JAKARTA - Pergerakan pasar modal Indonesia pekan lalu memberi sinyal campuran bagi pelaku investasi. Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mencatat penguatan di akhir pekan, kinerja secara keseluruhan justru berakhir nyaris datar. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan di kalangan investor: sektor mana yang masih menjanjikan keuntungan di tengah dinamika global dan domestik?
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG berhasil menutup pekan di level 7.533 setelah naik 43,20 poin atau 0,58 persen pada sesi terakhir. Transaksi selama hari itu mencapai Rp18,52 triliun dengan total 30,68 miliar saham berpindah tangan. Namun, jika dilihat sepanjang pekan, indeks hanya menguat selama dua hari, sementara tiga hari lainnya bergerak melemah. Dampaknya, performa IHSG terkoreksi tipis 0,06 persen.
Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmad, menjelaskan bahwa perdagangan saham dalam periode tersebut berlangsung bervariasi. Kapitalisasi pasar tercatat turun 0,33 persen dari Rp13.599 triliun menjadi Rp13.555 triliun. Selain itu, rata-rata volume transaksi harian merosot 7,79 persen menjadi 30,01 miliar lembar saham dari pekan sebelumnya yang mencapai 32,55 miliar lembar.
Menariknya, meskipun volume menurun, nilai transaksi harian justru meningkat 6,41 persen dari Rp16,05 triliun menjadi Rp17,07 triliun. Frekuensi transaksi harian pun menunjukkan lonjakan tertinggi, naik 10,92 persen menjadi 1,04 juta kali transaksi dari sebelumnya 978 ribu kali. Sementara itu, investor asing membukukan jual bersih Rp510,92 miliar dalam sehari, dan secara kumulatif sejak awal tahun, total jual bersih mencapai Rp61,857 triliun.
Faktor Penggerak IHSG
Analis memandang bahwa fluktuasi pasar pekan lalu tidak terlepas dari sejumlah sentimen. VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, menilai pergerakan IHSG dipengaruhi oleh kombinasi faktor domestik dan global. Dari dalam negeri, rilis kinerja keuangan semester I-2025, rebalancing MSCI Global Standard & Small Cap, dan data ekonomi yang positif seperti pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II sebesar 5,12 persen menjadi katalis penting.
Dari sisi global, perhatian tertuju pada data inflasi Amerika Serikat yang diperkirakan meningkat 3 persen pada Juli. Menurut Oktavianus, hal ini berpotensi membuat The Federal Reserve (The Fed) menahan sikap dovish, yang pada akhirnya dapat memberikan tekanan negatif terhadap pasar saham global, termasuk Indonesia.
Untuk awal pekan ini, ia memperkirakan IHSG bergerak mixed cenderung melemah, dengan rentang support di 7.470 dan resistance di 7.660.
Rekomendasi Saham dari Kiwoom Sekuritas
Oktavianus memberikan rekomendasi beberapa saham yang dinilai memiliki potensi teknikal menarik:
EXCL (XL Axiata)
Pekan lalu EXCL ditutup menguat 4,35 persen ke level 2.640. Berdasarkan analisisnya, harga berpotensi melanjutkan kenaikan menuju 2.780.
TLKM (Telkom Indonesia)
Ditutup di level 2.940 pekan lalu, saham TLKM diproyeksikan bisa menguji level 3.100 pada pekan ini.
Menurutnya, sektor telekomunikasi memiliki peluang menguat karena kebutuhan data dan layanan digital terus bertumbuh, terutama pasca laporan kinerja keuangan yang menunjukkan tren positif.
Pandangan MNC Sekuritas
Analis Teknikal MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, memprediksi IHSG pekan ini akan cenderung konsolidasi dengan kisaran support 7.448 dan resistance 7.680. Ia menilai, sentimen utama tetap datang dari rilis data inflasi dan manufaktur AS yang diproyeksikan meningkat, perkembangan industri di China, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, serta tren harga emas.
Beberapa saham yang menjadi perhatiannya antara lain:
JKON (Jaya Konstruksi)
Ditutup di level 74 pekan lalu, JKON berpotensi naik ke 82. Sektor konstruksi dinilai akan terdorong oleh proyek infrastruktur yang terus berjalan.
PWON (Pakuwon Jati)
Menguat ke level 370 pekan lalu, PWON diproyeksikan dapat menguji 398. Sektor properti mulai menunjukkan pemulihan, seiring peningkatan permintaan hunian di beberapa wilayah strategis.
AADI (PT Adaro Andalan Indonesia Tbk)
Menguat 2,81 persen ke level 7.325, AADI berpotensi menggapai 7.700. Performa saham sektor tambang batu bara ini mendapat dukungan dari harga komoditas yang relatif stabil.
Sektor Unggulan dan Strategi Investor
Meskipun IHSG pekan lalu tidak bergerak signifikan, beberapa sektor tetap menarik untuk dilirik. Sektor telekomunikasi dan infrastruktur terlihat positif berkat dorongan fundamental, sementara sektor tambang dan properti menawarkan peluang bagi investor yang mencari diversifikasi portofolio.
Investor disarankan untuk tetap memperhatikan perkembangan global, terutama kebijakan moneter The Fed dan data ekonomi AS, yang kerap memicu volatilitas pasar. Di sisi domestik, laporan kinerja emiten kuartalan dan perkembangan makroekonomi menjadi acuan penting untuk menentukan strategi masuk dan keluar.
Oktavianus menegaskan, investor perlu disiplin mengatur porsi portofolio dengan mengombinasikan saham defensif dan saham berisiko lebih tinggi. Strategi ini akan membantu meminimalkan potensi kerugian saat pasar bergejolak, sekaligus memaksimalkan peluang saat tren menguat.
Herditya pun menambahkan bahwa disiplin menggunakan level support dan resistance sebagai patokan transaksi adalah kunci dalam kondisi pasar yang cenderung sideways. Ia menyarankan agar investor memanfaatkan momentum teknikal untuk entry di harga rendah dan melakukan profit taking saat mendekati target harga.
Dengan pergerakan IHSG yang belum menunjukkan arah kuat, pilihan saham di sektor telekomunikasi, konstruksi, properti, dan tambang menjadi tumpuan bagi investor yang ingin mencari peluang cuan. Meski sentimen global berpotensi membatasi penguatan indeks, peluang teknikal di beberapa emiten unggulan tetap terbuka lebar bagi mereka yang mampu membaca momentum.