ruby Herman, CEO RINS Kombis, sebagai pihak penyelenggara, menegaskan bahwa Safari Bazaar bukan hanya soal berdagang, tetapi juga membangun ekosistem yang berkelanjutan. "Safari Bazaar RINS Kombis putaran ke-14 ini digelar dengan beberapa tujuan utama, antara lain: Meningkatkan omzet merchant peserta bazar serta mendukung para peserta bazar untuk semangat berkarya, berbisnis, membangun branding dan memperluas networking," ujarnya kepada media.
Pernyataan Ruby mencerminkan bagaimana kegiatan ini memberikan dampak langsung pada pertumbuhan pelaku usaha lokal. Tidak hanya membuka peluang ekonomi baru, tetapi juga menjadi ajang berbagi inspirasi, membangun semangat kolektif untuk terus berinovasi di tengah tantangan pasar.
Festival ini juga menjadi daya tarik bagi para penggemar belanja. Selain kuliner dan hiburan, acara ini menyuguhkan diskon besar-besaran dari merek ternama seperti Terry Palmer, Uniqlo, dan Victoria’s Secret. Kehadiran brand besar ini tidak hanya menarik massa, tetapi juga membuka ruang kolaborasi antara pelaku UMKM dan industri ritel mapan.
Penawaran menarik dari brand-brand tersebut memberikan pengalaman berbelanja yang berbeda. Masyarakat bisa menikmati makanan lokal yang autentik sekaligus mendapatkan produk bermerek dengan harga terjangkau, semua dalam satu tempat. Pendekatan ini menunjukkan sinergi antara ekonomi mikro dan makro dapat berjalan seiring dan saling menguntungkan.
Selama enam hari pelaksanaan, acara ini mencatat jumlah pengunjung mencapai 85.458 orang. Angka ini menggambarkan antusiasme tinggi masyarakat terhadap acara yang menggabungkan berbagai elemen: kuliner, hiburan, belanja, dan edukasi.
Keberhasilan tersebut membuktikan bahwa konsep festival tematik seperti Safari Bazaar bisa menjadi contoh model ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Tidak hanya memberikan keuntungan secara ekonomi bagi peserta bazar, tetapi juga memperkuat citra positif UMKM di mata publik.
Selain itu, festival ini juga menjadi sarana penting untuk memperkuat jejaring antar pelaku usaha dari berbagai daerah. Mereka dapat bertukar pengalaman, menjalin kerja sama baru, dan memperluas pasar. Bahkan, tidak menutup kemungkinan munculnya kolaborasi lintas sektor antara UMKM, pelaku industri kreatif, dan sektor swasta.
Safari Bazaar juga membuka ruang partisipasi bagi komunitas lokal dan pelaku seni, memberikan mereka panggung untuk menampilkan karya dan bakat di depan ribuan orang. Hal ini memperkuat keterlibatan sosial masyarakat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif secara holistik.
Dengan semakin besarnya minat publik terhadap kegiatan seperti ini, penyelenggaraan festival kuliner dan bazar UMKM seperti Safari Bazaar patut didorong untuk menjadi agenda rutin, bahkan diperluas ke kota-kota lain di Indonesia. Potensi ekonomi yang dihasilkan tidak hanya mendongkrak omzet pelaku usaha, tetapi juga meningkatkan kesadaran kolektif tentang pentingnya mendukung produk lokal.
Kesimpulannya, Safari Bazaar bukan sekadar festival kuliner, melainkan simbol kolaborasi produktif antara UMKM, komunitas, artis, dan brand besar. Ini adalah contoh nyata bagaimana sebuah acara kreatif bisa menghadirkan dampak ekonomi dan sosial secara bersamaan, menjembatani berbagai kepentingan, dan merayakan keberagaman potensi lokal Indonesia.