pengertian warna sekunder

Pengertian Warna Sekunder, Percampuran, hingga Contohnya

Pengertian Warna Sekunder, Percampuran, hingga Contohnya
pengertian warna sekunder

JAKARTA - Pengertian warna sekunder merujuk pada warna yang terbentuk dari campuran dua warna primer. 

Warna ini sangat penting dalam desain dan kehidupan sehari-hari, karena dapat memengaruhi persepsi dan suasana hati. Setiap warna memiliki peran yang unik, baik dalam seni, pemasaran, maupun dalam pengaturan visual.

Secara umum, warna dibagi menjadi tiga kategori: primer, sekunder, dan tersier, yang masing-masing diperoleh dengan cara yang berbeda. Warna primer adalah warna dasar yang tidak bisa didapatkan dengan mencampurkan warna lain. 

Warna sekunder, di sisi lain, dihasilkan dari penggabungan dua warna primer. Penggunaan warna yang tepat dapat memberikan dampak besar pada banyak aspek kehidupan manusia, mulai dari iklan, desain produk, hingga karya seni.

Dengan memahami pengertian warna sekunder, kita bisa lebih bijak dalam memilih dan memanfaatkan warna untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Sejarah Warna

Pada tahun 1660, Isaac Newton melakukan eksperimen menggunakan prisma kaca dan berasumsi bahwa cahaya putih terdiri dari warna-warna pelangi atau spektrum warna. 

Kemudian, pada tahun 1790, Hermann von Helmholtz dan James Clerk Maxwell mengaitkan warna dengan cahaya matahari dan menjelaskan hal ini melalui hukum-hukum fisika.

Pada tahun 1810, Johann Wolfgang von Goethe membagi warna menjadi dua kategori utama, yaitu kuning yang berhubungan dengan kecerahan dan biru yang berhubungan dengan kegelapan.

Penelitian mengenai warna terus berkembang, dan pada tahun 1824, Michel Eugene Chevreul memperkenalkan teori warna untuk tekstil dengan konsep hukum kontras simultan warna.

Pada tahun 1831, Sir David Brewster merumuskan teori pengelompokan warna di alam menjadi empat kategori: primer, sekunder, tersier, dan netral.

Brewster juga mengembangkan lingkaran warna yang dapat menjelaskan teori kontras warna, komplementer, split komplementer, triad, dan tetrad.

Pada 1879, Ogden Rood mengembangkan teori lingkaran warna dengan menggunakan warna merah, hijau, biru, dan warna putih di tengah. 

Seiring waktu, teori-teori warna terus berkembang, salah satunya yang dicetuskan oleh Albert H. Munsel pada 1898, yang diterbitkan dalam "A Colour Notation" pada tahun 1965. 

Munsel memperkenalkan model warna tiga dimensi yang terdiri dari hue, value, dan chroma.

Pada tahun 1900, Herbert E. Ives mengemukakan tentang percampuran warna, seperti merah yang diperoleh dari campuran magenta dan cyan, serta biru yang dihasilkan dari campuran magenta dan turquoise. 

Ini menghasilkan lingkaran warna dengan warna primer magenta, cyan, dan yellow. 

Pada tahun 1934, Farber Biren melakukan eksperimen dengan bagan warna tradisional (merah, kuning, biru) dan mengembangkan lingkaran warna di mana pusatnya tidak berada di tengah, karena menurutnya warna panas lebih dominan dibandingkan warna sejuk.

Pengetian Warna

Menurut Prawira, warna merupakan salah satu elemen keindahan dalam seni dan desain, di samping elemen visual lainnya. 

Sementara itu, Sanyoto mendefinisikan warna secara objektif sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, atau secara subjektif sebagai bagian dari pengalaman penglihatan manusia. 

Nugraha memberikan pengertian warna sebagai kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh objek yang dikenalnya, sedangkan Laksono melihat warna sebagai bagian dari cahaya yang diteruskan atau dipantulkan oleh suatu benda.

