10 Akibat Kekurangan Air Minum yang Berbahaya bagi Kesehatan

Kamis, 03 Juli 2025 | 15:27:00 WIB
akibat kekurangan air minum

JAKARTA - Akibat kekurangan air minum, tubuh bisa mengalami gangguan serius yang menghambat berbagai fungsi penting. 

Air memiliki peran krusial dalam menjaga kinerja otak, membantu kerja organ-organ tubuh, serta mendukung sistem metabolisme agar tetap optimal. 

Untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi, salah satu cara terbaik adalah dengan rutin mengonsumsi air mineral. 

Meskipun begitu, kebutuhan cairan tiap individu bisa berbeda, tergantung berat badan, kondisi kesehatan, suhu lingkungan, serta aktivitas sehari-hari. 

Jika tubuh tidak mendapatkan asupan cairan yang cukup, risiko dehidrasi pun meningkat dan bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Nah, agar lebih paham, mari simak apa saja bahaya yang bisa muncul akibat kekurangan air minum.

Pengertian Air

Air memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan manusia dan tidak dapat tergantikan oleh zat lain. 

Manusia tidak akan mampu bertahan hidup lebih dari beberapa hari tanpa asupan air, karena sebagian besar komposisi tubuh terdiri dari unsur ini. 

Kegunaan air sangat beragam, mulai dari kegiatan rumah tangga seperti memasak, mandi, dan membersihkan, hingga keperluan dalam sektor industri, termasuk pemadaman kebakaran, pariwisata, pertanian, dan perkebunan. 

Air dapat berada dalam tiga bentuk, yakni padat, cair, dan gas. Secara kimia, air dikenal dengan rumus H₂O, yang terdiri atas dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. Karakteristik air adalah tidak memiliki warna, bau, maupun rasa. 

Meskipun secara geologis air tergolong sumber daya yang melimpah, hanya sebagian kecil yang bisa langsung digunakan oleh manusia. 

Pertumbuhan populasi yang pesat menyebabkan ketersediaan air bersih semakin menipis, sementara kebutuhan terhadapnya terus meningkat dari waktu ke waktu.

Sumber-sumber Air

Air memiliki beragam sumber yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, dan secara umum terbagi menjadi tiga kategori berdasarkan asalnya, yaitu air yang berasal dari atmosfer, air yang berada di permukaan bumi, serta air yang tersimpan di dalam tanah. 

Berikut ini penjelasan mengenai ketiga jenis sumber air tersebut:

Air dari Atmosfer (Air Hujan)

Air dari atmosfer, yang lebih dikenal sebagai air hujan, merupakan salah satu sumber utama yang menopang keberadaan air di bumi. 

Walaupun air hujan secara alami tergolong murni pada awalnya, kini kualitasnya telah banyak mengalami penurunan akibat tercemar oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas-gas seperti karbon dioksida dan nitrogen yang ada di udara.

Air Permukaan

Jenis ini mencakup air yang berada di atas permukaan tanah seperti sungai, danau, telaga, waduk, air terjun, dan sumur. Air permukaan terbentuk dari curahan hujan yang mengalir atau menggenang di permukaan bumi. 

Namun, sumber air ini sangat rentan terhadap pencemaran akibat aktivitas manusia, keberadaan hewan, tumbuhan, serta zat-zat asing lainnya di lingkungan sekitar.

Air Tanah

Air tanah merupakan air yang berasal dari curah hujan yang telah meresap ke dalam lapisan tanah dan tersimpan di bawah permukaan bumi. 

Sumber ini cenderung lebih aman karena biasanya terlindungi dari kontaminasi langsung dan mengandung lebih sedikit mikroorganisme berbahaya, sehingga tidak selalu memerlukan proses penyaringan atau pemurnian. 

Berdasarkan kedalamannya, air tanah terbagi menjadi tiga kategori: air tanah dangkal, air tanah dalam, dan mata air alami.

Sejarah Air Mineral

Air mineral di Indonesia pertama kali dikenalkan oleh Hendrik Freerk Tillema, seorang warga Belanda kelahiran tahun 1870. 

Pada awal 1910-an, Tillema memulai usahanya memperkenalkan air minum dalam kemasan yang dinamai Hygiea kepada masyarakat Hindia Belanda di Semarang. 

Air tersebut berasal dari sumber alami di daerah pegunungan Jawa Timur. Upaya promosi Tillema saat itu tergolong tidak biasa—ia memanfaatkan balon gas sebagai sarana iklan. 

Meskipun inovatif, produk ini kurang diminati karena harga jualnya yang cukup tinggi dan tidak terjangkau oleh masyarakat lokal pada waktu itu.

