UFC

Poirier Pensiun dari UFC, Makhachev Beri Tribut

Poirier Pensiun dari UFC, Makhachev Beri Tribut
Poirier Pensiun dari UFC, Makhachev Beri Tribut

JAKARTA - Dunia seni bela diri campuran (MMA) tidak hanya bicara soal kemenangan dan kekalahan, tetapi juga tentang respek dan perjuangan tanpa henti. Sosok Dustin Poirier, meski tidak pernah meraih gelar juara sejati di UFC, meninggalkan arena dengan kepala tegak dan dihormati oleh sesama petarung, termasuk Islam Makhachev, yang tidak segan memberikan pujian hangat pasca pengumuman pensiun Poirier dari dunia pertarungan profesional.

Islam Makhachev, juara bertahan di divisi ringan UFC, tidak hanya dikenal sebagai petarung tangguh dari Dagestan, tetapi juga sebagai sosok yang menjunjung tinggi sportivitas. Melalui akun media sosial X, Makhachev menyampaikan ucapan selamat kepada Poirier, mengiringinya dengan kata-kata yang menyentuh hati dan mengunggah foto saat keduanya bertarung tahun lalu.

"Selamat, Dustin. Anda benar-benar salah satu [petarung] terbaik yang pernah naik arena. Sungguh sebuah kebanggaan dan keistimewaan bisa berbagi arena dengan anda," tulis Makhachev di X, memperlihatkan betapa besar penghormatan yang diberikan untuk Poirier, yang kini memutuskan mengakhiri kiprahnya di UFC.

Pertarungan terakhir Poirier terjadi di ajang UFC 318. Ia harus mengakui keunggulan Max Holloway, rival lamanya, dalam pertarungan lima ronde yang berakhir dengan kekalahan angka mutlak. Kekalahan itu sekaligus menjadi penutup perjalanan panjang Poirier di UFC, sebuah perjalanan yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade.

Petarung berjuluk "The Diamond" itu memang tidak pernah menggenggam sabuk juara utama UFC. Namun, keberanian dan kualitasnya di dalam oktagon tak pernah diragukan. Selama 15 tahun kariernya, Poirier telah membukukan rekor 30 kemenangan, 10 kekalahan, dan 0 hasil imbang. Dari kemenangan tersebut, 15 di antaranya didapat melalui KO, menunjukkan gaya bertarungnya yang agresif dan tak kenal mundur.

Sebaliknya, dari sisi kekalahan, hanya tiga kali ia ditumbangkan lewat KO. Angka ini mencerminkan daya tahan dan ketangguhan fisik Poirier yang sangat dihormati oleh lawan-lawannya. Bahkan, dalam kekalahan terakhirnya dari Holloway, ia tetap menunjukkan kelas dan sportivitas yang tinggi.

Dustin Poirier bukan hanya dikenal karena catatan statistiknya. Namanya identik dengan deretan pertarungan epik melawan bintang-bintang top UFC. Ia pernah menjajal kekuatan Khabib Nurmagomedov, legenda tak terkalahkan dari Dagestan. Ia juga dua kali mengalahkan Conor McGregor, salah satu petarung paling populer di dunia, dalam pertarungan yang penuh tensi dan sorotan publik global.

Tak hanya itu, Poirier juga pernah berduel dengan Justin Gaethje dan Islam Makhachev, dua nama besar di dunia MMA yang dikenal karena gaya bertarung keras dan teknikal. Dalam semua pertarungan tersebut, Poirier selalu tampil dengan semangat juang tinggi, menjadikan dirinya sebagai salah satu petarung paling disegani di divisinya.

Pertemuan terakhirnya dengan Max Holloway di UFC 318 sebenarnya bukan pertemuan perdana antara keduanya. Sebelumnya, mereka sudah dua kali saling berhadapan. Yang pertama terjadi di ajang UFC 143 pada Februari 2012, di mana Poirier menang lewat kuncian triangle arm bar. Pertarungan kedua terjadi pada malam UFC 236 di bulan April 2019, di mana Poirier kembali keluar sebagai pemenang melalui keputusan angka mutlak.

Namun, di pertemuan ketiga ini, nasib berkata lain. Holloway tampil dominan dan berhasil menuntaskan misi balas dendamnya, sekaligus memberikan akhir cerita yang berbeda bagi perjalanan Poirier di dalam oktagon. Meski demikian, hasil ini tidak sedikit pun mengurangi hormat dari komunitas UFC terhadap Poirier.

Reaksi dari rekan-rekan seprofesi pun mengalir deras. Islam Makhachev menjadi salah satu suara yang paling vokal dalam menyampaikan penghargaan terhadap karier Poirier. Ia tak hanya mengunggah foto, tetapi juga mengingatkan publik bahwa Poirier adalah salah satu yang terbaik dalam sejarah UFC. Sebuah pengakuan tulus dari rival yang pernah berbagi darah dan keringat di arena pertarungan.

Keputusan Poirier untuk pensiun tentu tidak mudah. Namun, ia meninggalkan jejak yang mendalam di UFC dan menjadi contoh bagi banyak petarung muda. Kariernya menjadi bukti bahwa nilai sejati dari seorang atlet tidak hanya diukur dari sabuk juara, melainkan juga dari konsistensi, keberanian, dan bagaimana ia memperlakukan lawan dan profesi yang ia jalani.

Sebagai penutup, kata-kata Makhachev seolah menjadi representasi dari penghargaan komunitas MMA terhadap Poirier. Meski tak pernah menggenggam gelar tertinggi, Poirier telah mengukir warisan sebagai petarung sejati yang selalu tampil tanpa rasa takut dan penuh determinasi.

Meninggalkan dunia UFC tanpa trofi bukanlah akhir dari segalanya. Bagi Dustin Poirier, kebanggaan terbesar adalah bisa menjadi bagian dari sejarah, dihormati oleh lawan, dan dicintai oleh penggemar. Itulah makna sejati dari seorang juara di hati banyak orang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index