JAKARTA - Dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Puan Maharani, menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat untuk memberikan perhatian serius terhadap berbagai tantangan yang tengah membelit dunia pendidikan Indonesia. Isu-isu penting, seperti maraknya kasus perundungan (bullying), kekerasan di sekolah, dan meningkatnya kenakalan remaja, menjadi fokus utama dalam pernyataannya. Puan menegaskan bahwa hal-hal tersebut tidak bisa dibiarkan terus berlarut tanpa adanya solusi yang jelas dan komprehensif.
Tantangan Krusial dalam Dunia Pendidikan
Puan Maharani menyebutkan bahwa perundungan dan kekerasan di sekolah menjadi masalah yang terus berkembang dan perlu penanganan serius. “Penanganan terhadap pelaku dan korban bullying serta anak bermasalah harus melibatkan orang-orang yang berkompeten di bidangnya. Dan harus dilakukan dengan cara atau pendekatan humanis,” ujar Puan dalam keterangan tertulisnya, Jumat (2/5). Dalam pandangannya, permasalahan tersebut memerlukan pendekatan yang lebih dari sekedar penindakan hukum, namun juga membutuhkan pendekatan yang bersifat psikologis dan berbasis karakter.
Isu perundungan di sekolah menjadi salah satu masalah yang kerap menyita perhatian publik. Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena ini semakin mengkhawatirkan, dengan sejumlah kasus yang mengarah pada kekerasan fisik maupun psikologis. Selain itu, kenakalan remaja yang semakin meningkat juga menjadi sorotan, di mana banyak anak-anak yang terjebak dalam perilaku menyimpang sebagai akibat dari lingkungan sosial yang kurang mendukung.
Pendekatan Pendidikan yang Berkarakter
Menurut Puan, penanganan masalah di dunia pendidikan harus mengedepankan pendekatan yang berbasis pada karakter dan psikologi. Ia menekankan pentingnya penanganan yang menyeluruh, bukan hanya berbasis pada penindakan semata. Puan juga menyoroti pentingnya kebijakan pendidikan yang didasarkan pada data yang valid dan penerapan strategi yang berfokus pada penguatan karakter siswa.
“Pendidikan harus didasarkan pada data yang valid dan dijalankan dengan strategi yang berakar pada penguatan karakter. Ini sangat penting untuk membentuk karakter bangsa yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki moralitas dan etika yang tinggi,” tambah Puan.
Ia mengkritik kecenderungan selama ini, di mana penanganan masalah pendidikan sering kali bersifat reaktif, dan terputus dari sistem yang berkelanjutan. Ia juga menyebutkan bahwa peringatan Hardiknas harus dijadikan momentum untuk mengubah paradigma tersebut, agar pendidikan tidak lagi diposisikan sebagai slogan musiman atau alat politik tahunan yang hanya berfokus pada kepentingan jangka pendek.
Komitmen DPR untuk Pendidikan yang Berkualitas
Puan juga menegaskan bahwa DPR memiliki komitmen yang tinggi untuk terus memperjuangkan hak pendidikan yang layak bagi seluruh anak bangsa. “Anak-anak Indonesia, guru-guru Indonesia membutuhkan kesempatan yang sama, serta perlindungan dan penghargaan nyata. Mencerdaskan kehidupan bangsa bukan hanya amanat UUD, tetapi kehormatan moral yang tak boleh kita abaikan,” tegas Puan, yang merupakan cucu dari Proklamator Republik Indonesia, Bung Karno.
Ia juga mengapresiasi seluruh pihak yang terlibat dalam pembangunan dunia pendidikan, mulai dari guru, tenaga kependidikan, peserta didik, hingga keluarga sebagai elemen vital dalam pembentukan karakter anak. “Selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional 2025 kepada para guru dan semua tenaga pendidik, kepada anak-anak kami peserta didik yang merupakan harapan bangsa, serta kepada seluruh elemen masyarakat termasuk keluarga sebagai garda terdepan pendidikan anak,” kata Puan.