JAKARTA - Banyak orang dengan kulit wajah berminyak kerap merasa bingung dan was-was saat memilih produk perawatan kulit, terutama pelembap. Ada anggapan yang berkembang luas di masyarakat bahwa kulit berminyak tidak perlu memakai pelembap karena dikhawatirkan akan memperparah minyak berlebih atau bahkan menyebabkan jerawat. Namun, pandangan ini sebenarnya salah dan justru bisa berakibat buruk jika diikuti tanpa pengetahuan yang tepat. Dermatologis lulusan Universitas Indonesia, dr. Riris Asti Respati Sp.DVE, menegaskan bahwa kulit berminyak tetap membutuhkan pelembap sebagai bagian dari perawatan rutin yang tepat.
Menurut dr. Riris, pemahaman bahwa kulit berminyak tidak boleh menggunakan pelembap adalah sebuah kesalahpahaman yang harus diluruskan. “Jadi tetap memang harus pakai pelembap,” tegasnya dalam sebuah diskusi yang digelar di Jakarta. Penolakan terhadap penggunaan pelembap sering muncul karena kekhawatiran bahwa pelembap akan membuat kulit semakin berminyak atau berpotensi menimbulkan jerawat. Namun, dokter Riris mengingatkan agar kita tidak langsung mengambil kesimpulan tanpa mencoba dulu jenis pelembap yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan kulit masing-masing individu.
Menariknya, dr. Riris menjelaskan bahwa produksi minyak berlebih pada kulit wajah bisa jadi merupakan sebuah kompensasi dari kulit yang sesungguhnya mengalami kekeringan. Saat kulit kehilangan kelembapan alami, kelenjar minyak akan bekerja lebih aktif untuk mengembalikan keseimbangan, sehingga wajah tampak lebih berminyak dari seharusnya. “Karena kulit berminyak pun sebenarnya bisa saja sebuah kompensasi dari kulit yang sangat kering. Jadi karena kering, kulitnya malah menghasilkan minyak berlebih,” paparnya. Oleh sebab itu, penggunaan pelembap yang tepat justru sangat penting untuk membantu menjaga kelembapan kulit agar tetap seimbang dan tidak memicu produksi minyak berlebihan.
Dalam menjalani perawatan kulit, target utama adalah menjaga kondisi kulit agar tetap stabil dan sehat. Kulit yang sehat bukan berarti tanpa minyak sama sekali, melainkan memiliki kadar minyak dan kelembapan yang seimbang sehingga tidak kering dan juga tidak berminyak secara berlebihan. Dengan menjaga keseimbangan ini, berbagai masalah kulit dapat dicegah dan kondisi kulit akan terlihat lebih segar dan cerah.
Selain menjelaskan tentang penggunaan pelembap, dr. Riris juga menyoroti mitos lain yang beredar luas di masyarakat, yakni soal ketergantungan kulit terhadap krim atau produk skincare tertentu, terutama krim dokter. Banyak orang takut jika menggunakan krim dokter akan membuat kulit menjadi “ketergantungan” sehingga ketika berhenti pakai, kulit menjadi bermasalah atau rusak. Menurut dr. Riris, pandangan ini tidak benar. “Sebenarnya ini salah kaprah, jadi sebenarnya kalau ada orang yang bilang pakai krim itu bikin ketergantungan. Sebenarnya konsepnya tuh adalah kulit itu harus dijaga,” jelasnya.
Pemakaian skincare, termasuk krim dokter, bertujuan untuk merawat dan menjaga kesehatan kulit agar tetap dalam kondisi terbaik. Sama seperti kita menjaga kebersihan tubuh dengan mandi setiap hari, perawatan kulit juga perlu dilakukan secara rutin dan konsisten agar kulit tetap terlindungi dari faktor eksternal yang merusak seperti polusi, sinar matahari, dan stres lingkungan. Dalam konteks ini, penggunaan skincare adalah upaya preventif dan pemeliharaan, bukan sesuatu yang menyebabkan ketergantungan.
Masalah kulit yang kerap dialami oleh banyak orang Indonesia dan menjadi perhatian utama adalah munculnya flek hitam atau dark spot serta kerutan halus. Kondisi ini sangat umum terjadi dan sering menjadi alasan utama seseorang ingin melakukan perawatan kulit lebih intensif. Dr. Riris menyebutkan bahwa dark spot dan kerutan adalah masalah yang paling sering ditemui, sehingga perawatan yang tepat sangat diperlukan untuk mengatasi dan mencegahnya.
Untuk mengelola berbagai masalah kulit tersebut, dr. Riris menyarankan penerapan konsep skincare yang sederhana dan efektif, yaitu menggunakan pendekatan one-on-one sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Rutinitas skincare dasar ini mencakup penggunaan produk pembersih wajah (cleanser) yang bisa berupa sabun atau micellar water, pelembap yang cocok dengan jenis kulit, serta tabir surya (sunscreen) untuk melindungi kulit dari efek buruk sinar ultraviolet. Kombinasi produk ini sudah cukup menjadi fondasi utama dalam menjaga kesehatan kulit secara menyeluruh.
Menariknya, dr. Riris mengibaratkan skincare seperti kebiasaan mandi sehari-hari yang sudah menjadi rutinitas penting dan tidak bisa diabaikan. “Skincare itu tuh lebih kayak untuk maintenance kulit. Targetnya bukan kayak nanti bisa kulitnya bagus tanpa pakai apa-apa. Jadi memang minimal banget itu pakainya. Bukan berarti bisa lepas terus jadi bagus gitu, enggak,” ujarnya. Pernyataan ini menegaskan bahwa perawatan kulit bukanlah sesuatu yang instan atau sekali pakai lalu selesai, melainkan sebuah proses berkelanjutan yang harus dijalani secara konsisten agar hasilnya optimal.
Kunci utama dari perawatan kulit, terutama bagi mereka dengan kulit berminyak, adalah pemilihan produk yang sesuai dan pemakaian yang benar. Pelembap yang ringan dan non-komedogenik (tidak menyumbat pori) biasanya lebih cocok untuk kulit berminyak. Dengan pemakaian yang tepat, pelembap tidak akan membuat kulit jadi lebih berminyak, melainkan membantu menjaga keseimbangan kelembapan sehingga produksi minyak berlebih dapat dikurangi.
Pada akhirnya, menghilangkan stigma dan mitos yang salah mengenai kulit berminyak dan pelembap sangat penting agar setiap orang dapat merawat kulitnya dengan cara yang benar dan efektif. Kulit berminyak bukanlah alasan untuk menghindari pelembap, justru pemakaian pelembap yang tepat dapat menjadi solusi untuk mengendalikan minyak dan menjaga kulit tetap sehat.
Jadi, bagi kamu yang memiliki kulit berminyak dan masih ragu menggunakan pelembap, kini saatnya untuk mengubah pandangan tersebut. Mulailah mencari pelembap yang cocok dan gunakan secara rutin sebagai bagian dari perawatan kulit harian. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan kulit yang lebih seimbang, terawat, dan tentunya lebih sehat dalam jangka panjang.