OJK

OJK Dorong Kredit UMKM, Perbankan Tetap Sehat dan Tumbuh

OJK Dorong Kredit UMKM, Perbankan Tetap Sehat dan Tumbuh
OJK Dorong Kredit UMKM, Perbankan Tetap Sehat dan Tumbuh

JAKARTA - Pertumbuhan kredit perbankan Indonesia mengalami perlambatan pada Juli 2025, tercatat sebesar 7,03 persen secara tahunan atau year on year (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang masih 7,77 persen. Total kredit yang disalurkan perbankan mencapai Rp 8.043,2 triliun. Meski perlambatan terjadi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan bahwa likuiditas, permodalan, dan kualitas kredit perbankan masih terjaga dengan baik, sambil mendorong akses pembiayaan bagi sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menjelaskan bahwa perlambatan pertumbuhan kredit terjadi di hampir seluruh segmen. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi mencatat pertumbuhan tertinggi yakni 12,42 persen, diikuti kredit konsumsi sebesar 8,11 persen, sedangkan kredit modal kerja hanya tumbuh 3,08 persen yoy.

Dari sisi kategori debitur, kredit korporasi tumbuh 9,59 persen, sementara kredit UMKM relatif stagnan dengan pertumbuhan 1,62 persen. Hal ini menunjukkan fokus perbankan dalam menjaga kualitas kredit UMKM tetap menjadi prioritas di tengah kondisi ekonomi saat ini.

Di sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tercatat Rp 9.294 triliun, tumbuh 7,70 persen yoy, meningkat dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh 6,96 persen yoy. Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di level 86,54 persen, relatif stabil dari bulan sebelumnya. Rasio alat likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD) tercatat 119,43 persen, naik tipis dari Juni 2025 di angka 118,78 persen, sementara rasio AL terhadap DPK berada di 27,08 persen. Liquidity Coverage Ratio (LCR) perbankan tercatat 205,26 persen, jauh di atas threshold minimum, menegaskan likuiditas industri perbankan tetap sehat.

Meski pertumbuhan kredit melambat, kualitas kredit perbankan tetap terjaga. Rasio Non Performing Loan (NPL) gross tercatat 2,28 persen, sedikit meningkat dari posisi Juni 2025 sebesar 2,22 persen. NPL net berada di 0,86 persen, naik tipis dari 0,84 persen pada bulan sebelumnya, sementara Loan at Risk (LaR) relatif stabil di 9,68 persen. Dian menekankan, pertumbuhan NPL tetap terkendali dan perbankan mampu menjaga risiko kredit dalam batas aman.

Ketahanan perbankan juga terlihat dari permodalan yang kuat. Capital Adequacy Ratio (CAR) berada di level 25,88 persen, meningkat dibanding bulan Juni 2025 yang tercatat 25,81 persen, menunjukkan bank-bank Indonesia memiliki modal yang memadai untuk menyerap risiko sekaligus mendukung ekspansi kredit di masa mendatang.

Di tengah perlambatan pertumbuhan kredit, OJK menekankan pentingnya dukungan bagi sektor UMKM. Dian Ediana Rae menyatakan bahwa OJK akan terus mendorong perbankan memberikan kemudahan akses pembiayaan untuk UMKM, termasuk melalui kebijakan dan skema khusus bagi debitur yang terdampak secara material dari situasi terkini. Langkah ini diharapkan dapat mendorong sektor UMKM tetap bertahan dan berkembang meski pertumbuhan kredit nasional melambat.

Selain itu, OJK juga mendorong bank-bank untuk memberikan relaksasi pembayaran pinjaman, termasuk restrukturisasi kredit bagi debitur yang memerlukan, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan perlindungan nasabah. Dengan dukungan ini, sektor UMKM dapat menjaga kelangsungan operasional, sekaligus membantu menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Meski pertumbuhan kredit melambat, sejumlah indikator menunjukkan perbankan tetap sehat. Rasio likuiditas yang tinggi, CAR yang solid, serta pengendalian NPL membuat bank mampu menyalurkan kredit secara berkelanjutan. Di sisi lain, perlambatan pertumbuhan kredit modal kerja dan stagnasi kredit UMKM menunjukkan adanya tantangan bagi ekspansi pembiayaan di sektor riil, terutama bagi usaha kecil yang terdampak dinamika ekonomi.

OJK menilai perlambatan kredit bukan berarti kinerja perbankan melemah. Sebaliknya, langkah ini menunjukkan kehati-hatian bank dalam menjaga kualitas aset dan mengurangi risiko kredit bermasalah. Dalam jangka panjang, strategi ini diharapkan mendorong pertumbuhan kredit yang lebih sehat dan berkelanjutan, terutama di sektor UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional.

Ke depan, OJK akan terus memantau pertumbuhan kredit dan likuiditas perbankan, serta mendorong bank untuk menyalurkan kredit dengan tetap menjaga kualitas aset. Fokus pada UMKM, relaksasi kredit, dan kebijakan khusus untuk debitur terdampak menjadi strategi utama untuk menjaga pertumbuhan ekonomi sekaligus melindungi stabilitas sektor keuangan.

Dengan langkah-langkah ini, meski kredit perbankan secara keseluruhan melambat, industri perbankan tetap mampu memberikan dukungan yang signifikan bagi masyarakat dan sektor riil, khususnya UMKM, yang membutuhkan akses pembiayaan untuk tetap bertahan dan berkembang di tengah dinamika ekonomi nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index