JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate pada level 5,25% dalam rapat Dewan Gubernur yang akan digelar bulan ini. Proyeksi ini muncul di tengah kondisi ekonomi domestik yang menunjukkan daya tahan kuat dan pertumbuhan yang melampaui ekspektasi.
Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo, menilai bahwa keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga mencerminkan stabilitas ekonomi yang relatif solid. Menurut Banjaran, pertumbuhan ekonomi kuartal II mencapai 5,12% year on year (yoy), angka yang lebih tinggi dari perkiraan awal. “Ini menunjukkan daya tahan domestik yang kuat, sehingga kebutuhan pelonggaran (suku bunga) tambahan belum mendesak,” ujarnya.
Keputusan untuk menahan suku bunga juga dipengaruhi oleh selisih yang masih cukup lebar antara suku bunga domestik dengan The Fed. Kondisi ini diyakini mampu menjaga arus modal asing tetap masuk, sekaligus menopang stabilitas nilai tukar rupiah. Dengan demikian, BI dapat menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas moneter.
- Baca Juga Belanja Online Paruh 2025
Sepanjang tahun ini, BI sudah melakukan pemangkasan BI-Rate sebanyak tiga kali, masing-masing pada Januari, Mei, dan Juli 2025, dengan pengurangan 25 basis poin (bps) per kali. Langkah-langkah ini menunjukkan upaya bank sentral dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, namun tetap memperhatikan risiko inflasi dan stabilitas moneter.
Meski demikian, Banjaran mengingatkan bahwa sejumlah faktor risiko tetap perlu diwaspadai. Dari sisi eksternal, arah kebijakan The Fed, volatilitas pasar keuangan global, serta fluktuasi harga komoditas bisa berdampak pada nilai tukar rupiah dan tekanan inflasi. Sementara dari sisi domestik, pola belanja pemerintah di paruh kedua tahun ini akan menentukan likuiditas dan momentum pertumbuhan ekonomi.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Banjaran memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga lebih lanjut terbuka pada kuartal IV 2025. Namun, langkah ini hanya akan dilakukan jika tekanan inflasi tetap terkendali dan kondisi makro ekonomi mendukung. Strategi ini menegaskan sikap hati-hati BI dalam menyeimbangkan tujuan stabilitas dan pertumbuhan.
Selain itu, pertumbuhan kredit perbankan dan konsumsi masyarakat juga menjadi indikator yang diawasi BI sebelum mengambil keputusan. Suku bunga acuan yang stabil diharapkan mampu memberikan kepastian bagi pelaku ekonomi dan investor, sehingga mendorong ekspansi bisnis tanpa menimbulkan tekanan inflasi yang signifikan.
Di sisi lain, likuiditas perbankan yang cukup tinggi mendukung kapasitas BI dalam menjaga suku bunga di level saat ini. Dengan cadangan devisa yang memadai dan arus modal asing yang relatif stabil, bank sentral memiliki ruang untuk mempertahankan kebijakan moneter yang konservatif sambil memantau risiko eksternal.
Para pelaku pasar juga menilai keputusan BI menahan suku bunga sebagai sinyal positif bagi stabilitas ekonomi nasional. Investor cenderung melihat hal ini sebagai indikasi bahwa kondisi makro tetap terkendali, dan risiko volatilitas nilai tukar dapat diminimalkan.
Secara keseluruhan, sikap BI yang berhati-hati mencerminkan upaya menjaga keseimbangan antara mendukung pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas harga. Dengan mempertahankan BI-Rate di 5,25%, bank sentral menegaskan komitmennya untuk mengelola ekonomi secara prudent, sekaligus tetap responsif terhadap perubahan kondisi global maupun domestik.
Langkah-langkah pengawasan dan proyeksi inflasi yang akurat juga menjadi faktor kunci dalam pengambilan keputusan. BI menekankan pentingnya koordinasi dengan pemerintah dan lembaga terkait untuk memastikan stabilitas ekonomi tetap terjaga sepanjang tahun.
Ke depan, perhatian pasar akan tertuju pada perkembangan inflasi, harga komoditas, dan kebijakan moneter The Fed, karena faktor-faktor ini dapat memengaruhi keputusan BI berikutnya. Jika tekanan inflasi tetap terkendali, peluang pemangkasan suku bunga pada kuartal IV terbuka, memberikan ruang bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih solid dan berkelanjutan.
Dengan demikian, penahanan suku bunga acuan di level 5,25% bukan sekadar angka, tetapi bagian dari strategi makroprudensial BI untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan, stabilitas moneter, dan keyakinan pasar terhadap perekonomian Indonesia.