JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang diprediksi akan meningkat selama musim kemarau 2025. Melalui imbauan yang disampaikan kepada seluruh elemen masyarakat, pemerintah daerah, dan stakeholder terkait, BMKG menekankan pentingnya kewaspadaan serta upaya pencegahan yang lebih intensif untuk mengurangi dampak buruk dari karhutla.
Menurut BMKG, risiko karhutla pada musim kemarau tahun ini semakin nyata, seiring dengan perubahan iklim yang memengaruhi pola cuaca dan kelembapan udara di sejumlah wilayah Indonesia. Dengan meningkatnya suhu udara dan rendahnya curah hujan, potensi kebakaran hutan dan lahan semakin besar. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan sejak dini menjadi sangat krusial untuk melindungi lingkungan, mengurangi kerugian ekonomi, serta mencegah dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat.
Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan di Musim Kemarau 2025
Musim kemarau yang panjang sering kali menjadi waktu yang rawan untuk terjadinya kebakaran hutan dan lahan, terutama di kawasan yang memiliki lahan gambut dan vegetasi kering. BMKG mengungkapkan bahwa berdasarkan pemantauan terkini, sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi mengalami kebakaran yang cukup serius. Wilayah-wilayah yang sering terdampak seperti Sumatera, Kalimantan, serta sebagian Jawa dan Sulawesi diperkirakan akan menghadapi risiko kebakaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Pada musim kemarau 2025 ini, kita memprediksi akan ada peningkatan potensi kebakaran hutan dan lahan, khususnya di wilayah yang sudah pernah mengalami kebakaran hebat di tahun-tahun sebelumnya," ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers yang diadakan pada Senin (28/4/2025). Ia menambahkan bahwa salah satu faktor yang memperburuk potensi karhutla adalah kondisi iklim yang lebih kering dan tingginya suhu permukaan yang dapat memicu mudahnya terbakar lahan-lahan yang kering.
Selain itu, BMKG juga mencatat bahwa fenomena El Niño yang diperkirakan akan memengaruhi cuaca Indonesia pada musim kemarau tahun ini dapat memperburuk situasi tersebut. El Niño yang menyebabkan penurunan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia membuat vegetasi yang ada di hutan dan lahan menjadi lebih kering, sehingga lebih mudah terbakar.
Imbauan untuk Pemerintah Daerah dan Stakeholder Terkait
Sebagai langkah antisipasi, BMKG mengimbau kepada pemerintah daerah, pihak-pihak terkait, dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan segera melakukan tindakan preventif guna mengurangi risiko kebakaran hutan dan lahan. Dwikorita Karnawati menekankan pentingnya koordinasi antar lembaga dalam melakukan pencegahan.
“Kami mengimbau kepada pemerintah daerah untuk segera melakukan pemetaan wilayah-wilayah rawan karhutla dan melakukan persiapan lebih matang. Selain itu, kerjasama dengan stakeholder lainnya, seperti TNI, Polri, serta masyarakat, juga sangat diperlukan untuk meminimalkan potensi karhutla,” katanya.
Selain itu, BMKG juga mendorong agar pihak berwenang melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap praktik pembukaan lahan yang berpotensi menambah beban kebakaran. Salah satu faktor utama penyebab kebakaran adalah pembakaran lahan untuk pertanian atau perkebunan, yang seringkali dilakukan tanpa memperhatikan prosedur yang aman.
Pihak BMKG juga memberikan saran agar masyarakat lebih waspada dan tidak sembarangan membakar sampah atau membuang benda yang dapat memicu api di daerah yang kering. “Penting bagi masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan sembarangan, serta mengikuti arahan pemerintah terkait pencegahan karhutla. Masyarakat harus memahami bahwa kebakaran hutan dan lahan dapat merusak lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan,” ujar Dwikorita.
Pencegahan Karhutla: Langkah-langkah yang Harus Diambil
Sebagai langkah pencegahan yang efektif, BMKG menekankan perlunya persiapan sejak dini dalam mengatasi potensi karhutla. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah meningkatkan patroli di kawasan rawan kebakaran, baik oleh pihak berwenang maupun masyarakat setempat. Selain itu, BMKG juga menyarankan agar dilakukan penyuluhan secara masif tentang bahaya kebakaran hutan dan lahan serta cara-cara untuk mencegahnya.
Pemerintah daerah diminta untuk memprioritaskan upaya pemadaman kebakaran dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang terlibat dalam penanggulangan karhutla. Penggunaan teknologi, seperti pemantauan satelit, juga sangat disarankan untuk mendeteksi titik api lebih cepat dan akurat. Dengan deteksi dini, diharapkan kebakaran bisa segera diatasi sebelum meluas.
Selain itu, BMKG mengingatkan pentingnya restorasi ekosistem gambut dan pengelolaan hutan yang berkelanjutan. “Untuk wilayah yang memiliki lahan gambut, seperti Sumatera dan Kalimantan, perlu dilakukan restorasi gambut secara komprehensif. Jika dibiarkan terbakar, lahan gambut bisa melepaskan emisi karbon dalam jumlah besar yang akan memperburuk perubahan iklim global,” tambahnya.
Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan terhadap Lingkungan dan Kesehatan
Dampak dari kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia sangat luas, mulai dari kerusakan ekosistem, kerugian ekonomi, hingga dampak kesehatan masyarakat. Kebakaran hutan yang meluas dapat merusak habitat alami flora dan fauna, mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati, serta mengganggu siklus air dan tanah.
Selain itu, kebakaran yang tidak terkontrol dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang besar, terutama di sektor pertanian dan perkebunan yang terletak di sekitar area kebakaran. Asap yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan dan lahan juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan, terutama pada saluran pernapasan. Pada tahun-tahun sebelumnya, kabut asap akibat karhutla telah menyebabkan ribuan orang menderita penyakit pernapasan akut, bahkan menyebabkan kematian di beberapa daerah.
Dampak kesehatan yang paling sering muncul adalah masalah saluran pernapasan, seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), yang lebih banyak menyerang anak-anak, orang lanjut usia, serta mereka yang memiliki riwayat penyakit paru-paru. "Kami juga mengimbau masyarakat untuk selalu memakai masker saat kabut asap mulai pekat dan menghindari kegiatan di luar ruangan selama kondisi udara buruk," jelas Dwikorita.
Kewaspadaan Diperlukan untuk Menanggulangi Karhutla
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan yang diperkirakan akan meningkat selama musim kemarau 2025. Dengan meningkatnya suhu dan menurunnya curah hujan di berbagai wilayah Indonesia, kebakaran hutan dan lahan dapat terjadi lebih sering dan lebih besar dampaknya.
BMKG mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat, pemerintah daerah, dan stakeholder terkait untuk berperan aktif dalam pencegahan karhutla. Melalui koordinasi yang baik, pemantauan yang intensif, serta langkah-langkah pencegahan yang tepat, diharapkan dampak negatif dari karhutla bisa diminimalkan, sehingga lingkungan, kesehatan masyarakat, dan ekonomi Indonesia bisa terlindungi dari kerusakan yang lebih parah.
Dalam hal ini, pencegahan kebakaran hutan dan lahan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat dan sektor swasta. Sebagai negara dengan hutan tropis yang luas, Indonesia perlu bekerja sama untuk menjaga kelestarian alam dan mencegah bencana kebakaran yang dapat merugikan banyak pihak.