JAKARTA - Perubahan harga bahan pokok menjadi perhatian penting masyarakat, baik konsumen maupun pelaku usaha. Di Kota Yogyakarta, fluktuasi harga sembilan bahan pokok (sembako) menunjukkan tren beragam, terutama pada pekan pertama bulan Agustus. Dari data yang dirilis oleh dua sumber utama, yaitu Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) dan Badan Pangan Nasional (Bapanas), terlihat bahwa sebagian bahan pangan mengalami kenaikan, sementara lainnya mengalami penurunan.
Salah satu bahan pokok yang mengalami lonjakan signifikan adalah bawang merah, yang harganya menembus Rp 50.000 hingga Rp 51.250 per kilogram, tergantung sumber datanya. Kenaikan harga ini cukup mencolok dibandingkan hari-hari sebelumnya dan menjadi sorotan utama dalam perkembangan harga sembako di wilayah Jogja.
Menurut data PIHPS Nasional, harga bawang merah ukuran sedang naik dari Rp 46.250 menjadi Rp 51.250 per kilogram. Harga tersebut merupakan rata-rata dari dua pasar besar di Jogja, yaitu Pasar Beringharjo (Rp 55.000/kg) dan Pasar Kranggan (Rp 47.500/kg). Sementara menurut Bapanas, bawang merah mengalami kenaikan dari Rp 47.143 menjadi Rp 50.000/kg. Kenaikan ini patut dicermati mengingat bawang merah merupakan bahan dasar dalam hampir semua jenis masakan rumah tangga.
- Baca Juga Erick Thohir Bawa Timnas Main di Daerah
Berbeda dengan tren bawang merah, harga beberapa jenis cabai justru mengalami penurunan. Misalnya, cabai merah besar turun dari Rp 35.000 menjadi Rp 34.500 per kilogram, cabai rawit hijau turun menjadi Rp 39.000 dari sebelumnya Rp 41.500/kg, dan cabai rawit merah turun dari Rp 36.750 menjadi Rp 35.000/kg. Hal ini memberikan sedikit ruang bernapas bagi masyarakat di tengah tekanan harga kebutuhan pokok lainnya.
Namun, tidak semua jenis cabai mengalami penurunan. Cabai merah keriting justru mengalami kenaikan harga. Dari Rp 32.500 menjadi Rp 34.000 per kilogram (menurut PIHPS), dan dari Rp 34.143 menjadi Rp 34.667/kg menurut data Bapanas. Perbedaan data ini wajar terjadi mengingat metodologi pengambilan sampel yang berbeda di tiap lembaga.
Selain bawang dan cabai, daftar harga sembako lainnya di Jogja juga menunjukkan variasi. Harga beras kualitas medium berkisar antara Rp 13.000 hingga Rp 15.150 per kilogram, tergantung tingkat kualitasnya. Beras super dijual mulai Rp 15.250 hingga Rp 16.250 per kilogram. Adapun beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) dari Bapanas terpantau pada harga Rp 12.500/kg.
Harga daging ayam ras segar juga menunjukkan kenaikan tipis. Menurut Bapanas, harga ayam ras naik dari Rp 31.500 menjadi Rp 32.000 per kilogram, sementara menurut PIHPS, harga stabil di Rp 31.750/kg. Sementara itu, daging sapi kualitas 1 masih berada di kisaran Rp 130.000 hingga Rp 140.000 per kilogram, tergantung sumber dan kualitas daging.
Untuk produk turunannya, telur ayam ras segar justru mengalami penurunan tipis. Dari data Bapanas, harga turun dari Rp 27.250 menjadi Rp 27.000/kg, dan menurut PIHPS berada di harga Rp 28.000/kg. Sedangkan gula pasir lokal dan premium masing-masing dijual dengan harga Rp 17.150 dan Rp 18.250/kg.
Sektor minyak goreng juga mencerminkan perbedaan harga. Minyak goreng curah dijual sekitar Rp 17.000 hingga Rp 18.000/liter, sedangkan versi kemasan bermerk berada di kisaran Rp 21.000 hingga Rp 21.750/liter. Sementara itu, produk Minyakita tercatat di harga Rp 15.700/liter menurut Bapanas.
Pergerakan harga sembako ini juga menunjukkan adanya tren kenaikan pada beberapa jenis bahan pokok lainnya seperti bawang putih, gula konsumsi, dan ikan kembung, meskipun sebagian bahan seperti tepung terigu kemasan, garam konsumsi, dan ikan tongkol justru mengalami penurunan harga.
Naik-turunnya harga bahan pokok ini tentu tidak terjadi tanpa sebab. Mengacu pada kajian berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Sembako oleh Para Pedagang Menurut Perspektif Ekonomi Syariah” oleh Nur Azizah Nasution dkk, beberapa faktor yang memicu fluktuasi harga sembako antara lain adalah:
Produksi – Kegagalan panen, cuaca ekstrem, dan biaya produksi yang tinggi sering kali membuat pasokan bahan pokok terbatas.
Distribusi – Kendala dalam logistik seperti keterlambatan pengiriman atau biaya transportasi yang tinggi juga berkontribusi pada naiknya harga barang.
Sumber Pasokan – Jika ketersediaan barang di pasar utama berkurang, harga akan naik sebagai akibat kelangkaan.
Permintaan dan Penawaran – Tingginya permintaan tanpa peningkatan pasokan yang sebanding biasanya membuat harga melambung.
Jumlah Pesaing di Pasar – Semakin banyak pedagang, harga akan lebih kompetitif. Namun, di pasar dengan sedikit pelaku, harga bisa naik karena tidak ada persaingan.
Dari paparan di atas, masyarakat Jogja diimbau untuk terus memantau perkembangan harga kebutuhan pokok, terutama bagi mereka yang mengelola usaha kuliner atau menjadi distributor kecil. Mengetahui pergerakan harga menjadi bagian penting dalam menentukan strategi belanja dan pengelolaan biaya rumah tangga maupun usaha.