JAKARTA - Belakangan ini, banyak masyarakat Indonesia mengeluhkan perubahan suhu yang signifikan antara pagi dan siang hari. Pada pagi hari, udara terasa lebih dingin dari biasanya, sementara siang hari suhu meningkat drastis, bahkan terasa sangat panas. Fenomena ini menjadi perhatian publik, terutama di wilayah Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara. Untuk memahami penyebabnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan ilmiah terkait kondisi cuaca ini.
Penyebab Utama: Minimnya Awan dan Pengaruh Monsun Australia
BMKG menjelaskan bahwa fenomena suhu dingin pada pagi hari dan panas pada siang hari disebabkan oleh dua faktor utama: minimnya pertumbuhan awan dan pengaruh angin monsun Australia.
1. Minimnya Pertumbuhan Awan
Pada musim kemarau, sebagian besar wilayah Indonesia mengalami cuaca cerah dengan sedikitnya pertumbuhan awan. Ketiadaan awan menyebabkan sinar matahari langsung mencapai permukaan bumi tanpa hambatan. Akibatnya, suhu udara pada siang hari meningkat pesat, terasa sangat panas.
Namun, pada malam hari, kondisi langit yang cerah dan minimnya awan menyebabkan panas yang diserap oleh bumi selama siang hari cepat dilepaskan ke atmosfer. Tanpa adanya awan yang berfungsi sebagai "selimut alami", suhu udara turun drastis, membuat malam dan pagi hari terasa lebih dingin dari biasanya.
Pengaruh Angin Monsun Australia
Selain itu, BMKG juga mengungkapkan bahwa angin monsun Australia turut mempengaruhi suhu udara di Indonesia. Angin ini bertiup dari Australia menuju Asia, melewati wilayah Indonesia dan perairan Samudra Hindia. Suhu permukaan laut di Samudra Hindia relatif lebih rendah, sehingga angin yang melewati wilayah tersebut membawa massa udara yang kering dan dingin ke Indonesia. Kondisi ini menyebabkan suhu udara di beberapa wilayah, terutama bagian selatan khatulistiwa seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, terasa lebih dingin pada malam dan pagi hari.
Fenomena Embun Upas: Embun yang Membeku
Di beberapa wilayah dataran tinggi seperti Dieng, fenomena embun upas atau embun es sering terjadi pada pagi hari. Embun upas terbentuk ketika suhu udara turun di bawah titik beku, menyebabkan tetesan embun berubah menjadi kristal es di permukaan tanaman atau tanah. Kondisi ini umumnya terjadi pada malam dengan cuaca cerah, dingin, dan tanpa angin.
BMKG menjelaskan bahwa fenomena embun upas merupakan hal yang lazim terjadi saat musim kemarau dan menjadi bagian dari siklus tahunan. Ketiadaan awan pada malam hari menyebabkan panas yang diserap bumi selama siang hari cepat hilang, sehingga suhu udara turun drastis dan memungkinkan terbentuknya embun upas.
Dampak Terhadap Kehidupan Sehari-hari
Perubahan suhu yang signifikan antara pagi dan siang hari mempengaruhi aktivitas masyarakat. Pada pagi hari yang dingin, banyak orang merasa perlu mengenakan pakaian hangat atau jaket sebelum memulai aktivitas. Namun, menjelang siang, suhu yang meningkat pesat membuat pakaian hangat terasa tidak nyaman.
Selain itu, perubahan suhu yang drastis juga mempengaruhi kesehatan, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi medis tertentu. Perubahan suhu yang cepat dapat menyebabkan tubuh kesulitan beradaptasi, meningkatkan risiko gangguan kesehatan seperti flu atau demam.