JAKARTA - Awal September 2025 menjadi periode yang perlu diwaspadai masyarakat Kalimantan Barat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Meteorologi Supadio kembali mengingatkan adanya potensi cuaca ekstrem yang diprakirakan masih akan melanda sebagian besar wilayah provinsi tersebut dalam beberapa hari ke depan.
Kepala Stasiun Meteorologi Supadio, Erika Mardiyanti, mengungkapkan bahwa hujan dengan intensitas lebat disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat telah terjadi di banyak daerah Kalbar dalam sepekan terakhir. Fenomena ini menurutnya belum akan mereda, bahkan berpotensi berlanjut pada periode 3 hingga 9 September 2025.
“Potensi hujan diprakirakan masih terjadi di sebagian besar wilayah Kalbar pada tanggal 6-9 September 2025 dengan intensitas sedang sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan debit air di wilayah Kalbar yang akan berdampak adanya banjir di beberapa wilayah,” jelas Erika, Rabu (3/9).
Pola Hujan yang Perlu Diwaspadai
BMKG mencatat hujan lebat kemungkinan besar akan terjadi pada 3–5 September 2025 di sebagian besar wilayah Kalbar. Puncak intensitas diprediksi jatuh pada 5 September, di mana curah hujan akan meningkat dan meluas secara merata. Memasuki 6–9 September, intensitas memang menurun menjadi kategori sedang, tetapi risiko bencana hidrometeorologi tetap tinggi.
Dengan pola curah hujan seperti itu, risiko banjir dan genangan di beberapa titik rawan sulit dihindarkan. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah bantaran sungai, dataran rendah, maupun kawasan dengan drainase buruk, BMKG mengingatkan agar terus waspada.
Ancaman Pasang Air Laut di Pontianak
Selain faktor hujan, pasang air laut maksimum juga menjadi perhatian. Di Kota Pontianak, fenomena pasang diperkirakan terjadi pada 3–7 September 2025, terutama pada sore hingga malam hari sekitar pukul 16.00–19.00 WIB. Ketinggian pasang maksimum bahkan bisa mencapai 1,6 meter.
“Kondisi ini perlu diwaspadai terutama jika disertai dengan hujan lebat,” kata Erika menambahkan. Kombinasi antara curah hujan tinggi dan pasang maksimum berpotensi memperparah banjir rob atau genangan di wilayah pesisir.
Kondisi Gelombang Laut
Tidak hanya daratan, situasi di perairan Kalbar juga perlu diperhatikan. Gelombang laut secara umum berada pada kategori tenang hingga sedang, yakni 0,1–2,5 meter. Meski begitu, di Perairan Ketapang, pada 4 September 2025, gelombang sedang dengan ketinggian 1,25–2 meter berpotensi terjadi. Hal ini menjadi catatan penting bagi nelayan maupun pelaku transportasi laut.
Imbauan untuk Masyarakat
BMKG mengingatkan masyarakat agar tidak menganggap enteng kondisi ini. Potensi hujan lebat, disertai petir dan angin kencang, bisa menimbulkan dampak lanjutan berupa banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, hingga sambaran petir. Erika menegaskan, langkah antisipasi sejak dini menjadi kunci untuk meminimalisir kerugian.
“Berhubungan dengan masih berpotensi adanya hujan lebat di wilayah Kalbar, maka diimbau kepada masyarakat untuk tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem dan dampak bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi,” ujarnya.
BMKG juga meminta warga untuk rutin memantau informasi cuaca terkini, baik melalui situs resmi, aplikasi, maupun dengan menghubungi kantor BMKG terdekat. Informasi peringatan dini dapat membantu masyarakat menyiapkan langkah mitigasi yang tepat.
Prediksi Curah Hujan Dasarian
Sementara itu, Stasiun Klimatologi Kalimantan Barat memberikan gambaran lebih detail terkait distribusi curah hujan bulanan. Pada Dasarian I (1–10 September 2025), curah hujan diprediksi berada pada kategori menengah dengan rentang 50–150 mm/dasarian. Kondisi ini diperkirakan cukup signifikan di wilayah Kapuas Hulu.
Pada Dasarian III (21–31 September 2025), intensitas curah hujan menurun ke kategori rendah hingga menengah, dengan kisaran 21–75 mm/dasarian. Meski begitu, ancaman cuaca ekstrem tetap harus diwaspadai karena dinamika atmosfer dapat berubah secara cepat.
BMKG juga mencatat adanya periode hari tanpa hujan (HTH) terpanjang di Kalbar yang berlangsung hingga 11 hari. Kondisi ini tercatat di wilayah Ketapang, khususnya Kecamatan Delta Pawan, Matan Hilir Selatan, dan Muara Pawan. Meski tergolong menengah, fenomena ini menjadi indikator variasi pola iklim yang patut dicermati.
Pentingnya Kesiapsiagaan
Bagi masyarakat Kalbar, informasi prakiraan ini diharapkan tidak sekadar diketahui, tetapi juga ditindaklanjuti dengan langkah konkret. Persiapan drainase, membersihkan saluran air, hingga menebang ranting pohon yang rawan patah dapat membantu mengurangi risiko saat cuaca ekstrem benar-benar datang.
Selain itu, aparat daerah juga diimbau untuk memperkuat koordinasi, terutama dalam menyediakan tempat evakuasi maupun sarana penanggulangan darurat. Kesigapan bersama antara warga dan pemerintah daerah akan sangat menentukan seberapa besar dampak bencana bisa ditekan.