OJK

OJK & Kowani Dorong Perempuan Duta Literasi Keuangan

OJK & Kowani Dorong Perempuan Duta Literasi Keuangan
OJK & Kowani Dorong Perempuan Duta Literasi Keuangan

JAKARTA - Perempuan tak hanya menjadi tulang punggung keluarga, tapi juga motor perubahan dalam literasi keuangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Kongres Wanita Indonesia (Kowani) membuktikan hal itu melalui program “Duta Literasi Keuangan Indonesia”: sebuah inisiatif di mana ibu-ibu tidak sekadar menerima materi, melainkan dilatih menjadi agen edukasi yang menyebarkan pengetahuan di komunitasnya. Ini bukan sekadar pelatihan—melainkan upaya membangun budaya keuangan sehat dari rumah.

1. Menguatkan Pilar Literasi di Tengah Ujut Rumah Tangga

OJK dan Kowani menyelenggarakan Training of Trainers (ToT) Program OJK Penggerak Duta Literasi Keuangan Indonesia (OJK PEDULI) bagi anggota Kowani. Kegiatan hybrid ini dihadiri oleh 1.100 perempuan—100 secara langsung dan 1.000 secara daring—menandai komitmen untuk menjangkau seluruh pelosok negeri. Kawasan ibu-ibu rumah tangga menjadi sasaran karena mereka punya peran kunci dalam mengelola anggaran keluarga, yang selaras dengan Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) 2021‑2025.

2. Ibu sebagai “Agent of Change”: Suara Friderica Widyasari Dewi

Friderica Widyasari Dewi, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, menggarisbawahi peran ibu dalam memperkuat literasi di rumah. Menurutnya, “Ibu-ibu anggota Kowani… adalah agent of change dan agent of development sebagai motor penggerak perubahan di dalam komunitas… sangat kita harapkan untuk memberikan edukasi… informasi tentang jasa keuangan kepada masyarakat.” Harapannya, para ibu bisa menularkan pengetahuan keuangan bukan hanya kepada anak, tetapi juga ke lingkungan sosialnya.

3. Pelatihan Tak Hanya Paham, Tapi Bisa Menularkan

Berbeda dari seminar biasa, ToT bertujuan menjadikan peserta sebagai trainers: perambang ilmu keuangan yang dipersiapkan untuk menyebarkan edukasi. Friderica menuturkan, “Materi ini diharapkan dapat dibagikan kepada seluruh anak Indonesia, sehingga ilmu yang diperoleh… tidak boleh dibawa sendiri, tapi ibu-ibu akan menjadi trainers, pelatih, penyebar kebaikan.” Fokusnya bukan sekadar pengetahuan, melainkan metode pengajaran praktis agar pesan bisa diteruskan ke anak, keluarga, dan komunitas.

Materi yang dibahas pun komprehensif: dari pengenalan OJK, kewaspadaan terhadap pinjaman online dan investasi ilegal, pengelolaan keuangan pribadi dan keluarga, hingga pengenalan produk jasa keuangan seperti reksa dana—dengan dukungan Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia (APRDI).

4. Respons Enerjik dari Kowani: Suara Nanny Hadi Tjahjanto

Ketua Umum Kowani, Nanny Hadi Tjahjanto, menyambut positif sinergi edukatif tersebut: “Menjadi agen literasi keuangan adalah bentuk kepedulian sosial yang strategis dan konkrit… Perempuan harus menjadi garda depan yang mampu menjaga stabilitas ekonomi rumah tangga, menjaga krisis keuangan, serta menanamkan budaya hemat, tanggung jawab dan perencanaan masa depan.” Bagi Nanny, pelatihan ini bukan sekadar kapasitas individu, tetapi panggilan sosial yang mendorong kesejahteraan komunitas.