Dari pendapat-pendapat para ahli ini, dapat disimpulkan bahwa ada tiga elemen penting dalam pengertian warna, yaitu benda, unsur cahaya, dan mata. 

Oleh karena itu, definisi warna dapat disarikan sebagai fenomena yang terjadi ketika benda memantulkan cahaya, dan mata menginterpretasikan cahaya tersebut.

Santoyo mengklasifikasikan warna menjadi dua kategori, yaitu warna additive dan subtractive. Warna additive berasal dari cahaya dan sering disebut spektrum, sedangkan warna subtractive berasal dari bahan dan dikenal sebagai pigmen. 

Nugraha mengembangkan pemahaman mengenai warna dari dua sudut pandang, yakni dari ilmu fisika dan ilmu bahan. 

Pemikiran ini sejalan dengan temuan Newton yang mengungkapkan bahwa warna adalah fenomena alam berupa cahaya yang mengandung spektrum warna atau pelangi dan pigmen.

Pada tahun 1831, Brewster mengelompokkan warna yang ada di alam dan membaginya menjadi tiga jenis: warna primer, sekunder, tersier, dan netral. Semua warna tersebut diatur dalam lingkaran warna yang dikenal dengan nama “Brewster”.

Fungsi Warna

Warna memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam bidang arsitektur. 

Dalam bidang ini, pemilihan dan komposisi warna sangat diperhatikan. Berikut adalah beberapa fungsi warna dalam kehidupan sehari-hari:

  • Fungsi alamiah, yang digunakan untuk menjelaskan kondisi atau keadaan suatu hal.
  • Fungsi identitas, yang membantu memperkenalkan sesuatu berdasarkan ciri khas atau karakteristik tertentu.
  • Fungsi psikologis, yang berfungsi untuk memberikan interpretasi terhadap kesan dan makna suatu objek.
  • Fungsi keindahan, yang menambah nilai estetika atau kualitas visual suatu objek.
  • Fungsi isyarat, sebagai tanda atau simbol yang menggambarkan sifat tertentu untuk menjelaskan kondisi atau keadaan.
  • Fungsi komunikasi, yang menyampaikan informasi kepada pengamat mengenai objek yang ada.

Pengelompokan Warna Berdasarkan Teori Brewster

Brewster, seorang ahli dalam bidang warna, mengemukakan adanya empat kategori warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan netral. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing kategori warna tersebut:

Warna Primer

Warna primer adalah warna dasar yang tidak terbentuk dari campuran warna lain. Semua warna lainnya berasal dari kombinasi warna primer. 

Tiga warna primer yang dikenal adalah merah (seperti warna darah), kuning (seperti kuning telur), dan biru (seperti warna langit atau laut).

Warna Sekunder

Warna sekunder terbentuk dari pencampuran dua warna primer dengan perbandingan yang sama, atau satu banding satu. Contoh, warna ungu yang terbentuk dari campuran merah dan biru.

Blon juga menyatakan bahwa warna sekunder dihasilkan melalui perpaduan warna primer. Dengan demikian, warna sekunder selalu merupakan hasil dari kombinasi dua warna primer.

Warna Tersier

Warna tersier muncul dari pencampuran tiga warna primer. Warna ini juga sering dihubungkan dengan warna netral. Dalam sistem warna aditif (seperti pada cahaya), pencampuran warna akan menghasilkan warna putih atau kelabu. 

Sedangkan dalam sistem warna subtraktif (seperti pada cat), hasil pencampurannya akan cenderung menghasilkan warna hitam, kelabu, atau coklat.

Warna Netral

Warna netral terbentuk dari campuran ketiga warna dasar dengan perbandingan yang sama, yaitu 1:1:1. 

Warna ini berfungsi sebagai penyeimbang terhadap warna-warna yang kontras di alam. Hasil campuran warna ini cenderung menuju warna hitam.

