Kuliner

Kuliner Banjar Dilirik Wisatawan

Kuliner Banjar Dilirik Wisatawan
Kuliner Banjar Dilirik Wisatawan

JAKARTA - Dalam perkembangan tren pariwisata saat ini, wisata kuliner mulai menempati posisi strategis sebagai daya tarik utama. Baik wisatawan domestik maupun mancanegara kini semakin banyak yang melirik pengalaman mencicipi makanan tradisional sebagai bagian penting dari agenda perjalanan mereka. Salah satu yang tengah naik daun adalah kuliner khas Banjar, yang menyimpan cita rasa unik dari Kalimantan Selatan.

Perubahan preferensi wisatawan terhadap kuliner lokal menjadi perhatian khusus pemerintah daerah, termasuk Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Selatan. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kalsel, H. M. Syarifuddin, M.Pd, menegaskan bahwa arah kebutuhan wisatawan saat ini memang mulai mengalami pergeseran signifikan.

"Yang dulunya suka akan kriya, fashion dan lainnya, sekarang cenderung kepada kuliner khas Banjar," ujarnya saat membuka Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Analisis Pasar Pariwisata, yang digelar oleh Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Selatan di Banjarmasin.

Menurutnya, rasa penasaran untuk mencicipi makanan tradisional menjadi faktor utama meningkatnya ketertarikan wisatawan terhadap wisata kuliner. Apalagi kuliner khas Banjar terkenal dengan keanekaragaman rasa dan kekayaan rempah, yang tidak hanya lezat tapi juga sarat nilai budaya.

Kuliner Sebagai Daya Tarik Ekonomi dan Budaya

Syarifuddin menjelaskan, pentingnya membahas perubahan tren wisata ini dalam forum terbuka seperti FGD adalah agar seluruh pemangku kepentingan dapat memberikan masukan yang relevan dan membangun. “Kebutuhan akan analisis pasar pariwisata perlu bersama kita diskusikan. Kita perlu masukan-masukan yang potensial dan positif bagi kepariwisataan Banua, perekonomian masyarakat, serta peningkatan sumber daya dan lainnya,” tuturnya.

Ia juga mengangkat konsep penting dalam industri pariwisata, yakni durasi lama tinggal dan besarnya belanja wisatawan. Dua indikator ini sangat dipengaruhi oleh minat wisatawan terhadap kuliner lokal. Ketika wisatawan tertarik pada makanan khas suatu daerah, mereka cenderung menghabiskan waktu lebih lama dan melakukan lebih banyak transaksi ekonomi.

Hal ini menjadi peluang besar bagi Kalimantan Selatan, terlebih dengan adanya Bandara Internasional Syamsudin Noor yang kini telah diminati oleh maskapai internasional. Bandara tersebut telah membuka jalur penerbangan langsung (direct flight) ke berbagai negara di kawasan Asia Tenggara dan wilayah Asia lainnya, yang memungkinkan arus masuk wisatawan asing semakin besar.

Geopark Meratus dan Kuliner: Kombinasi Unggulan Wisata

Selain kuliner, kawasan Geopark Meratus juga menjadi salah satu tren pariwisata yang sedang digandrungi. Hal ini disampaikan oleh Dewi Setiawan, seorang analis pasar pariwisata yang turut hadir sebagai narasumber dalam kegiatan FGD tersebut. Ia menekankan bahwa kawasan pegunungan Meratus memiliki potensi wisata luar biasa, baik dari sisi geologi, keanekaragaman hayati, hingga budaya lokal yang melekat kuat.

“Trending saat ini adalah Geopark Meratus, beserta kekayaan budaya dan pernak-pernik kekhasannya,” kata Dewi.

Ia juga menyoroti pentingnya memetakan kebutuhan pasar agar pengembangan wisata di Kalimantan Selatan dapat dilakukan secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Menurutnya, pendekatan berbasis pasar adalah kunci dalam merancang strategi promosi dan pengembangan destinasi yang tepat sasaran.

“Karena itu, kita dapat memetakan serta mencoba membangun wisata Banua secara berkelanjutan dan berkesinambungan sesuai kebutuhan pasar,” ucapnya.

Kolaborasi Antar Lembaga untuk Kepariwisataan Daerah

Kegiatan FGD ini diikuti oleh berbagai pihak terkait, mulai dari dinas pariwisata kabupaten dan kota se-Kalimantan Selatan, Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), hingga Bappeda. Tidak ketinggalan, berbagai asosiasi industri pariwisata juga hadir, seperti PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia), ASPERWI (Asosiasi Pelaku Ekonomi Wisata Indonesia), dan ASITA (Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies).

Ketua pelaksana acara, Ibu Kiki Amelia, SE, MM, menyampaikan bahwa partisipasi aktif dari semua stakeholder sangat diperlukan untuk menggali peluang dan tantangan sektor pariwisata secara menyeluruh.

Kiki menegaskan bahwa pendekatan kolaboratif seperti ini akan memperkuat pondasi kepariwisataan di Kalimantan Selatan, yang tidak hanya mengandalkan potensi alam, tetapi juga kearifan lokal dan kuliner sebagai bagian dari daya tarik unggulan.

Membangun Daya Saing Wisata Daerah

Dengan adanya forum diskusi terbuka dan partisipatif seperti FGD Analisis Pasar Pariwisata, arah kebijakan dan strategi pembangunan wisata di Kalimantan Selatan dapat lebih terarah. Kuliner khas Banjar, yang dahulu hanya menjadi bagian pelengkap perjalanan, kini mulai diposisikan sebagai produk wisata utama yang mampu menggerakkan ekonomi lokal.

Tren global menunjukkan bahwa wisata kuliner menjadi elemen penting dalam industri pariwisata dunia. Wisatawan kini tak lagi hanya ingin melihat pemandangan, tetapi juga merasakan cita rasa lokal, memahami budaya lewat makanan, dan membawa pulang pengalaman otentik dari daerah yang dikunjungi.

Kalimantan Selatan, dengan kekayaan kuliner seperti soto Banjar, ketupat kandangan, gangan asam, hingga berbagai kue tradisional, memiliki peluang besar untuk menjadi pusat wisata kuliner unggulan di Indonesia bagian timur.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index