Yen Jepang Menguat Tipis di Tengah Spekulasi Suku Bunga

Kamis, 04 September 2025 | 09:51:42 WIB
Yen Jepang Menguat Tipis di Tengah Spekulasi Suku Bunga

JAKARTA - Nilai tukar Yen Jepang (JPY) kembali menjadi perhatian para pelaku pasar global setelah menunjukkan stabilitas di tengah ketidakpastian kebijakan moneter yang diambil Bank of Japan (BoJ). Meski sempat melemah hingga menyentuh level terendah dalam sebulan terhadap dolar Amerika Serikat (USD), pergerakan Yen saat ini cenderung bertahan dalam kisaran terbatas. Kondisi ini dipicu oleh beragam faktor, mulai dari arah kebijakan suku bunga BoJ yang belum pasti, tren imbal hasil obligasi global, hingga spekulasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).

Dalam perdagangan sesi Asia, Yen terlihat berosilasi sempit setelah pemulihan terbatas dari pelemahan sebelumnya. Investor masih menahan diri untuk melakukan aksi beli agresif, mengingat ketidakpastian politik domestik Jepang serta dinamika global yang turut memberi tekanan. Salah satu penyebabnya adalah lonjakan imbal hasil obligasi jangka panjang di beberapa negara besar, termasuk Jepang, yang mempertebal kekhawatiran terhadap beban utang di ekonomi utama dunia.

BoJ Masih Abu-Abu soal Kenaikan Suku Bunga

Sikap hati-hati BoJ menjadi faktor kunci yang membentuk ekspektasi pasar. Wakil Gubernur BoJ, Ryozo Himino, menegaskan bahwa ketidakpastian ekonomi global masih tinggi, sehingga bank sentral tidak terburu-buru menaikkan suku bunga. Namun, pernyataan berbeda datang dari Gubernur Kazuo Ueda yang memberi sinyal bahwa BoJ siap melakukan pengetatan lebih lanjut apabila kondisi ekonomi dan inflasi sesuai dengan proyeksi.

Kondisi ini menempatkan investor dalam posisi dilematis. Di satu sisi, pertumbuhan upah yang kuat dan inflasi yang membandel membuka peluang pengetatan. Di sisi lain, keraguan terhadap stabilitas politik dan keberlanjutan fiskal Jepang membuat pasar cenderung berhati-hati. Hal ini terlihat dari pergerakan Yen yang tidak sepenuhnya mampu menguat meski ada peluang kenaikan suku bunga sebelum akhir tahun.

Faktor Politik Ikut Membebani Yen

Selain faktor moneter, dinamika politik Jepang juga menambah ketidakpastian. Rencana pengunduran diri Hiroshi Moriyama, sekretaris jenderal partai penguasa, memunculkan keraguan terkait kepemimpinan Perdana Menteri Shigeru Ishiba. Situasi ini memperburuk kekhawatiran terhadap kebijakan fiskal Jepang yang sudah terbebani utang tinggi.

Dampaknya, imbal hasil obligasi pemerintah Jepang tenor 30 tahun melonjak hingga menembus level tertinggi dalam sejarah, jauh melampaui 3%. Lonjakan ini bukan hanya menjadi indikator keresahan pasar, tetapi juga berpotensi membatasi ruang gerak BoJ dalam mengatur arah kebijakan moneter.

Dolar AS Tertekan oleh Spekulasi The Fed

Dari sisi global, dolar AS justru menghadapi tekanan tersendiri. Data terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) melalui laporan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) menunjukkan jumlah lowongan kerja pada akhir Juli hanya 7,18 juta, turun dari bulan sebelumnya yang direvisi menjadi 7,35 juta. Angka tersebut jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 7,4 juta.

Kondisi ini memperkuat keyakinan bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga. Pasar bahkan memperkirakan penurunan biaya pinjaman bisa terjadi pada pertemuan kebijakan 17 September mendatang, disertai dua kali pemangkasan tambahan masing-masing 25 basis poin hingga akhir tahun. Ekspektasi ini membuat dolar kehilangan daya tariknya, sehingga memberi ruang bagi Yen untuk menahan pelemahan lebih lanjut.

Pasar Tunggu Data Ketenagakerjaan AS

Meski begitu, investor masih menunggu data penting lainnya dari AS yang berpotensi memengaruhi arah USD/JPY. Agenda terdekat adalah laporan ketenagakerjaan sektor swasta dari ADP dan indeks aktivitas sektor jasa ISM. Namun fokus utama tetap tertuju pada data Nonfarm Payrolls (NFP) yang akan dirilis pada akhir pekan. Data ini dianggap krusial dalam menentukan arah kebijakan The Fed, sekaligus memengaruhi pergerakan Yen terhadap dolar.

Analisis Teknis: Batas Penting di 148,00

Secara teknikal, pasangan USD/JPY masih menghadapi level krusial. Upaya untuk menembus Simple Moving Average (SMA) 200-hari gagal dilakukan, dengan harga justru kembali terkoreksi dari level retracement Fibonacci 61,8% dari penurunan Agustus. Para analis menilai, konfirmasi penurunan lebih lanjut baru akan terlihat jika harga mampu menembus ke bawah 148,00.

Jika hal ini terjadi, target penurunan terdekat adalah 147,40 sebelum menuju zona 147,00 dan 146,70. Apabila level tersebut ditembus, harga bisa melanjutkan pelemahan hingga menyentuh swing low Agustus di kisaran 146,20 bahkan 146,00.

Sebaliknya, apabila USD/JPY kembali menguat di atas 148,30–148,25, peluang kenaikan ke area SMA 200-hari di kisaran 148,75–148,80 terbuka. Breakout di atas 149,20 bahkan bisa mendorong harga menuju level psikologis 150,00, sebelum akhirnya menguji kembali swing high Agustus di area 151,00.

Yen Masih Rentan, Pasar Tunggu Kejelasan

Secara keseluruhan, stabilitas Yen saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh tarik-menarik faktor domestik dan global. Ketidakpastian kebijakan BoJ, risiko politik dalam negeri, serta arah suku bunga The Fed menciptakan kondisi pasar yang penuh ambiguitas.

Meski ada peluang penguatan Yen jika BoJ lebih agresif menaikkan suku bunga, ketidakpastian politik dan lonjakan imbal hasil obligasi membuat pasar tetap berhati-hati. Sebaliknya, dolar AS masih menunggu konfirmasi pemangkasan suku bunga dari The Fed yang bisa melemahkan posisi USD.

Dengan situasi seperti ini, pergerakan USD/JPY diperkirakan akan tetap fluktuatif dalam jangka pendek, sambil menunggu kepastian arah kebijakan dari kedua bank sentral besar dunia.

Terkini