JAKARTA - Sejarah baru tercipta di industri migas nasional. Untuk pertama kalinya, produksi minyak atau lifting Indonesia mampu melampaui target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Torehan ini menjadi sinyal positif di tengah tantangan berat yang selama ini membayangi sektor hulu migas, khususnya kondisi lapangan minyak yang sebagian besar telah memasuki usia tua.
Pemerintah, melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengonfirmasi bahwa realisasi lifting minyak mencapai 608 ribu barel per hari (bph). Angka ini berada di atas target APBN sebesar 605 ribu bph yang sebelumnya dinilai sulit dicapai, bahkan oleh para pelaku industri.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menyebut capaian tersebut sebagai momen bersejarah yang memberi optimisme baru.
“Ini capaian bersejarah di tengah tantangan lapangan migas yang sebagian besar sudah tua. Ada secercah harapan untuk perbaikan lifting,” ujar Bahlil di Jakarta, belum lama ini.
Kinerja Semester I dan Faktor Pendorong
Data menunjukkan bahwa sepanjang semester I-2025, realisasi lifting berada di level 578 ribu bph, atau setara 95,5 persen dari target tahunan. Bahkan, kinerja pada Juni 2025 berhasil melampaui hasil pada bulan yang sama tahun lalu, yakni 576,1 ribu bph.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Djoko Siswanto, menjelaskan bahwa pencapaian ini tidak datang secara tiba-tiba. Ada serangkaian strategi yang dijalankan untuk menggenjot produksi, mulai dari kerja sama teknologi, optimalisasi lapangan, hingga pemberian insentif bagi kontraktor.
Salah satu terobosan penting adalah kolaborasi internasional dengan FalconRidge Oil Ltd asal Kanada. Melalui kerja sama ini, Indonesia mengadopsi Terra Slicing Technology yang dinilai mampu meningkatkan produktivitas lapangan tua. Selain itu, penerapan metode Enhanced Oil Recovery (EOR) dan Improved Oil Recovery (IOR) turut membantu memaksimalkan potensi yang tersisa dari sumur-sumur lama.
“Langkah-langkah tersebut memperlihatkan bahwa sektor migas Indonesia masih memiliki ruang untuk tumbuh, asalkan dikelola dengan teknologi yang tepat dan manajemen yang efisien,” kata Djoko.
Peran Pelatihan dan Transfer Pengetahuan
Tak hanya mengandalkan teknologi, pemerintah juga mendorong penguatan kapasitas sumber daya manusia di sektor migas. Transfer pengetahuan dari mitra internasional kepada tenaga kerja lokal menjadi agenda penting. Melalui pelatihan dan pengembangan kompetensi, diharapkan kemampuan nasional dalam mengelola sektor hulu migas akan terus meningkat, sehingga ketahanan energi dapat lebih terjaga dalam jangka panjang.
Pengamat migas Ferdi Hasiman melihat keberhasilan ini sebagai buah dari kerja keras berbagai pihak, terutama Pertamina dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
“Upaya Pertamina dan KKKS sudah cukup bagus. Tantangannya adalah mempercepat transisi energi agar tidak selamanya bergantung pada migas,” ujarnya.
Lapangan Produksi Kunci
Dalam peta produksi minyak nasional, Lapangan Banyu Urip di Bojonegoro masih menjadi salah satu penyumbang terbesar lifting minyak Indonesia. Namun, ada catatan penting bahwa produksi di Blok Rokan di Riau mulai mengalami penurunan. Kondisi ini memperlihatkan bahwa sektor migas harus terus mencari sumber produksi baru untuk menjaga keberlanjutan pasokan.
Sementara itu, tren eksplorasi minyak di Indonesia kini cenderung bergeser ke wilayah laut dalam. Meski potensinya besar, tantangan yang dihadapi juga tidak ringan. Lokasi yang sulit diakses memerlukan biaya investasi sangat tinggi, dan risiko teknis yang lebih besar.
Tantangan Global dan Kebijakan Nasional
Industri migas nasional saat ini juga dihadapkan pada fluktuasi harga minyak dunia dan regulasi yang dinilai sebagian pelaku usaha masih kurang fleksibel. Faktor-faktor ini dapat memengaruhi minat investasi, terutama dari pihak asing, yang sangat dibutuhkan untuk mendukung eksplorasi dan produksi.
Pemerintah, meskipun terus mengoptimalkan sektor hulu migas, menegaskan bahwa strategi jangka panjang tetap mengarah pada transisi energi. Kebijakan ini sejalan dengan komitmen global untuk mengurangi emisi karbon dan mengembangkan energi terbarukan.
“Kita sudah mulai melangkah ke sana,” ujar Bahlil menegaskan arah kebijakan energi nasional.
Menjaga Momentum
Keberhasilan melampaui target lifting minyak menjadi bukti bahwa dengan strategi yang tepat, kerja sama lintas sektor, dan adopsi teknologi baru, sektor migas Indonesia masih mampu menunjukkan performa positif. Namun, pemerintah dan pelaku industri perlu memastikan momentum ini tidak berhenti sebagai pencapaian sesaat.
Langkah ke depan akan sangat ditentukan oleh kemampuan untuk mempertahankan tingkat produksi, sekaligus menyiapkan fondasi bagi peralihan menuju energi yang lebih bersih. Dengan memanfaatkan capaian ini sebagai batu loncatan, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperkuat posisi di kancah energi global, baik di sektor fosil maupun energi terbarukan.