Penyeberangan Gilimanuk Ketapang Terganggu Cuaca Buruk

Kamis, 31 Juli 2025 | 08:04:20 WIB
Penyeberangan Gilimanuk Ketapang Terganggu Cuaca Buruk

JAKARTA - Situasi lalu lintas di kawasan Pelabuhan Gilimanuk kembali menjadi perhatian, seiring belum stabilnya kondisi cuaca yang berdampak langsung pada operasional penyeberangan menuju Pelabuhan Ketapang. Dalam beberapa hari terakhir, gelombang tinggi dan angin kencang memaksa pihak pelabuhan menerapkan sistem buka-tutup penyeberangan demi menjamin keselamatan pelayaran.

Rabu dini hari, 30 Juli 2025 jadwal penyeberangan kembali terganggu. Layanan sempat ditutup sekitar pukul 00.17 WITA karena kondisi cuaca yang kembali memburuk. Penyeberangan baru dibuka kembali pada pukul 01.30 WITA saat cuaca mulai dinilai aman untuk pelayaran.

Kondisi tersebut menambah panjang antrean kendaraan yang sudah terjadi sejak hari sebelumnya. Kendaraan yang hendak menyeberang dari Gilimanuk ke Ketapang tampak menumpuk, bahkan hingga mengular di sepanjang jalur utama menuju pelabuhan. Sejumlah kendaraan besar seperti truk logistik tampak mendominasi antrean panjang tersebut.

Dhimas, petugas dari Syahbandar Gilimanuk, mengonfirmasi bahwa keputusan penghentian sementara penyeberangan dilakukan karena alasan keselamatan. "Penundaan keberangkatan kapal karena angin dan gelombang di tengah laut tidak kondusif," jelasnya.

Gangguan penyeberangan ini bukan yang pertama dalam pekan ini. Pada Selasa, 29 Juli 2025, penyeberangan sempat dua kali dihentikan sebelum akhirnya kembali ditutup pada Rabu dini hari. Situasi ini menyebabkan akumulasi kendaraan yang belum sempat diseberangkan sejak penundaan sebelumnya.

Pada Rabu siang, 30 Juli 2025, antrean kendaraan di jalur Denpasar–Gilimanuk masih terlihat padat. Ekor antrean mencapai Masjid Mubarok Gilimanuk, dengan dominasi kendaraan angkutan barang berukuran besar seperti truk dan kontainer. Situasi ini menambah tekanan di kawasan pelabuhan dan jalan nasional yang menjadi akses utama Bali bagian barat.

Komandan Pos Angkatan Laut Gilimanuk, Letda Laut (P) Bayu Primanto, menyampaikan bahwa kondisi antrean kendaraan ini terjadi akibat cuaca ekstrem yang memaksa otoritas pelabuhan untuk menutup operasional penyeberangan secara berkala. “Dalam dua hari terakhir ini, sudah tiga kali terjadi penundaan penyeberangan hingga sejam lebih,” terangnya.

Letda Bayu menambahkan bahwa sejumlah upaya telah dilakukan untuk mengurai kepadatan lalu lintas. Pihaknya bersama kepolisian dan instansi terkait berkoordinasi untuk mempercepat kelancaran arus kendaraan. Namun, dengan terus berubahnya cuaca di perairan selat Bali, kepastian waktu penyeberangan sulit untuk diprediksi.

Sistem buka-tutup ini tidak hanya diterapkan di Pelabuhan Gilimanuk. Cuaca buruk juga berdampak pada jalur laut lainnya, seperti penyeberangan fast boat di Pelabuhan Padangbai. Situasi serupa terjadi, di mana otoritas pelabuhan setempat juga menerapkan pembatasan keberangkatan kapal demi menghindari risiko keselamatan akibat angin kencang dan gelombang tinggi.

Dalam konteks keselamatan pelayaran, keputusan penundaan dan buka-tutup memang menjadi prosedur wajib ketika kondisi cuaca tak bersahabat. Meski menimbulkan konsekuensi antrean kendaraan dan keterlambatan pengiriman barang, kebijakan ini dinilai sebagai langkah preventif yang harus diambil oleh otoritas pelabuhan.

Penyeberangan Gilimanuk–Ketapang sendiri merupakan jalur vital yang menghubungkan Pulau Jawa dan Bali. Jalur ini digunakan tidak hanya oleh kendaraan pribadi dan penumpang, tetapi juga oleh angkutan logistik yang menyuplai kebutuhan pokok serta barang-barang industri dari dan ke Pulau Bali. Dengan terhambatnya jalur laut ini, distribusi logistik pun berpotensi terganggu.

Sejumlah sopir truk yang mengantre di lokasi juga mengeluhkan lamanya waktu tunggu. Salah satu pengemudi menyebutkan bahwa ia sudah menunggu lebih dari lima jam tanpa kejelasan keberangkatan. Meskipun memahami alasan keselamatan, para pengemudi tetap berharap ada percepatan proses setelah cuaca membaik.

Hingga Rabu sore, belum ada keterangan resmi apakah akan terjadi penutupan lanjutan. Namun, otoritas pelabuhan menyatakan akan terus memantau perkembangan cuaca melalui BMKG dan segera memberikan informasi apabila terjadi perubahan dalam jadwal operasional kapal penyeberangan.

Situasi seperti ini menjadi pengingat bahwa sektor transportasi laut sangat rentan terhadap kondisi cuaca ekstrem. Oleh karena itu, koordinasi antarinstansi, kesiapsiagaan operator pelayaran, serta informasi yang akurat dan cepat menjadi kunci untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan, khususnya bagi para pengguna jasa penyeberangan.

Terkini