Bertahun-tahun setelahnya, pada 23 Februari 1973, Tirto Utomo—yang juga dikenal dengan nama Tionghoanya, Kwa Sien Biauw—mendirikan PT Golden Mississippi dan meluncurkan produk air mineral dalam kemasan bermerek Aqua. 

Meski awal peluncurannya diwarnai keraguan dari masyarakat, Tirto tetap gigih memproduksi air minum higienis yang layak konsumsi. 

Ia membayangkan sebuah produk air mineral yang bebas dari warna, bau, gula, serta bahan pengawet, dan dikemas dalam botol kaca.

Seiring meningkatnya kesadaran akan kesehatan akibat pencemaran air tanah, masyarakat mulai menerima keberadaan air kemasan.

Aqua sendiri menjamin kualitasnya melalui proses ultraviolet dan ozonisasi untuk memastikan air terbebas dari zat berbahaya. Sumber airnya yang berasal dari pegunungan turut mendukung kemurnian produk tersebut.

Untuk menunjukkan komitmennya terhadap kualitas dan kebersihan, Tirto pun menerapkan standar hidup bersih kepada seluruh karyawannya—baik di lingkungan kantor maupun di rumah masing-masing. 

Ia bahkan melarang keras kebiasaan membuang puntung rokok sembarangan, sekecil apa pun, karena menurutnya kebersihan adalah cerminan dari produk yang mereka hasilkan.

Syarat Air Mineral

Berikut adalah sejumlah kriteria dan tahapan yang menentukan apakah air aman untuk diminum, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010:

  • Harus terbebas dari keberadaan bakteri E.Coli serta kelompok bakteri koliform.
  • Tidak memiliki rasa yang mengganggu atau mencolok.
  • Tidak mengandung zat kimia beracun, dengan tingkat keasaman (pH) yang berada dalam kisaran 6,5 hingga 8,5.
  • Tidak berbau, tidak memiliki rasa, total zat terlarut (TDS) tidak melebihi 500 mg/l, tingkat kejernihan warna maksimal 15 TCU, dan memiliki suhu sekitar 3°C.
  • Tidak mengandung senyawa kimia organik maupun anorganik yang berbahaya, serta harus bebas dari kontaminasi pestisida maupun sisa-sisa disinfektan.

Selain itu, kadar aktivitas radioaktif dalam air juga dibatasi, yakni Gross Alpha Activity tidak boleh melebihi 0,1 Bq/l, dan Gross Beta Activity maksimal 1 Bq/l.

Akibat Kekurangan Air Minum

Masih banyak orang yang lebih memilih minuman manis dan berwarna daripada rutin mengonsumsi air mineral. Padahal, kebiasaan ini bisa menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan tubuh. 

Salah satu risiko yang bisa terjadi akibat kekurangan air minum adalah terganggunya fungsi organ tubuh dan menurunnya daya tahan tubuh secara keseluruhan. Berikut ini risiko lainnya:

Rasa kering pada mulut

Ketika seseorang merasakan bibir terasa kering dan tidak nyaman, hal tersebut bisa menjadi pertanda tubuh sedang mengalami kekurangan cairan. 

Asupan air yang minim menyebabkan kelenjar penghasil air liur tidak memiliki cukup cairan untuk bekerja secara optimal. 

Jika dibiarkan terlalu lama, kondisi ini dapat berkembang menjadi gangguan yang lebih serius seperti sensasi terbakar di area mulut hingga napas yang berbau tidak sedap. Karena itu, penting untuk menjaga kecukupan konsumsi air mineral setiap hari.

Kulit mengalami kekeringan

Tak hanya berdampak pada area mulut, tubuh yang kekurangan air juga akan menunjukkan gejala pada permukaan kulit. Kulit akan kehilangan kelembapan alaminya, yang dikenal dengan istilah kulit kering atau mengelupas. 

Rendahnya jumlah cairan di dalam tubuh membuat produksi keringat ikut menurun, sehingga elastisitas kulit pun berkurang. Gejala yang muncul bisa berupa kulit yang tampak kusam, munculnya garis-garis halus, hingga kulit terasa kendur.

Penurunan tekanan darah

Dehidrasi akibat kurangnya asupan cairan dapat menyebabkan volume darah yang mengalir dalam tubuh ikut menurun, termasuk kadar protein di dalamnya. Ketika hal ini terjadi, tekanan darah akan turun secara signifikan. 

Kondisi tersebut bisa membahayakan kesehatan jika tidak segera ditangani dengan meningkatkan konsumsi air putih secara teratur.

