Rusia Siap Bantu Indonesia Kembangkan Energi Nuklir, Prabowo Bawa Harapan Baru

Jumat, 27 Juni 2025 | 10:56:53 WIB
Rusia Siap Bantu Indonesia Kembangkan Energi Nuklir, Prabowo Bawa Harapan Baru

JAKARTA - Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, melakukan kunjungan resmi ke Rusia yang menandai langkah penting dalam mempererat hubungan bilateral, khususnya di sektor strategis seperti energi. Dalam pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, disepakati bahwa Rusia siap memberikan dukungan penuh untuk pengembangan energi nuklir di Indonesia, sebagai bagian dari solusi jangka panjang untuk ketahanan energi nasional.

Pertemuan bilateral yang berlangsung pada akhir pekan lalu itu menggarisbawahi pentingnya kolaborasi teknologi tinggi, termasuk energi nuklir untuk tujuan damai. Kunjungan ini bukan hanya simbol diplomatik, tetapi menjadi awal dari peluang kerja sama konkret yang membuka babak baru dalam pengelolaan sumber daya energi di Indonesia.

"Kami terbuka untuk kerja sama dengan mitra Indonesia di bidang nuklir. Kami juga berkeinginan untuk merealisasikan proyek nuklir di bidang damai," ujar Presiden Vladimir Putin.

Nuklir untuk Masa Depan Energi Nasional
Pengembangan energi nuklir di Indonesia telah menjadi wacana selama puluhan tahun, namun baru sekarang tampaknya menemukan momentumnya. Dengan kebutuhan energi yang terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi, dan tekanan global untuk mengurangi emisi karbon, energi nuklir kini dipandang sebagai alternatif yang realistis dan bersih.

Rusia, melalui perusahaan nuklir milik negara, Rosatom, telah dikenal luas sebagai salah satu pemimpin dalam teknologi nuklir sipil. Mereka telah mengekspor teknologi nuklir ke sejumlah negara seperti India, Turki, Bangladesh, dan Mesir. Kini, Indonesia masuk dalam radar ekspansi teknologi damai nuklir Rusia.

Presiden Prabowo menyambut baik dukungan Rusia dan menegaskan bahwa Indonesia membuka diri untuk kerja sama strategis dalam teknologi nuklir. Ia menyampaikan bahwa pengembangan energi atom di Indonesia tidak hanya akan difokuskan pada pembangkit listrik, tetapi juga aplikasi lain seperti kedokteran, pertanian, dan industri.

“Kami sangat menghargai komitmen Rusia. Indonesia sedang mencari mitra strategis yang bisa membantu kami membangun fondasi energi yang kuat dan berkelanjutan. Teknologi nuklir bisa menjadi solusi jangka panjang,” kata Prabowo kepada wartawan usai pertemuan bilateral.

Langkah Awal Menuju Energi Nuklir
Meskipun Indonesia belum memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), beberapa kajian dan studi kelayakan telah dilakukan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Salah satu proyek yang tengah dikaji adalah pembangunan PLTN skala kecil berbasis reaktor modular (SMR), yang lebih aman dan fleksibel dari sisi infrastruktur.

Dalam konteks ini, Rusia dikenal sebagai salah satu negara yang unggul dalam pengembangan teknologi SMR. Kolaborasi dengan Rusia bisa menjadi jalan pintas untuk mengejar ketertinggalan teknologi tanpa harus membangun infrastruktur raksasa yang membutuhkan biaya besar dan waktu lama.

“Energi nuklir tidak hanya efisien dalam jangka panjang, tapi juga memungkinkan diversifikasi sumber energi kita. Kami harus memanfaatkan peluang ini,” ujar salah satu pejabat senior ESDM yang tidak disebutkan namanya.

Komitmen Pada Prinsip Damai dan Keamanan
Salah satu kekhawatiran utama publik dalam pengembangan energi nuklir adalah aspek keamanan dan dampak lingkungan. Namun Rusia menegaskan bahwa kerja sama ini sepenuhnya berfokus pada penggunaan teknologi nuklir untuk tujuan damai.

Presiden Putin dalam keterangannya menegaskan bahwa semua dukungan yang diberikan akan sesuai dengan standar keamanan internasional dan prinsip non-proliferasi nuklir.

“Kami tidak hanya bicara tentang transfer teknologi, tetapi juga pelatihan, pengawasan, dan transfer pengetahuan agar Indonesia bisa mandiri di masa depan,” ujar Putin.

Dampak Positif Bagi Pembangunan dan Ketahanan Energi
Energi nuklir berpotensi menjadi solusi atas tantangan energi nasional yang selama ini masih sangat tergantung pada energi fosil, terutama batu bara dan gas alam. Pemerintah menargetkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) mencapai 23 persen pada tahun 2025. Namun realisasinya masih di bawah 13 persen saat ini.

Dengan tambahan teknologi nuklir, Indonesia dapat mempercepat transisi energi, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar dan energi konvensional lainnya.

Bahkan, beberapa pakar energi menyebut bahwa dengan masuknya energi nuklir dalam peta energi nasional, Indonesia bisa menjadi salah satu pemain penting dalam pemenuhan energi berkelanjutan di Asia Tenggara.

“Kolaborasi dengan Rusia harus dipandang sebagai momentum. Jika bisa dimaksimalkan, kita akan mampu memenuhi kebutuhan energi domestik sekaligus mengekspor teknologi di masa depan,” ujar pengamat energi, Andang Bachtiar.

Tantangan: Regulasi dan Kesiapan Infrastruktur
Meskipun peluang kerja sama nuklir terbuka lebar, sejumlah tantangan tetap harus dihadapi Indonesia. Salah satunya adalah regulasi yang belum sepenuhnya mengakomodasi pembangunan PLTN. Selain itu, infrastruktur pendukung dan kesiapan sumber daya manusia juga menjadi pekerjaan rumah besar.

Indonesia juga harus memastikan bahwa pengembangan energi nuklir tidak menimbulkan konflik sosial, terutama jika lokasi PLTN berada di wilayah dengan resistensi masyarakat tinggi.

Namun dengan pendekatan diplomatis, transparansi, dan edukasi publik yang konsisten, berbagai tantangan ini dapat diatasi. Pemerintah diminta aktif melibatkan berbagai pihak dalam proses perencanaan dan pelaksanaan proyek energi nuklir ke depan.

Terkini