Hal ini sejalan dengan teori Brewster yang menjelaskan bahwa campuran tiga warna utama (merah, kuning, biru) menghasilkan warna sekunder, sementara campuran antara warna primer dan sekunder menghasilkan warna tersier. 

Selanjutnya, pencampuran antara warna tersier dan warna primer atau sekunder menghasilkan warna netral.

Pengertian Warna Sekunder dan Percampurannya

Pengertian warna sekunder adalah warna yang terbentuk dari hasil pencampuran dua warna primer. Dalam roda warna, warna sekunder terletak di antara warna primer. 

Sebagai contoh, warna hijau diperoleh dengan mencampurkan kuning dan biru, warna oranye terbentuk dari merah dan kuning, serta warna ungu didapatkan dengan mencampurkan biru dan merah.

Tingkatan Warna

Warna dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik dan kesan yang ditimbulkannya. Berikut adalah penjelasan mengenai tingkatan warna:

Warna Hangat

Warna hangat cenderung memiliki karakter yang mencolok, polos, dan memberikan kesan yang menenangkan. Contoh warna-warna ini adalah oranye, merah, dan kuning.

Warna Sejuk

Warna sejuk biasanya memiliki karakter yang lebih bening dan netral, serta memberikan kesan yang nyaman dan aman. Beberapa contoh warna sejuk adalah hijau, ungu, dan biru.

Warna Tegas

Warna tegas memiliki sifat yang kuat dan menonjol, menciptakan kesan hidup dan saling bersinergi. Contoh warna tegas termasuk hitam, putih, merah, kuning, dan biru.

Warna Tenggelam

Warna tenggelam cenderung pudar dan memberikan kesan santai. Warna seperti ungu, abu-abu, dan coklat termasuk dalam kategori ini.

Warna Gelap

Warna gelap biasanya memiliki pesona yang sederhana dan tampak elegan. Contohnya adalah hitam dan coklat.

Selain itu, warna terang sering kali membawa kesan ceria dan penuh semangat, seperti yang terlihat pada warna merah muda, perak, dan emas.

Contoh Warna Sekunder

Warna sekunder tercipta melalui pencampuran dua warna primer. Berikut adalah tiga contoh warna sekunder beserta maknanya dalam kehidupan:

Hijau

Warna hijau dapat dihasilkan dengan mencampurkan warna biru dan kuning. Secara umum, hijau sering dikaitkan dengan alam, tanaman, pohon, dan rumput. 

Warna ini melambangkan pembaharuan, pertumbuhan, serta menjadi simbol musim semi dan kelahiran baru. 

Di Amerika Serikat, warna hijau, terutama hijau tua, sering dihubungkan dengan uang, yang mencerminkan stabilitas dan kemakmuran. 

Dalam konteks bisnis, warna hijau dapat memberikan kesan bahwa suatu produk atau layanan sedang populer atau banyak diminati masyarakat.

Ungu

Ungu terbentuk dari pencampuran warna biru dan merah. Ungu adalah warna sekunder yang memadukan kehangatan dan energi dari merah dengan ketenangan dan kedamaian yang dibawa oleh biru. 

Warna ini sering diasosiasikan dengan kemewahan dan status sosial tinggi. Pada masa lalu, Ratu Elizabeth I melarang siapa pun selain keluarga kerajaan mengenakan pakaian atau aksesori ungu, menjadikannya simbol status dan kemewahan. 

Ungu juga dianggap memiliki makna religius dan spiritual. Dalam dunia bisnis, warna ungu dapat memberikan kesan elegan, misterius, dan spiritual. 

Kombinasi dengan warna hijau bisa menciptakan kontras yang mencolok, sementara merah muda memberikan kesan feminin.

Oranye

Oranye merupakan hasil campuran antara merah dan kuning. Warna ini menggabungkan simbol kehangatan dari merah dengan keceriaan dan kegembiraan dari kuning. 

