JAKARTA - Manchester United akhirnya bisa bernapas lega. Setelah musim lalu mengalami keterpurukan terparah dalam sejarah Premier League, kini mereka menunjukkan sinyal positif lewat performa konsisten di ajang Premier League Summer Series 2025 yang digelar di Amerika Serikat. Di bawah asuhan pelatih anyar Ruben Amorim, United berhasil memuncaki klasemen dan keluar sebagai juara turnamen pramusim tersebut.
Penampilan terakhir United dalam turnamen ini adalah saat mereka bermain imbang 2-2 melawan Everton di Mercedes-Benz Stadium, Atlanta. Laga tersebut berlangsung dengan tempo tinggi, memperlihatkan bahwa kedua tim serius menguji kekuatan menjelang musim reguler dimulai.
Gol pembuka United dicetak oleh kapten tim, Bruno Fernandes, melalui titik penalti. Fernandes yang sejak awal turnamen menjadi motor permainan Setan Merah, tampil luar biasa dengan mencetak tiga gol dalam tiga pertandingan. Performa apiknya pun menempatkannya sebagai pencetak gol terbanyak alias top skor turnamen.
Satu gol tambahan bagi United dicetak oleh Mason Mount, gelandang yang tampil lebih solid di bawah racikan Amorim. Mount tampak mulai menemukan peran terbaiknya bersama klub sejak didatangkan musim lalu. Sementara Everton mampu membalas dua gol lewat aksi Cheikh Ndiaye dan satu gol bunuh diri dari pemain muda United, Ayden Heaven.
Hasil imbang tersebut cukup bagi United untuk mengunci posisi puncak klasemen turnamen. Dengan raihan tujuh poin dari tiga pertandingan hasil dari dua kemenangan dan satu hasil imbang mereka tampil sebagai juara. Ini adalah kali pertama United meraih gelar di ajang Summer Series, menjadikan mereka klub kedua yang sukses menjadi pemenang turnamen ini setelah Chelsea pada edisi pertama tahun sebelumnya.
Kesuksesan ini tidak hanya menjadi penghiburan bagi para penggemar, tetapi juga menjadi indikator bahwa transformasi skuad mulai menunjukkan hasil nyata. Apalagi, musim lalu United menutup kompetisi di posisi ke-15 klasemen akhir Premier League pencapaian terburuk dalam era modern liga Inggris. Situasi tersebut sempat memunculkan krisis identitas, keraguan terhadap manajemen, serta tekanan luar biasa dari suporter.
Namun kini, dengan kehadiran Amorim yang dikenal punya filosofi permainan modern dan efisien, sinyal kebangkitan itu mulai tampak. Dalam tiga pertandingan, United menunjukkan penguasaan bola yang lebih rapi, kerja sama antarlini yang lebih padu, serta eksplorasi pemain muda yang menjanjikan. Salah satunya adalah Ayden Heaven, meskipun sempat mencetak gol bunuh diri, ia tetap menunjukkan potensi besar sebagai bek masa depan klub.
Bukan hanya United yang tampil menonjol. Di posisi kedua klasemen, West Ham juga mencuri perhatian. Klub asal London tersebut menutup turnamen dengan kemenangan meyakinkan 2-0 atas AFC Bournemouth. Dua gol mereka masing-masing dicetak oleh Niclas Fullkrug dan Jarrod Bowen — dua nama yang kemungkinan besar akan menjadi andalan West Ham di musim reguler nanti.
West Ham tampil efektif dan disiplin, menunjukkan kualitas yang tak bisa dianggap remeh. Mereka berhasil memberikan tekanan kepada United hingga pekan terakhir turnamen, dan hanya terpaut sedikit dari segi produktivitas. Turnamen ini pun jadi ajang pembuktian bahwa kompetisi di Premier League musim mendatang akan berlangsung semakin ketat.
Jika melihat secara keseluruhan, Premier League Summer Series memang tidak hanya berfungsi sebagai turnamen pemanasan. Lebih dari itu, ajang ini menjadi medan eksperimen bagi para pelatih dalam membentuk skuad ideal mereka, serta menguji taktik dan mentalitas sebelum kompetisi resmi dimulai. Tim-tim seperti Manchester United, West Ham, dan Everton benar-benar memanfaatkan momentum ini untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan mereka.
Bagi United, keberhasilan menjuarai turnamen ini bisa menjadi bahan bakar mental yang sangat berharga. Kepercayaan diri pemain, staf pelatih, dan seluruh elemen klub bisa terbangun kembali. Apalagi, Bruno Fernandes sebagai pemimpin tim tampak semakin matang dalam peran strategisnya. Ia bukan hanya pencetak gol terbanyak, tetapi juga menjadi penghubung utama antar lini, serta teladan di lapangan.
Keberhasilan di Summer Series ini pun membuka peluang besar bagi beberapa pemain muda untuk mendapat menit bermain lebih di kompetisi resmi. Amorim dikenal sebagai pelatih yang tak ragu memberi kepercayaan kepada talenta muda, dan atmosfer kompetitif yang sehat kini mulai terasa kembali di Old Trafford.
Namun, perlu diingat bahwa turnamen pramusim bukanlah jaminan sukses di musim reguler. Tantangan sesungguhnya akan datang ketika Premier League bergulir dan tekanan tinggi dari jadwal padat serta lawan berat mulai menguji konsistensi. Meskipun begitu, setidaknya United kini memiliki fondasi yang lebih kuat untuk menyongsong musim baru.
Dengan hasil ini, Manchester United telah mengirim pesan tegas kepada para pesaing: mereka tak lagi bisa dianggap remeh. Kebangkitan Setan Merah tampaknya bukan lagi sekadar retorika. Turnamen ini bisa jadi awal dari perjalanan panjang mereka untuk kembali ke papan atas sepak bola Inggris atau bahkan Eropa.