Pasar Tasikmadu Sepi, Pedagang Pakaian Berjuang Hadapi Ancaman Belanja Online

Rabu, 30 April 2025 | 23:47:50 WIB
Pasar Tasikmadu Sepi, Pedagang Pakaian Berjuang Hadapi Ancaman Belanja Online

JAKARTA - Pasar Tasikmadu, sebuah pasar tradisional yang telah menjadi bagian penting dari perekonomian lokal, kini menghadapi tantangan besar akibat perkembangan pesat e-commerce. Pedagang pakaian di pasar ini merasakan dampak signifikan dari pergeseran perilaku konsumen yang lebih memilih berbelanja secara daring. 

Penurunan Omzet dan Kehilangan Pelanggan

Susiana (58), seorang pedagang pakaian yang telah berjualan di Pasar Tasikmadu selama 20 tahun, mengungkapkan bahwa omzetnya menurun drastis sejak kemunculan e-commerce yang kini semakin populer. "Ya, beginilah saat ini, Mas, pasar sepi. Sejak adanya belanja online, omzet turun drastis," ujar Susiana saat ditemui di lapaknya. Menurutnya, dulu saat musim ikan, banyak pembeli datang ke pasar untuk membeli dagangannya. Namun, meskipun musim ikan tiba, kondisi pasar tetap sepi. "Dulu kalau musim ikan, orang ke pasar banyak. Sekarang, meskipun musim ikan, pasar tetap sepi. Kalau tidak musim, lebih sepi lagi," tambahnya.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Anif, pedagang pakaian lainnya di Pasar Tasikmadu. Anif menyatakan bahwa dagangannya mengalami penurunan yang signifikan sejak adanya belanja online. "Sepi, Mas, sejak ada online. Kalau ramai, itu jauh sekali dibanding dulu. Omzet turun drastis," ujarnya.

Biaya Operasional yang Membengkak

Tidak hanya omzet yang turun, Susiana juga mengatakan bahwa hasil yang didapatkan sering kali hanya cukup untuk menutupi biaya operasional. "Sering kali, hasil hanya cukup untuk menutupi operasional di pasar, seperti beli BBM dan bayar kuli. Suka dukanya jualan pasti ada pasang surutnya," terangnya.

Anif juga merasakan hal yang sama. "Omzet turun, tapi biaya operasional tetap. Kadang hasilnya tidak cukup untuk menutupi semua biaya," katanya.

Harapan untuk Kebijakan yang Mendukung

Para pedagang pakaian ini berharap agar pemerintah dapat bijak dalam menyikapi fenomena ini. Mereka berharap agar pasar tradisional dapat kembali ramai seperti dulu. "Harapannya, semoga pasar bisa ramai lagi, Mas. Semoga pemerintah bisa merangkul kami sebagai pedagang, memberikan arahan atau bimbingan agar bisa lebih maju lagi," tandas Susiana.

Anif juga berharap agar ada kebijakan yang mendukung keberlangsungan pasar tradisional. "Kami berharap ada kebijakan yang mendukung kami agar bisa bersaing dengan e-commerce," ujarnya. 

Dampak E-Commerce terhadap Pasar Tradisional

Perkembangan e-commerce telah mengubah cara masyarakat berbelanja. Kemudahan akses, pilihan produk yang beragam, dan transaksi yang praktis membuat e-commerce semakin populer. Namun, fenomena ini juga memberikan dampak signifikan terhadap peredaran uang di pasar tradisional. 

Penurunan volume transaksi di pasar tradisional menjadi salah satu dampak yang dirasakan. Kemajuan e-commerce menyebabkan banyak konsumen beralih dari pasar tradisional ke platform digital. Akibatnya, pasar tradisional mengalami penurunan volume transaksi. Uang yang sebelumnya beredar di pasar tradisional kini berpindah ke ekosistem digital. 

Selain itu, perubahan pola konsumsi juga memengaruhi pasar tradisional. Konsumen cenderung memilih belanja online karena harga yang kompetitif dan promo menarik. Hal ini mengurangi daya saing pedagang pasar tradisional, sehingga memengaruhi peredaran uang di sektor ini. 

Dampak lainnya adalah terhadap pendapatan pedagang. Banyak pedagang pasar tradisional melaporkan penurunan pendapatan akibat berkurangnya pelanggan. Pendapatan yang menurun berarti jumlah uang yang berputar di pasar tradisional juga berkurang. 

Peningkatan transaksi non-tunai juga menjadi fenomena yang tidak bisa dihindari. E-commerce mendorong penggunaan transaksi non-tunai seperti e-wallet dan transfer bank. Hal ini mengurangi peredaran uang tunai di pasar tradisional, yang umumnya masih mengandalkan pembayaran tunai. 

Peluang Transformasi Digital untuk Pasar Tradisional

Meskipun dampaknya signifikan, e-commerce juga membuka peluang bagi pedagang pasar tradisional untuk merambah dunia digital. Dengan memanfaatkan platform e-commerce, pedagang dapat memperluas jangkauan pasar mereka dan meningkatkan volume transaksi. 

Sebagai contoh, Pasar Cikurubuk di Tasikmalaya telah berhasil meningkatkan penjualan hingga empat kali lipat setelah bergabung dengan platform e-commerce seperti Tokopedia. Digitalisasi pasar ini dilakukan dengan menggandeng Koperasi Pemasaran Pedagang Pasar Cikurubuk (KP3C) untuk sosialisasi. Para pedagang diajarkan untuk menggunakan fitur-fitur promosi yang disediakan oleh platform e-commerce, seperti pemasaran lewat TopAds, pemberian ongkos kirim gratis, dan mengikuti kampanye untuk pengguna baru. 

Penerapan teknologi untuk penjualan daring juga dirasakan di pasar lainnya di Jawa Barat, seperti Pasar Sehat Sabilulungan Cicalengka. Pedagang di pasar ini mengalami kebangkitan usai sempat lesu penjualannya akibat pandemi. Dengan berkolaborasi bersama platform e-commerce, mereka berhasil meningkatkan jumlah pesanan hingga lebih dari dua kali lipat. 

Terkini