Oranye menarik perhatian tanpa terlalu mencolok seperti merah. Oleh karena itu, warna ini sering digunakan dalam rambu-rambu peringatan, seperti rompi keselamatan dan kerucut lalu lintas. 

Oranye juga melambangkan energi, kesenangan, dan semangat. Warna ini sangat cocok untuk produk baru yang ingin tampil beda, memberikan kesan dinamis, dan menarik perhatian konsumen, mirip seperti merah dalam mendorong aksi.

Skema Warna yang Dapat Diterapkan dalam Dunia Seni

Skema warna dibagi ke dalam beberapa kategori berikut:

Monokrom

Skema monokromatik umumnya menggunakan variasi rona dari satu warna yang sama. Skema ini cenderung sederhana namun dapat menciptakan tampilan yang elegan. 

Warna monokrom adalah variasi tone dari suatu warna dasar tanpa adanya campuran dengan warna lainnya. 

Oleh karena itu, warna monokrom tidak terbatas pada hitam dan putih saja, tetapi juga mencakup warna lain yang berpedoman pada satu tone warna.

Analog

Skema warna analog menggabungkan warna primer dan sekunder yang berdekatan satu sama lain di roda warna. Skema ini memberikan kesan menenangkan dan nyaman untuk dilihat. 

Banyak ditemukan di alam, skema warna analog memiliki ciri khas harmonis dan enak dipandang. 

Beberapa contoh kombinasi warna analog adalah hijau, hijau kekuningan, dan kuning; merah keunguan, ungu, dan indigo; serta oranye, oranye kemerahan, dan oranye. 

Dalam dunia bisnis, skema ini tidak hanya menyenangkan mata, tetapi juga efektif dalam menarik perhatian konsumen untuk membeli produk atau menggunakan layanan.

Complementary

Skema warna komplementer melibatkan penggunaan warna yang saling berlawanan di roda warna. Kombinasi warna ini menciptakan kontras yang sangat tajam dan kuat, cocok digunakan untuk latar belakang dan teks. 

Contoh kombinasi warna komplementer adalah ungu dan kuning, biru dan oranye, serta merah dan hijau.

Triadic

Skema warna triadik melibatkan tiga warna yang tersebar merata di seluruh roda warna. Skema ini cenderung tidak terlalu cerah, namun mampu mempertahankan kontras yang tinggi.

Skema triadik banyak digunakan oleh seniman dan desainer karena memberikan kombinasi warna yang memiliki kontras visual kuat, namun tetap harmonis ketika dipadukan.

Kombinasi Warna yang Tepat pada Desain

Ada dua cara yang dapat diterapkan untuk menyusun paduan warna dalam desain:

Paduan Warna secara Analogus

Paduan warna analogus adalah metode menyusun warna dengan memilih warna yang berdekatan atau berdampingan di dalam lingkaran warna. 

Kombinasi warna ini menciptakan keselarasan yang alami karena perpindahan warna antar satu dengan lainnya terjadi secara halus, tanpa kontras yang tajam. Berikut adalah beberapa contoh warna yang membentuk paduan analogus:

  • Biru-ungu, ungu, dan merah-ungu
  • Kuning, kuning-jingga, dan jingga
  • Merah, merah-jingga, jingga

Paduan Warna secara Monokromatik

Paduan warna monokromatik adalah metode penyusunan warna dengan menggabungkan variasi dari satu warna dasar, yang dipadukan dengan berbagai intensitas warna hitam atau putih. 

Kombinasi ini memberikan desain yang khas, karena semua warna yang digunakan berasal dari satu warna utama yang sama. Berikut adalah beberapa contoh warna monokromatik:

  • Merah, merah tua, dan merah muda
  • Biru, biru muda, dan biru tua

Sebagai penutup, pengertian warna sekunder adalah warna yang terbentuk dari perpaduan dua warna primer, menciptakan kombinasi yang harmonis dan menarik dalam berbagai desain.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index