5. Strategi “Hybrid”: Merangkul Semua Sudut Negeri

Pelaksanaan dilakukan secara hybrid: tatap muka memberi intensitas lalu lintas interaksi langsung, sementara sesi online memungkinkan partisipasi dari seluruh nusantara tanpa hambatan geografis. Dari ibu-ibu di Sabang sampai Merauke, mereka dapat mengakses pelatihan ini. Model ini menunjukkan fleksibilitas gaya edukasi, sekaligus membuktikan literasi keuangan bisa dijangkau siapa saja dan di mana saja.

6. Dari Teori ke Aksi: Materi Praktis yang Relevan

ToT tak hanya teori—materi dirancang agar relevan dengan masalah riil keluarga:

Edukasi soal OJK dan produk keuangan formal,

Waspada terhadap jebakan online seperti pinjol ilegal,

Teknik menyusun anggaran keluarga dan menabung,

Pemahaman reksa dana sebagai instrumen investasi aman.

Dengan pemahaman ini, para peserta bisa membantu keluarga dan komunitas lebih melek dalam memilih produk keuangan, menghindari jebakan investasi bodong, serta membangun kebiasaan menabung dan berinvestasi terarah.

7. Dampak Nyata: Stabilitas Ekonomi Keluarga

Langkah kecil di rumah berujung pada dampak besar. Saat para ibu mampu menjaga kestabilan finansial, keluarga pun menjadi lebih tangguh terhadap krisis. Menabung rutin, menghindari utang konsumtif, memanfaatkan produk investasi sesuai kebutuhan—ini semua membentuk pondasi ekonomi keluarga yang kuat.

Melalui duta literasi, pengetahuan ini berpotensi menjalar ke tetangga, posyandu, dan pertemuan lokal, menciptakan domino efek positif di komunitas.

8. Literasi Keuangan di Tengah Tantangan Digital

Di era digital, pengetahuan soal fintech, pinjol, dan investasi daring menjadi krusial. Banyak ibu-ibu akrab dengan aplikasi keuangan, namun belum semuanya memahami risikonya. Edukasi dari OJK dan Kowani diharapkan bisa membekali ibu-ibu agar tidak terjebak produk tak bertanggung jawab dan bisa memanfaatkan teknologi keuangan dengan cerdas dan aman.

9. Inklusivitas dan Literasi Merata

Peserta ToT ini datang dari berbagai wilayah dan latar belakang yang berbeda, baik urban maupun rural. Pendekatan hybrid memastikan akses tidak terbatas, memberi kesempatan bagi perempuan dari daerah terpencil untuk mendapatkan pengetahuan yang sama. Ini juga meningkatkan inklusi keuangan: ketika perempuan memahami produk dan jasa formal, akses keluarga terhadap layanan perbankan dan investasi jadi lebih besar.

10. Peta Jalan ke Depan

Program ini bukan berhenti di tahap pelatihan. Media sosial, pertemuan komunitas, kader literasi, serta kampanye berkala bisa memperkuat efek jangka panjangnya. Kowani sebagai organisasi dengan jejaring luas bisa difungsikan untuk melaksanakan workshop di tingkat desa, sekolah, dan posyandu. OJK bisa mendukung dengan modul, materi digital, dan dukungan monitoring—sehingga perubahan tidak berhenti di satu pelatihan, melainkan menjadi gerakan literasi terstruktur.

Perempuan & Literasi untuk Masa Depan Sejahtera

Kolaborasi OJK–Kowani bukan sekadar pelatihan keuangan, tetapi momentum strategis. Ibu-ibu dijadikan pionir dalam menyalurkan literasi keuangan, membentuk budaya cerdas finansial, dan memperkuat daya tahan ekonomi keluarga. Inilah literasi yang dimulai dari rumah dan merembet ke komunitas—menghadirkan generasi masa depan yang melek investasi, teliti terhadap risiko, dan mampu bertahan bahkan berdaya saing di perekonomian digital.

Dengan investasi pengetahuan di tangan ibu-ibu, harapan terciptanya inklusi dan literasi keuangan massal menjadi lebih nyata—dimulai saat ini, dari langkah kecil yang bermakna.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index