Urine tampak lebih pekat

Ketika tubuh mengalami kekurangan cairan, ginjal akan bekerja dengan menahan air agar organ tetap dapat berfungsi dengan baik. Akibatnya, frekuensi buang air kecil menjadi berkurang. 

Namun, saat buang air terjadi, warna urine cenderung lebih gelap dari biasanya dan memiliki aroma yang menyengat. 

Kekurangan cairan dalam jangka waktu lama juga meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran kemih, karena tubuh tidak memiliki cukup air untuk membuang zat sisa dan bakteri yang menumpuk dalam sistem ekskresi.

Gangguan buang air besar

Minimnya konsumsi air putih juga berdampak buruk terhadap saluran pencernaan. Air berperan penting dalam menjaga pergerakan usus tetap lancar. 

Ketika asupan cairan harian tidak tercukupi, proses pencernaan melambat dan membuat seseorang lebih rentan mengalami sembelit, yaitu kondisi di mana sulit untuk buang air besar secara teratur dan lancar.

Konsentrasi menurun, sulit berpikir, dan sakit kepala

Banyak yang belum menyadari bahwa sekitar 80 persen struktur otak manusia tersusun dari air. 

Karena itu, otak sangat membutuhkan cairan agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Jika tubuh tidak mendapatkan asupan air yang memadai, fungsi otak akan terganggu. 

Dampaknya bisa berupa kesulitan berkonsentrasi, mudah mengantuk, lambat dalam berpikir, penurunan daya ingat, bahkan bisa memicu sakit kepala hebat apabila dibiarkan terlalu lama.

Tubuh terasa lemas meski sudah cukup istirahat

Rasa lelah yang terus muncul meskipun seseorang telah mendapatkan waktu tidur yang cukup bisa menjadi sinyal bahwa tubuh mengalami kekurangan cairan. 

Kurangnya air dalam tubuh membuat metabolisme melambat dan menyebabkan tubuh terasa lemah. Jika mengalami kelelahan yang tak kunjung hilang, ada baiknya meninjau kembali seberapa banyak air yang telah dikonsumsi sepanjang hari.

Otot terasa kram saat beraktivitas

Ketika seseorang melakukan aktivitas fisik seperti olahraga namun tubuh tidak mendapat asupan cairan yang cukup, hal ini dapat memicu terjadinya kram otot. 

Saat tubuh mengeluarkan keringat, jumlah plasma dalam darah akan berkurang, begitu pula dengan kadar elektrolit penting seperti natrium dan kalium. 

Jika kehilangan cairan ini tidak segera digantikan dengan konsumsi air yang memadai, maka otot menjadi lebih rentan mengalami kontraksi mendadak yang menyakitkan.

Risiko terkena batu ginjal meningkat

Kondisi tubuh yang tidak mendapatkan cukup cairan dapat memicu munculnya penyakit seperti batu ginjal maupun infeksi pada saluran kemih. 

Kurangnya air dalam tubuh membuat sistem ekskresi sulit untuk membuang bakteri dari saluran kemih, yang akhirnya menumpuk dan menimbulkan infeksi. 

Selain itu, air yang cukup juga membantu melarutkan zat-zat mineral yang bisa menjadi kristal dan mengendap di ginjal. Oleh karena itu, minum air dalam jumlah yang cukup sangat penting untuk mencegah terbentuknya batu ginjal.

Kemungkinan terserang stroke menjadi lebih besar

Kebiasaan tidak menjaga asupan cairan tubuh dalam jangka panjang bisa berkontribusi terhadap meningkatnya risiko terkena stroke. 

Selain itu, kondisi dehidrasi yang berlangsung saat seseorang sudah mengalami stroke dapat menghambat proses pemulihan. 

Tanda-tanda awal kekurangan cairan seperti warna urine yang pekat, tubuh yang terasa lemah, dan kesulitan dalam berkonsentrasi perlu segera direspons dengan memperbaiki pola konsumsi air harian agar terhindar dari gangguan kesehatan yang lebih serius.

Sebagai penutup, berbagai gangguan kesehatan bisa muncul akibat kekurangan air minum, jadi pastikan kebutuhan cairan tubuhmu tercukupi setiap hari untuk tetap sehat.

Terkini

10 Wisata Terbaik di Trenggalek untuk Liburan Singkat

Selasa, 22 Juli 2025 | 15:21:18 WIB

Penerbangan Langsung Lombok–Labuan Bajo Diresmikan

Selasa, 22 Juli 2025 | 15:24:20 WIB

Pemutihan Pajak Kendaraan di Jatim

Selasa, 22 Juli 2025 | 15:27:44 WIB

Poirier Pensiun dari UFC, Makhachev Beri Tribut

Selasa, 22 Juli 2025 | 15:30:48 WIB