JAKARTA - Dalam dinamika politik Indonesia yang terus berubah, partai politik dituntut untuk selalu adaptif dan sigap merespons tantangan baru. Hal ini yang kini menjadi fokus utama DPD I Partai Golkar Nusa Tenggara Barat (NTB) di bawah kepemimpinan kembali Dr. H. Mohan Roliskana.
Mohan terpilih secara aklamasi memimpin Golkar NTB periode 2025–2030 dalam Musyawarah Daerah (Musda) XI yang digelar. Kepercayaan ini bukan hanya sebuah legitimasi formal, melainkan menjadi momentum awal untuk memperkuat struktur dan mesin partai agar siap menghadapi berbagai perubahan politik di tingkat nasional.
Setelah terpilih, Mohan menegaskan bahwa prioritas utamanya adalah mengkonsolidasikan internal partai secara menyeluruh. Konsolidasi ini mencakup perencanaan musyawarah di tingkat kabupaten dan kota serta pembentukan struktur kepengurusan yang lebih representatif. “Kita diberi waktu satu bulan untuk menyusun formatur. Ini tanggung jawab besar. Kepercayaan yang diperoleh jangan sampai disia-siakan,” ujarnya.
Pentingnya membangun struktur yang inklusif menjadi perhatian khusus Mohan. Ia menggarisbawahi bahwa hasil Musda bukan sekadar seremoni, melainkan titik awal penguatan partai yang harus mampu bertransisi secara adaptif terhadap kebijakan dan arah politik nasional yang dinamis.
Menurut Mohan, kepengurusan baru Golkar NTB perlu mengakomodasi berbagai dimensi representasi. Ini meliputi keterlibatan organisasi masyarakat (ormas), keterwakilan gender, segmentasi usia, serta aspek geopolitik yang mencakup wilayah Lombok, Sumbawa, dan Mataram. “Kalau penyegaran memang dibutuhkan, akan kita lakukan, tentu mengikuti mekanisme dan SOP yang berlaku. Tapi yang utama adalah komposisi pengurus harus mencerminkan inklusifitas,” jelasnya.
Langkah ini sekaligus sebagai upaya menjaga integritas dan kualitas kepengurusan, yang akan disupervisi langsung oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar. Pengawasan ini bertujuan memastikan bahwa kepengurusan baru tidak hanya kuat secara politik, tapi juga bersih dan akuntabel.
Dalam periode kedua kepemimpinannya, Mohan ingin menegaskan bahwa kekuatan partai tidak hanya bergantung pada figur individu, melainkan pada soliditas organisasi. “Organisasi tetap menjadi pusat orientasi. Ini bukan soal posisi, tapi soal misi menjaga keberlanjutan dan kepercayaan publik terhadap Golkar NTB,” tegasnya.
Perhatian terhadap keberlanjutan dan kepercayaan publik menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan politik nasional yang semakin kompleks. Dengan kondisi politik yang berubah cepat, partai yang tidak mampu beradaptasi berisiko kehilangan basis dukungan.
DPD I Golkar NTB berupaya membangun fondasi yang kuat, dengan mengedepankan nilai inklusifitas dan representasi yang merata. Hal ini diharapkan tidak hanya membuat Golkar tetap relevan, tetapi juga mampu menjadi kekuatan politik yang stabil dan mampu berkontribusi positif dalam pembangunan daerah maupun nasional.
Selain itu, fokus pada konsolidasi internal juga dipandang penting untuk meningkatkan efektivitas kerja partai, memperkuat solidaritas kader, dan menciptakan sinergi yang baik antara berbagai tingkat kepengurusan.
Dalam konteks perubahan politik nasional, kemampuan beradaptasi sangat vital. Mohan menyadari bahwa Golkar NTB harus responsif terhadap dinamika kebijakan dan aspirasi masyarakat yang terus berkembang. Oleh karena itu, pembentukan struktur yang inklusif dan representatif menjadi strategi utama untuk menjamin partai mampu menghadapi perubahan dengan kepala tegak.
Dengan visi tersebut, Golkar NTB siap menata kembali kekuatan organisasinya demi menghadapi tantangan politik yang semakin kompleks di masa depan. Komitmen ini sekaligus menjadi pesan bagi seluruh kader dan elemen partai untuk bekerja bersama-sama menjaga soliditas dan integritas demi kemenangan politik dan pelayanan terbaik kepada masyarakat.